“Kalau anaknya perempuan, belikan baju warna pink saja.”
“Anak perempuan saya senang sekali dengan warna pink.”
Familiar tidak dengan contoh kalimat di atas? Tidak bisa dipungkiri, warna pink memang sering kali diidentikan dengan kaum hawa.
Tak heran bila Parents memiliki anak perempuan lebih cenderung membelikan pernak pernik berwarna pink. Atau, memang si gadis kecil sendiri yang memilih warna merah muda?
Pertanyaan selanjutnya yang muncul, mengapa anak perempuan cenderung menyukai warna pink dibandingkan dengan warna lainnya?
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Current Biology, perempuan secara biologis telah ‘diprogram’ untuk menyukai warna merah muda lebih dari lelaki. Untuk membuktikan hal ini, ahli saraf, Dr Anya Hulbert dari Universitas Newcastle, Inggris, melakukan percobaan dengan melakukan uji pemilihan warna pada 206 sukarelawan.
Kemudian, para peserta diminta untuk memilih beragam warna yang ditampilkan pada layar komputer, berbentuk persegi panjang berwarna yang dapat dikontrol pencahayaannya, saturasi dan rona. Kemudian, mereka diminta untuk memindahkan kursor secepat mungkin ke warna yang paling mereka sukai.
Setiap peserta melakukan tiga tes terpisah, dan tes tersebut diuji ulang dalam dua minggu dan hasilnya cukup menarik.
Secara umum semua peserta menyukai warna biru. Bedanya, para perempuan memilih warna biru yang lebih merah (ungu kemerahan) sementara pria suka hijau kebiruan.
Alasan anak perempuan lebih suka warna pink
Para ilmuwan menjelaskan alasan yang cukup sederhana mengapa anak perempuan secara alami tampak menyukai pink. Ternyata kondisi terkait dengan peran perempuan sebagai pengumpul makanan yang telah dilakukan sejak zaman dahulu. Sementara, lelaki kerap berperan sebagai mencari makan atau berburu.
Kembali pada zaman prasejarah dan bahkan saat ini, buah buahan seperti beri menjadi makanan pokok dari banyak kelompok pemburu atau pengumpul makanan.
Seperti yang kita ketahui, jenis buah-buahan ini saat matang memiliki warna merah muda atau keunguan. Teorinya adalah bahwa perempuan mengembangkan penglihatan warna yang lebih baik daripada pria, sehingga mereka bisa melihat buah mana yang matang di hutan lebat.
Dengan kata lain, secara biologis mereka menjadi ‘terprogram’ untuk menemukan warna merah muda dan merah.
Sedangkan, teori lain menyebutkan bahwa alasan mengapa perempuan lebih senang segala sesuatu berwarna pink terkait dengan emosi dan sifat keibuan yang dimiliki. Antara wanita dan pria, perempuan lebih mudah mengekspresikan perasaannya dibandingkan lelaki.
Ketika perempuan mengekspresikan perasaannya, mereka merasa malu sampai membuat kulit mereka terlihat bersemu seperti warna merah muda. Atau, persis dengan bayi yang menangis atau kulit terlihat lebih merah saat demam.
Karena perempuan dianggap lebih emosional, para ilmuwan percaya bahwa mereka ekstra sensitif terhadap semua warna merah – termasuk warna pink.
Hasil penelitian yang menarik, bukan?
Anak suka warna pin, bukan berarti harus selalu pakai warna pink
Sekarang kita mengetahui mengapa anak perempuan lebih senang dengan warna pink. Meskipun begitu, bukan berarti Parents harus mengikuti preferensi warna berdasarkan gender.
Mengapa? Alasannya tentu saja karena tanpa disadari secara halus dan bertahap, pemilihan warna ini justru bisa memberi jalan kepada masalah sosial yang lebih serius seputar gender bahkan diskriminasi gender.
“Aku tidak bisa memakai warna PINK! Aku bukan perempaun, Ma!!”
“Ewww, tidak biru! Biru untuk anak laki-laki …. aku perempuan, maunya warna pink saja”
Atau, bisa saja jika sejak dini Parents kerap memilih warna berdasarkan gender, bisa berisiko sebabgkan stigma bahwa pecinta warna pink adalah gadis yang lemah.
So, Parents , jika kita ingin anak laki-laki dan perempuan mendiskriminasi seseorang berdasarkan gender, saatnya mulai melatih si kecil bahwa antara perempuan dan lelaki sebenarnya setara.
Perents bisa melatihnya dengan melakukan beberapa cara ini :
- Tanamkan pada si kecil bahwa warna merah muda ataupun biru hanyalah sekadar warna. Artinya anak laki-laki juga bisa memakai warna pink atau ungu sedangkan anak perempuan sebenarnya juga bisa memakai warna biru dan hitam. Tidak apa-apa.
- Hindari mengatakan hal-hal seperti, “Kamu tidak bisa bermain sepak bola, itu hanya untuk anak laki-laki”, atau “Boneka untuk anak perempuan, mari kita ambilkan truk rakasa ini sebagai gantinya.”
- Mulailah untuk berbagi tugas-tugas rumah tangga secara merata di antara putra dan putri Anda. Anak laki-laki dan perempuan akan mendapat manfaat dari belajar cara memasak, mencuci dan melipat pakaian dan menjaga rumah yang bersih. Justru ini merupakan keterampilan hidup yang perlu dikuasai si kecil, baik anak perempuan ataupun anak lelaki.
- Dan sebaiknya jangan berperilaku atau menggunakan bahasa yang menunjukkan stereotip gender. Misalnya, “Anak laki-laki akan menjadi anak laki-laki.”
Semoga bermfaat, ya, Parents.
Baca juga:
Anak Sering Bicara Sendiri saat Bermain Tandanya Cerdas, Ini Penjelasannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.