Di media sosial, sedang banyak remaja yang memamerkan video Skip Challenge (#skipchallenge). Di dalam salahsatu aksi ini, seorang anak lelaki berdiri di sisi dinding, sedangkan seorang remaja lelaki yang lainnya menekan keras-keras dada temannya tersebut dengan dua tangan.
Sesaat, anak yang dadanya ditekan akan terlihat lemas dan jatuh lunglai ke lantai. Beberapanya bahkan sampai kejang-kejang.
Bukannya panik, anak yang melihat itu akan bersorak kegirangan karena itu adalah tanda suksesnya skip challenge. Kemudian, dengan bangga, mereka akan mengunggahnya di media sosial.
Trend aksi skip challenge di kalangan remaja
Beberapa akun instagram dengan banyak pengikut turut memberikan peringatan soal aksi skip challenge ini sebagai bentuk peringatan kepada orangtua maupun guru di sekolah. Termasuk akun Humas Polrestabes Surabaya.
Sebuah kiriman dibagikan oleh Humas Polrestabes Surabaya (@humaspolrestabessurabaya) pada
Awalnya, skip challenge ini mengadopsi dari tren di Amerika Serikat bernama Pass Out Challenge (#passoutchallenge) dengan gerakan serupa. Bedanya, beberapa orang melakukannya dengan cara mencekik temannya.
Kegiatan ini bukanlah sebuah bullying, melainkan kesepakatan bersama dan sifatnya murni main-main. Sehingga kadang saat temannya jatuh, alih-alih ditolong, kebanyakan hanya akan ditertawakan sampai beberapa kasus yang terjadi menyatakan bahwa korban sudah terlambat ditolong.
Sebuah kiriman dibagikan oleh hectic.savage.joe (@hectic.savage.joe) pada
Reaksi pingsan dan kejang-kejang dalam Skip Challenge maupun Pass Out Challenge disebabkan karena terhentinya asupan oksigen yang sampai ke otak. Jika anak tersebut bisa bangkit lagi, artinya oksigen sudah bisa mengaliri otak kembali. Lebih bahayanya lagi jika kondisi yang terjadi memenuhi syarat mati medis, yaitu berhentinya aliran darah dan oksigen ke otak.
Laman No Bullying yang mempromosikan gerakan anti bullying juga memperingatkan orangtua untuk lebih memperhatikan tanda-tanda bahwa anaknya melakukan aksi tersebut.
Beberapa tanda yang ditunjukkan anak adalah sebagai berikut:
- Pusing
- Ada tanda tekanan tertentu yang tak dapat dijelaskan anak pada leher maupun dadanya
- Tidak fokus
- Mata memerah, pandangan tidak fokus, dan terlihat kelelahan
Efek jangka panjang dari permainan ini adalah cedera otak Hypoxic-Anoxic yang disebabkan karena kekurangan oksigen. Orang yang terkena penyakit ini akan menderita baik secara fisik maupun mental.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek pun menegaskan bahwa permainan Skip Challenge berbahaya, “aduh aduh, jangan dong. Kalau ada penekanan (di dada) seperti itu nanti ada pendarahan. Saya baru dengar itu game-nya. Nanti saya cari. Nggak bisa itu. Itu bisa menyakiti diri sendiri,” ujarnya pada Kumparan.
Karena banyak dikecam netizen, banyak video yang telah diunggah di YouTube maupun Instagram telah dihapus. Namun, tak ada salahnya untuk ikut berbicara pada anak remaja kita untuk tidak mengikuti tren yang dapat membahayakan nyawa mereka ini.
Baca juga:
Mengapa ada Tren Ibu Mengoles Bayi dengan Cairan Vagina Setelah Melahirkan Caesar
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.