Belum selesai dengan persoalan COVID-19 dan cacar monyet, kini para ilmuwan China telah menemukan lagi virus baru yang kabarnya dapat membahayakan manusia. Virus tersebut disebut Langya henipavirus atau dikenal juga sebagai virus Langya atau LayV. Benarkah virus Langya di China ini lebih berbahaya?
Perihal virus ini, Centers for Disease Control (CDC) Taiwan saat ini sedang membangun metode pengujian asam nukleat untuk mengidentifikasi dan memeriksa penyebaran virus baru Langya tersebut.
Apa itu Virus Langya?
Langya adalah salah satu jenis dari Zoonosis Henipavirus yang masih kerabat jauh dari virus Nipah dan Hendra yang terkadang berakibat fatal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan Henipavirus ini sebagai ancaman tingkat keamanan hayati 4.
Berdasarkan data, tingkat kematian kasus berkisar antara 40 dan 70 persen. Kendati demikian, sejauh ini tidak ditemukan kematian yang dilaporkan dari virus Langya ini.
Menurut laporan lainnya, ini adalah pertama kalinya virus Langya terdeteksi pada manusia. Oleh karena itu, laboratorium Taiwan akan memerlukan metode pengujian asam nukleat standar. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi virus, sehingga infeksi pada manusia dapat dipantau.
Artikel Terkait: Berpotensi Tularkan Virus, Ini 6 Cara Membuang Masker yang Benar
Virus Langya Pertama Kali Ditemukan di China
Melansir dari The Washington Post, sampel virus Langya pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2018 dari seorang petani di provinsi Shandong yang mencari pengobatan untuk demam. Selama periode kira-kira dua tahun, 34 orang lainnya telah terinfeksi di Shandong dan daerah tetangganya, yaitu Henan.
Sementara itu, sebuah studi berjudul “A Zoonotic Henipavirus pada Pasien Demam di China” yang diterbitkan di New England Journal of Medicine beberapa waktu lalu mengatakan bahwa henipavirus baru yang terkait dengan penyakit manusia penyebab demam telah diidentifikasi di China.
Dari hasil investigasi mengidentifikasi sebanyak 35 pasien dengan infeksi akut virus henipa Langya di provinsi Shandong dan Henan. Sedangkan, 26 di antaranya hanya terinfeksi virus Langya tanpa patogen lain.
Sejauh ini, tidak ada kasus di luar China yang dilaporkan. Studi tersebut juga mengatakan penularan virus Langya dari manusia ke manusia belum diamati.
“Pelacakan kontak dari sembilan pasien dengan 15 anggota keluarga kontak dekat mengungkapkan tidak ada penularan LayV kontak dekat,” tulis para peneliti.
“Tetapi ukuran sampel kami terlalu kecil untuk menentukan status dari manusia ke manusia untuk LayV,” tambahnya.
Virus Langya Bersifat Zoonosis
Sebenarnya virus yang menyebar dari hewan ke manusia bukanlah hal yang aneh. Sekitar 70 persen penyakit menular yang muncul pada manusia berasal dari zoonosis.
Penyakit zoonosis didefinisikan sebagai penyakit menular yang ditularkan antar spesies, baik dari hewan ke manusia, atau dari manusia ke hewan. Contoh virus zoonosis ini antara lain, COVID-19, cacar monyet, dan virus Hendra atau HeV.
Di samping itu, penularan virus Langya dari manusia ke manusia belum dilaporkan sejauh ini. Pada saat yang sama, Wakil Direktur Jenderal CDC Taiwan Chuang Jen Hsiang juga mengatakan bahwa pihaknya belum menentukan apakah virus tersebut dapat ditularkan di antara manusia dan memperingatkan orang untuk memperhatikan pembaruan lebih lanjut tentang virus tersebut.
Artikel Terkait: Belum Selesai Pandemi, Sudah Ada Penyakit Baru! Waspadai Virus Penyebab Mimisan
Apa Usul Usul Virus Langya?
Menurut laporan awal, sumber pasti penyebaran virus Langya di China masih belum jelas. Para peneliti kemudian menguji 25 spesies hewan liar untuk mendeteksi asal usul virus tersebut. Hasil menunjukkan bahwa 2 persen dari kambing yang diuji dan 5 persen dari anjing yang diuji adalah positif.
Hasil tes dari 25 spesies hewan liar ini menunjukkan bahwa celurut atau mamalia pemakan serangga kecil yang menyerupai tikus, mungkin merupakan reservoir alami dari Langya henipavirus. Pernyataan itu diperkuat karena virus tersebut ditemukan pada 27 persen dari subyek tikus.
Apa Saja Gejalanya?
Hampir semua pasien yang terdeteksi dengan virus Langya di China ini memiliki sejumlah gejala. Adapun gejala yang dirasakan, antara lain:
– Demam
– Kelelahan
– Penurunan jumlah sel darah putih
– Batuk
– Sakit kepala
– Nyeri otot
– Kehilangan nafsu makan
– Sakit kepala
– Mual dan muntah
– Sifat mudah marah
– Anoreksia
Selain itu, mereka juga menunjukkan jumlah trombosit yang rendah, dan yang paling parah adalah mengalami gagal hati dan gagal ginjal.
Artikel Terkait: Ancaman Infeksi Virus Hendra Kembali Ditemukan, Cek Gejala dan Pencegahannya!
Seberapa Bahaya Virus Langya?
Melansir dari The Star, spesialis penyakit menular dan ahli mikrobiologi medis di Pusat Kesehatan Universitas McGill Montreal, Dr. Donald Vinh, mengatakan bahwa Langya adalah anggota keluarga henipavirus, dan kerabat jauh dari virus Nipah yang terkadang berpotensi fatal.
Seperti diketahui virus Nipah dikenal dapat menyebabkan gejala seperti flu, namun yang lebih memprihatinkan, virus ini dapat menyebabkan radang otak yang bisa berakibat cukup fatal.
Lebih lanjut, Donald Vinh mengatakan, dari orang-orang yang didiagnosis dengan virus Langya sejauh ini tidak ada yang terlihat mengancam jiwa. Mereka berpotensi dengan beberapa kelainan dalam tes darahnya, tetapi itu tidak berbahaya.
Dia pun mengatakan bahwa China dan negara-negara lain saat ini membutuhkan pemantauan agresif di mana lagi infeksi ini mungkin terjadi. Hal itu karena menurutnya, kita tidak tahu sejauh mana kemampuan virus Langya tersebut.
Sementara itu, spesialis penyakit menular dan dokter di Jaringan Kesehatan Universitas Toronto bernama Isaac Bogoch justru lebih optimis dibandingkan dengan Dr. Donald Vinh.
“Haruskah kita khawatir tentang virus khusus ini? Jawabannya, saya rasa tidak,” katanya.
“Sepertinya ini tidak menyebabkan wabah besar. Sepertinya tidak ada transmisi yang efisien dari virus ini dari manusia ke manusia. Dan jika ada, kita melihatnya menyebar sejak lama,” lanjut Bogoch.
Sebaliknya, Bogoch melihat virus Langya, bersama dengan munculnya cacar monyet dan COVID-19 sebagai gejala masalah yang lebih luas. Yaitu, meningkatnya limpahan penyakit hewan ke manusia.
“Semakin umum virus menyebar ke populasi manusia dari hewan non manusia. Dan Anda hanya perlu sial sekali untuk mendapatkan virus epidemi dan potensi pandemi,” pungkas Bogoch.
Selain itu, hampir 1,7 juta virus yang belum ditemukan mungkin ada pada mamalia dan burung. Seperti misalnya, virus Hendra dan Nipah, dua jenis henipavirus dengan tingkat kematian yang tinggi dapat tertular melalui kontak dekat dengan kuda, babi, dan kelelawar yang sakit.
Para ilmuwan yang mempelajari penyakit zoonosis telah memperingatkan bahkan sebelum pandemi virus corona bahwa praktik seperti perdagangan satwa liar yang tidak diatur, penggundulan hutan, dan urbanisasi telah membawa orang lebih dekat dengan hewan, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran virus.
***
BACA JUGA:
Intip 6 Koleksi Tas Hermes Langka Milik Kylie Jenner, Harganya Fantastis!
Setelah 3 Tahun Vakum, Arctic Monkeys Kembali Ramaikan Panggung Hiburan
5 Sumber Kekayaan Lee Min Ho, Sekali Tampil Bisa Meraup Belasan Milyar
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.