Mengajari anak berpuasa bukanlah perkara mudah. Banyak sekali hambatan yang ditemui orangtua ketika mengajari anak berpuasa. Bahkan, tidak jarang hambatan itu berasal dari sikap orangtua yang separuh hati dalam mengajari anak berpuasa.
Agar kita tidak lagi mengalami kesulitan dalam mengajari anak berpuasa, ada baiknya kita mengetahui alasan pentingnya mengajari anak berpuasa. Berdasarkan penelitian, selain bermanfaat bagi kesehatan secara fisik. Berpuasa juga baik bagi pembentukan mental anak bagi masa depannya.
Mengapa berpuasa baik bagi anak?
Berpuasa hakikatnya adalah menahan diri. Menahan diri untuk tidak makan dan minum dalam rentang waktu yang ditentukan. Menahan diri ini merupakan salah satu latihan mental yang penting untuk membentuk anak menjadi pribadi yang tangguh, tidak mudah menyerah dan selalu optimis.
Di akhir tahun 1960-70an seorang pakar psikologi, Walter Mischel, mengadakan sebuah eksperimen terhadap anak anak dengan usia 4-5 tahun. Eksperimen ini dijuluki “The Marshmallow Test“.
Eksperimen itu cukup sederhana, yaitu dengan cara membawa seorang anak ke dalam sebuah ruangan. Anak itu duduk di depan meja, mana terdapat sebuah marshmallow. Namun ia tidak boleh menyentuhnya selama 15 menit.
Bila ia berhasil menahan diri, ia akan mendapatkan sebuah marshmallow lagi sebagai hadiah. Kalau gagal, ia hanya mendapat satu marshmallow itu saja.
Lalu sang penguji pergi meninggalkan ruangan. Menariknya, dari 653 anak yang diuji, yang tidak menyentuh marshmallow selama 15 menit hanya 3 anak!
Selebihnya tidak bertahan. Dan tiap anak memiliki daya tahan yang berbeda dalam menahan dirinya. Ada yang lima menit, ada yang sepuluh menit dan seterusnya.
Dua puluh tahun kemudian, Walter Mischel mendata kembali anak-anak yang mengikuti tes tersebut. Hasilnya mengagumkan. Ternyata, semakin lama seorang anak mampu menahan diri terhadap marshmallow tersebut, semakin tinggi pula daya konsentrasi dan logikanya. Mereka juga cenderung memelihara persahabatan dan mampu bertahan di bawah tekanan.
Kesimpulannya, Mischel menemukan korelasi yang kuat antara kemampuan menahan diri atau menunda kepuasan dengan masa depan yang lebih baik.
Jadi, Bunda, tak perlu merasa cemas mengajari buah hati berpuasa.
Namun perlu kita ketahui juga, kapankah sebaiknya kita mengajari anak berpuasa?
Mengajari anak berpuasa sejak dini
Sekalipun tidak ada patokan usia yang pasti untuk mengajari anak berpuasa, sekalipun tidak ada kewajiban bagi anak untuk menjalani ibadah puasa, namun melatih anak berpuasa sebaiknya dilakukan sejak dini.
Pada usia 3-5 tahun, di mana anak mengalami fase perkembangan kognitif, anak mulai memahami puasa sebagai tidak makan dan tidak minum. Dan setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda dalam menahan lapar dan haus. Meskipun begitu, sudah menjadi kewajiban bagi orangtua untuk menciptakan rasa senang bagi anak untuk menjalani puasa.
Bagaimana caranya anak menyukai dan menjalani puasa dengan rasa senang?
Yuk, kita perhatikan tips-tips berikut :
Tips agar anak senang berpuasa
1. Lakukan secara bertahap.
Mulailah melatih anak berpuasa 3-4 jam di tahun pertama anak memahami puasa. Contohnya, hingga jam 10 pagi. Dan bertahap hingga jam 12 siang bila dirasa anak cukup kuat. Pada tahun kedua anak belajar puasa, latihlah anak menjalaninya hingga sore.
Tidak mengapa bila pada jam-jam yang sudah ditentukan mereka makan dan minum sedikit, kemudian melanjutkan kembali hingga tiba waktu berbuka.
2. Hargai usahanya menahan lapar dan haus.
Jangan mengejek bila anak merasa lapar dan haus. Bukankah hal itu normal dan amat wajar? Berikan semangat pada anak, agar mampu melewati hari itu dengan baik.
3. Sediakan makanan berbuka yang menggugah selera.
Biasanya anak akan merasa senang menjalani puasa, apabila diwaktu berbuka bunda menyajikan hidangan yang sesuai dengan selera atau permintaan anak. Kita bisa mensiasati keinginan anak dengan menyesuaikannya dengan budget yang kita miliki. Kadangkala tak perlu banyak dan mahal, yang penting mampu membuat anak merasa senang.
4. Beri teladan yang baik.
Adalah sebuah kesia-siaan apabila kita menyuruh anak berpuasa, sementara orangtuanya makan dan minum disembarang waktu. Sebab anak selalu meniru apa yang orangtua lakukan dalam keseharian. Karena itu, sedapat mungkin hindarilah sikap bermalas-malasan, bila kita tidak ingin dikemudian hari, anak-anak menganggap orang yang menjalani ibadah puasa boleh bermalas-malasan.
Selamat mengajari anak berpuasa, Bunda…
Baca juga artikel menarik lainnya :
Melatih Anak Puasa Sejak Dini
Tips Cantik Saat Puasa Ramadhan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.