Kehamilan merupakan momen menyenangkan yang juga disertai dengan campuran emosi. Di masa ini, ibu hamil sering marah dan menangis karena pengaruh hormon.
Menjadi lebih sensitif di masa kehamilan wajar adanya. Bunya tak sendirian, kok.
Namun, bisa berlebihan diketahui memiliki dampak pada kesehatan fisik dan mental. Kondisi ini juga bisa memengaruhi janin.
Dalam artikel ini, TheAsianparent akan mengulas mengenai dampak dan solusi untuk mengelola emosi di masa hamil. Bumil wajib simak hingga akhir artikel, ya.
Artikel Terkait: Mudah marah saat hamil tidak baik bagi janin, ini cara tepat meredamnya!
Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasi Ibu Hamil Sering Marah dan Menangis
Bun, ada penelitian yang menunjukkan keadaan emosi ibu hamil dapat berdampak lebih besar pada kesehatan fisik dan mental. Selain itu, enelitian telah mengungkapkan bahwa ibu hamil rentan terhadap depresi dan kemarahan.
Emosi ini pun dapat memengaruhi perkembangan janin. Sebab, saat ibu hamil mengalami perasaan marah, tubuhnya mengeluarkan berbagai hormon yang bisa berdampak pada perkembangan bayi.
Hormon Estrogen dan Progesteron dapat Mempengaruhi Emosi Ibu Hamil
Selama masa kehamilan, ibu hamil jadi lebih sensitif dan rentan mengalami ledakan emosi akibat perubahan hormon. Ada bukti bahwa hormon estrogen dan progesteron memengaruhi emosi ibu hamil, membuat bumil jadi lebih mudah menangis, marah, dan kelelahan.
Ketidakstabilan emosi ini dapat berdampak negatif pada perkembangan janin jika dibiarkan. Pada banyak kasus, kondisi ini harus diawasi secara ketat oleh tenaga medis profesional.
Artikel Terkait: Awas, Marah dan Sedih saat Hamil Bisa Berdampak Buruk Bagi Janin
Dampak pada Janin
Penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil lebih rentan terhadap depresi dan kemarahan, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar kortisol atau hormon stres. Hal ini dapat berdampak pada janin yang sedang berkembang, karena kortisol diketahui berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
Selain itu, hormon seperti estrogen dan progesteron juga dapat memengaruhi janin yang sedang berkembang. Hal ini diketahui dapat memengaruhi nafsu makan, metabolisme, dan perilaku bayi.
Selain itu, emosi yang tidak stabil akibat perubahan hormon juga dapat menyebabkan peningkatan risiko depresi. Secara tak langsung, ini juga dapat berpengaruh pada janin yang sedang berkembang.
Mengatasi Emosi Negatif di Masa Kehamilan
Bun, untuk mengatasi hal ini, mencari solusi berupa konseling dan mindfulness telah dilakukan untuk mengurangi intensitas perasaan tersebut pada ibu hamil. Intervensi semacam inni berfokus pada emosi Bunda dengan membantu mengidentifikasi dan lebih memahami perasaan ibu di masa kehamilannya.
Selain itu, hal ini juga membantu menghasilkan strategi untuk mengatasi emosi negatif jadi lebih baik. Hal ini bermanfaat dalam mengurangi potensi emosi negatif selama kehamilan dan potensi konsekuensi jangka panjang, terutama setelah persalinan hingga proses pengasuhan.
Sebagai support system, keluarga juga memiliki andil besar dalam membantu setiap ibu untuk menjalankan kehamilannya dengan lancar. Terutama pasangan, memberikan support melalui berbagai cara seperti secara fisik dan mental sangat diperlukan.
Artikel Terkait: 7 Bentuk Dukungan Suami Saat Istri Hamil, Menyehatkan Kehamilan hingga Persalinan
Jadi Bunda, ibu hamil sering marah dan menangis menjadi hal yang wajar terjadi karena faktor hormonal. Namun, sebaiknya emosi tersebut tak dibiarkan berlarut. Agar tak menimbulkan dampak yang berlarut, jangan ragu untuk mencari pertolongan medis bila dirasa membutuhkannya.
Semoga kehamilan Bunda bisa selalu sehat dan lancar.
****
Baca Juga:
Stres Saat Hamil Bisa Akibatkan Berat Badan Bayi Rendah saat Lahir
Mitos atau Fakta? Stres saat Hamil Cenderung Memiliki Anak Perempuan
Lakukan 17 tips ini untuk menghilangkan stres saat hamil