Jika Parents mencari cara untuk menurunkan berat badan, water fasting mungkin pernah muncul di kolom pencarian Google Anda. Beberapa tahun terakhir, metode diet yang juga disebut sebagai puasa air ini memang cukup populer.
Puasa air merupakan metode diet yang membatasi segala makanan maupun minuman, kecuali air. Jadi, selama menjalankan water fasting, hanya diperbolehkan minum air saja. Air kosong, ya, Parents, bukan air teh, kopi, soda, atau apa pun yang mengandung kalori.
Tak sedikit orang yang berhasil menurunkan berat badan melalui puasa air. Metode ini dinilai cukup efektif untuk memangkas kelebihan lemak dalam tubuh, tanpa repot mengatur asupan makanan setiap harinya. Intinya, cukup puasa saja!
Selain menurunkan berat badan, ada juga orang-orang yang ingin memeroleh manfaat water fasting sebagai detoksifikasi alias pembuangan racun secara alami dari dalam tubuh.
Nah, Anda penasaran tentang water fasting? Mari kita bahas lebih lanjut berikut ini, berdasarkan referensi dari Healthline.
Artikel terkait: Solusi Atasi Ketiak Hitam Saat Hamil, Bumil Perlu Coba
Apa Itu Water Fasting?
Water fasting atau puasa air adalah metode puasa dimana Anda tidak dapat mengonsumsi apa pun, selain air.
Jangka waktu dilakukannya water fasting ini bermacam-macam. Ada yang tiga hari, seminggu, bahkan satu bulan!
Namun, perlu dicatat bahwa Anda tidak disarankan untuk puasa air terlalu lama.
Healthline sendiri menyebutkan, umumnya puasa air dilakukan selama 24-72 jam atau 1 hingga 3 hari. Jika Anda akan melakukan water fasting lebih dari 3 hari, disarankan untuk berada di bawah pengawasan medis.
Beragam alasan orang menjalankan puasa air, di antaranya berikut ini:
- Ritual agama atau spiritual
- Untuk menurunkan berat badan
- Sebagai metode detoksifikasi
- Untuk mendapat manfaat kesehatan
- Untuk mempersiapkan prosedur medis, misalnya akan operasi.
Alasan umum mengapa orang melakukan puasa air adalah untuk meningkatkan kesehatan mereka. Faktanya, sejumlah penelitian telah mengaitkan puasa air dapat memberikan manfaat kesehatan yang mengesankan, termasuk risiko kanker, penyakit jantung, dan diabetes yang lebih rendah.
Puasa air juga dapat memicu autophagy, sebuah proses di mana tubuh Anda memecah dan mendaur ulang bagian sel yang lama dan berpotensi berbahaya.
Namun perlu dicatat, puasa air memiliki banyak risiko dan bisa sangat berbahaya jika dilakukan terlalu lama.
Artikel terkait: Apakah anak Anda memiliki IQ yang tinggi? Cek ciri-cirinya sesuai tahapan usia
Cara Memulai Water Fasting
Tidak ada pedoman ilmiah tentang bagaimana cara memulai puasa air. Umumnya, orang-orang melakukannya dengan mulai menandai jam makan terakhir, kemudian menjalankan puasa air sesuai waktu yang diinginkan.
Beberapa orang yang merasa baik-baik saja, ketika menjalankan puasa air selama 24 jam, bisa juga melanjutkannya hingga 48 jam atau bahkan 72 jam.
Namun demikian, ada beberapa kelompok yang tidak boleh berpuasa tanpa pengawasan medis, yakni penderita asam urat, diabetes tipe 1 dan tipe 2, orang dengan gangguan makan, lansia, ibu hamil, dan anak-anak.
Jika Anda belum pernah berpuasa air sebelumnya, ada baiknya Anda mempersiapkan tubuh untuk makan makanan yang baik selama 3-4 hari (dalam porsi kecil), sebelum kemudian menjalani puasa air beberapa hari ke depan. Atau bisa juga Anda mulai dengan puasa air selama sebagian hari.
Puasa Air Selama 24-72 Jam
Jika Anda memutuskan untuk puasa air selama 24-72 jam, maka Anda tidak diperbolehkan makan atau minum apapun selain air putih. Porsi air putih yang biasanya dikonsumsi selama puasa air, yaitu 2-3 liter.
Masing-masing orang bisa jadi merasakan reaksi tubuh yang berbeda-beda. Namun pada umumnya, mereka merasa lemas atau pusing.
Pasca Puasa Air
Ada periode pasca puasa air, dimana Anda harus menahan keinginan untuk langsung makan besar. Hal ini untuk menghindari rasa tidak nyaman pada organ pencernaan.
Anda disarankan untuk berbuka puasa dengan smoothie atau makanan ringan. Selanjutnya, mulai ‘perkenalkan’ pencernaan Anda dengan makanan yang lebih berat secara bertahap.
Fase pasca puasa ini sangat penting untuk diperhatikan. Terutama jika Anda puasa air dalam jangka waktu yang cukup lama. Ini karena Anda mungkin berisiko mengalami sindrom refeeding, yaitu suatu kondisi yang berpotensi fatal di mana tubuh mengalami perubahan cepat dalam kadar cairan dan elektrolit.
Fase pasca puasa ini biasanya berlangsung sehari. Namun, pada orang yang berpuasa selama 3 hari atau lebih, kemungkinan memerlukan waktu hingga 3 hari, untuk merasa nyaman mengonsumsi makanan besar.
Artikel terkait: 3 Diet Paling Ngetren, Apa Kelebihan dan Kekurangannya?
Potensi Manfaat Water Fasting
Berdasarkan penelitian pada manusia dan hewan, puasa air dapat memberikan sejumlah manfaat, antara lain:
1. Mempromosikan Autophagy
Autophagy adalah proses dimana sel-sel yang lama dipecah dan didaur ulang. Contoh kasusnya adalah, sel-sel yang rusak dapat terakumulasi menjadi sel-sel berbahaya seperti kanker. Proses autophagy menyingkirkan sel-sel yang berpotensi bahaya ini.
Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa autophagy dapat membantu melindungi tubuh dari risiko kanker, Alzheimer, dan penyakit jantung. Studi juga menunjukkan bahwa autophagy dapat membantu memperpanjang rentang hidup.
2. Membantu Menurunkan Tekanan Darah
Penelitian menunjukkan bahwa puasa air yang lebih lama, dan diawasi secara medis, dapat membantu orang dengan tekanan darah tinggi menurunkan tekanan darah mereka.
Dalam sebuah penelitian, 68 orang yang memiliki tekanan darah tinggi melakukan puasa air selama 14 hari (dengan pengawasan medis). Di akhir puasa, 82 persen dari mereka mendapati tekanan darah turun ke tingkat yang sehat (120/80 mmHg atau kurang).
Dalam penelitian lain, 174 orang dengan tekanan darah tinggi berpuasa rata-rata 10-11 hari. Di akhir puasa, 90 persen dari mereka mencapai tekanan darah lebih rendah dari 140/90 mmHg.
Sayangnya, tidak ada penelitian pada manusia yang menyelidiki hubungan antara puasa air jangka pendek (24-72 jam) dan tekanan darah.
3. Meningkatkan Sensitivitas Insulin dan Leptin
Insulin dan leptin adalah hormon penting yang memengaruhi metabolisme tubuh. Insulin membantu tubuh menyimpan nutrisi dari aliran darah, sementara leptin membantu tubuh merasa kenyang.
Penelitian menunjukkan bahwa puasa air bisa membuat tubuh Anda lebih sensitif terhadap leptin dan insulin. Sensitivitas yang lebih besar membuat hormon ini lebih efektif.
Menjadi lebih sensitif terhadap insulin, artinya tubuh Anda lebih efisien dalam mengurangi kadar gula darahnya.
Sementara itu, menjadi lebih sensitif terhadap leptin dapat membantu tubuh Anda memproses sinyal lapar dengan lebih efisien, dan pada gilirannya, menurunkan risiko obesitas.
4. Menurunkan Risiko Beberapa Penyakit Kronis
Ada beberapa bukti bahwa puasa air dapat menurunkan risiko penyakit kronis, seperti diabetes, kanker, dan penyakit jantung.
Dalam sebuah penelitian, 30 orang dewasa sehat mengikuti puasa air selama 24 jam. Setelah puasa, kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah mereka secara signifikan lebih rendah. Kolesterol dan trigliseria adalah dua faktor risiko penyakit jantung.
Beberapa penelitian pada hewan juga menemukan bahwa puasa air dapat melindungi jantung dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dapat merusak bagian-bagian sel.
Artikel terkait: 8 Fakta Diet Mayo, Turunkan 5 Kg Dalam 13 Hari
Bahaya dan Risiko Water Fasting
Meskipun puasa air memiliki beberapa manfaat, risiko kesehatan yang ditimbulkannya juga perlu diketahui. Berikut beberapa bahaya dan risiko puasa air.
1. Turun Berat Badan yang Salah
Puasa air memang diketahui dapat menurunkan berat badan dengan cepat, namun Anda mungkin berisiko kehilangan berat badan yang salah. Maksudnya, berat badan turun bukan karena kehilangan lemak, tetapi air, karbohidrat, dan bahkan massa otot.
Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa puasa air dapat membantu menurunkan berat badan 0,9 kg setiap hari dengan metode 24-72 jam.
2. Berisiko Mengalami Dehidrasi
Meski terdengar aneh, puasa air bisa membuat Anda dehidrasi. Ini karena sekitar 20-30 persen asupan air harian Anda berasal dari makanan yang Anda makan.
Jika Anda minum air dalam jumlah yang sama, tetapi tidak makan makanan, Anda mungkin tidak mendapatkan cukup air. Karenanya, konsumsi air selama water fasting harus diperbanyak.
Gejala dehidrasi umumnya berupa, pusing, mual, sakit kepala, sembelit, tekanan darah rendah, dan produktivitas rendah.
3. Risiko Mengalami Hipotensi Ortostatik
Hipotensi ortostatik umum terjadi di antara orang-orang yang puasa air. Kondisi ini berupa penurunan tekanan darah, yang terjadi ketika Anda berdiri secara mendadak dan merasa pusing atau mau pingsan.
Jika Anda mengalami hipotensi ortostatik saat berpuasa, Anda mungkin perlu menghindari mengemudi atau mengoperasikan alat berat. Pusing dan risiko pingsan dapat menyebabkan kecelakaan.
Kelompok yang Tidak Disarankan Water Fasting
Puasa air tidak disarankan dan mungkin Anda tidak cocok untuk melakukannya, jika mengalami gejala berikut ini:
- Puasa air dapat memperburuk beberapa kondisi medis Anda.
- Encok. Puasa air dapat meningkatkan produksi asam urat.
- Gangguan Makan. Ada beberapa bukti bahwa puasa dapat mendorong gangguan makan seperti bulimia, terutama pada remaja.
Itulah beberapa informasi tentang water fasting. Jika Anda masih penasaran, ada banyak testimoni dari mereka yang berhasil melakukannya, termasuk dalam jangka panjang, misalnya satu bulan.
Perlu dicatat, apa pun metode diet yang kita jalankan, yang terbaik adalah yang memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, bukan merugikan tubuh. Salam sehat, Parents!
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
7 Kesalahan Diet yang Bikin Berat Badan Naik, Bisa Gagal Langsing!
8 Kisah Artis Gagal Program Bayi Tabung, Ada yang Akhirnya Pilih Adopsi Anak