Apa yang akan Parents lakukan bila si Kecil tiba-tiba pulang sekolah dan berteriak kesal, “Aku benci guru X, Ma!” Dan seperti tak terbendung, daftar kekurangan si Guru yang membuat anak benci pun meluncur dari mulut mungilnya.Oke, Parents, jujur saja, kita juga pernah mengalami hal yang sama bukan? Bedanya jika dulu kita bebas ngomel-ngomel, menumpahkan perasaan, sementara sekarang, hati kita sebagai orang tua bisa jadi galau mendengar si Kecil membenci gurunya di sekolah.
Terbayang sudah pelbagai akibat perasaan benci guru yang dirasakan si Kecil; mulai dari penurunan nila-nilai di sekolah, hingga kemungkinan aksi mogok sekolah. Wah, repot, dong!
Beberapa alasan anak benci guru
Sebetulnya apa sih, yang bisa membuat anak benci guru? Coba Parents ingat, dulu pernah membenci guru disekolah dengan alasan apa? Beberapa alasan di bawah ini, mungkin juga salah satunya:
1. Kebiasaan atau tingkah laku guru sehari-hari yang dirasa mengganggu si Kecil
Dulu saya pernah tidak suka pada seorang guru karena kebiasaannya yang suka mengolok-olok kekurangan seseorang. Cara Beliau yang suka memanggil murid sembarangan membuat saya tidak sabar menunggu jam ganti pelajaran.
Beberapa karakter guru yang biasanya membuat seorang murid ill feel adalah bahasa tubuh guru, cara guru menegur, atau cara bicara.
2. Anak kesulitan mengikuti pelajaran
Ketika merasa sulit mengikuti satu atau dua mata pelajaran di sekolah, alih-alih giat belajar, bisa saja si Keci kemudian mencari alasan bahwa gurunya memiliki kebiasaan yang tidak ia sukai.
3. Gaya mengajar guru
Gaya mengajar guru yang kadang tidak komunikatif, bersuara kurang jelas, sering membebani dengan banyak PR namun kurang mengapresiasi, bisa menjadi beberapa alasan anak untuk benci guru.
4. Anak pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan
Anak bisa saja tumbuh rasa benci kepada guru karena ia pernah dipermalukan, dimarahi atau dihukum di depan teman-temannya.
5. Ikut-ikutan teman
Guru-guru mata pelajaran yang dianggap sulit, seringkali digambarkan sebagai guru killer/ galak, suka menghukum, dan berteriak-teriak. Akibatnya, belum juga diajar, anak sudah anti-pati kepada guru.
Akibat anak benci guru
Akibat anak yang benci guru bisa bermacam-macam. Namun semangat belajar yang menurun atau malah hilang sama sekali adalah akibat yang paling mudah dilihat.
Padahal hubungan harmonis antara guru dan murid biasanya merupakan motivasi belajar yang paling tinggi.
Untuk itu, meski kedengarannya sepele, rasa benci guru yang timbul pada anak perlu untuk segera diatasi.
Mengatasi rasa benci guru pada anak
Jadi, bagaimana bila dalam diri anak sudah mulai timbul rasa benci kepada gurunya? Cobalah beberapa langkah berikut ini:
1. Berdiskusi dengan anak
Langkah pertama yang Parents perlu ambil adalah berdiskusi dengan anak. Luangkanlah waktu untuk membicarakan hal ini. Jika belum terbiasa bicara dengan anak, maka mulailah untuk dibiasakan. Bagaimanapun menjalin komunikasi sangat penting untuk hubungan orang tua dan anak
Baca juga: Bagaimana Menjadi Teman Anak
Kreatiflah dalam memulai percakapan agar anak tidak merasa terintrogasi. Bisa dimulai dari pengalaman Parents saat di kantor, atau cerita ketika Ibu sedang di pasar swalayan.
Bila anak sudah mulai terbuka, maka dengarkanlah dengan baik semua pembicaraannya, tahan keinginan untuk memotong pembicaraan anak apalagi bila komentar hanya ingin menyalahkannya. Siapa tahu akar permasalahannya karena masalah-masalah tertentu.
2. Berikan tanda bahwa Parents mengerti apa yang si Kecil rasakan
Meski mungkin pemicu timbulnya rasa benci adalah karakter si Kecil yang terlalu sensitif, atau mungkin karena masalah kecil lainnya. Tahan diri untuk tidak meremehkan perasaan anak dengan mengatakan, “Ah, gitu aja kok ngambek si, Dik.”
Bagaimanapun cara pandang kita sebagai orang dewasa dan si Kecil tentulah berbeda. Alih-alih meremehkan, katakan padanya bahwa kita mengerti apa yang ia rasakan dan akan berusaha untuk mencari penyelesaian terbaik.
3. Bicaralah dengan pihak sekolah
Si Kecil akan menghabiskan banyak waktu di sekolah, untuk itu langkah terbaik untuk menyelesaikan hal ini adalah bicara dengan pihak sekolah terkait semangat si Kecil yang menurun. Meski begitju hindari pembicaraan yang menyudutkan atau menuduh.
Caranya, bawalah data, bahkan jika mungkin ajak si Kecil dalam pembicaraan. Dengan mengajak sk Kecil turut serta dalam diskusi, Parents akan tahu, bagaimana interaksi guru dan si Buah hati.
Bicaralah secara global, “Hari Senin kemarin, Fulan pulang marah-marah, dan keesokannya dia malas untuk sekolah. Bahkan mulai bicara ingin pindah sekolah. Menurut Ibu/ Bapak baiknya bagaimana?”
Bila pengampu pelajaran atau wali kelas tidak ingin dilibatkan, maka mintalah pihak ketiga, misalkan kepala sekolah untuk menengahi permasalahan tersebut. Intinya adalah mencari cara bagaimana mengembalikan semangat si Kecil ke sekolah.
Rasa benci guru yang dirasakan si kecil kadang memang tak mudah dihadapi, terlebih bila menyangkut karakter guru yang menurut anak kita menyebalkan. Sebagai orang tua adalah tugas kita untuk terus memberi dukungan padanya.
Perlu kita tegaskan padanya, bahwa sebagai orang tua kita mengerti perasaannya, namun sebagai murid adalah tugas si Kecil untuk tetap berlaku hormat pada guru.
Sebagai orang tua yang dulu juga pernah sekolah, Parents juga bisa menceritakan pengalaman Parents saat dulu juga tidak menyukai satu/ dua guru, dan apa yang Parents lakukan menghadapi saat mengalami hal tersebut.
Wajar pula jika kemudian timbul perasaan untuk melindungi si Kecil bahkan jika perlu memindahkan ia ke sekolah lain. Namun, selama kebencian tersebut tidak berasal dari tindak kekerasan, masalah rasial, atau hambatan dalam belajar yang serius; akan lebih baik jika memikirkan jalan keluar lain selain memindahkan sekolah si Kecil.
Memindahkan sekolah tanpa alasan yang kuat hanya mengajarkan pada buah hati kita bahwa jika kita tidak menyukai seseorang yang berwenang, maka kita tidak perlu untuk terus berada disekitarnya.
Referensi: My Kid Hates His Teacher, todaysparent.com, What Should We Do When Your Child Hate His Teacher, today.com
Baca juga artikel menarik lainnya:
Agar Anak Tidak Benci Bikin PR – 9 Trik Agar Anak Mau Bikin PR
Perlukah PR untuk Anak TK dan Prasekolah?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.