Awalnya, Vanitha Rengaraj adalah seorang akademisi Fakultas Sejarah Universitas Pollachi India. Pada tahun 1998-1999, dia ditunjuk menjadi presiden Inner Wheel Club, sayap organisasi dari Klub Rotari Internasional yang bekerja untuk isu sosial.
Di sinilah awal mula keseriusannya mengasuh lebih dari 100 anak terlantar.
The Logical Indian mencatat, untuk menunjukkan kepeduliannya, ia sering blusukan ke daerah kumuh. Di sana, dia membantu anak-anak yatim dan para ibu miskin.
Namun, ia berpikir, bantuan sedikit-sedikit tak akan mengubah nasib mereka. Maka, dia bertekad untuk mengubah nasib anak-anak tersebut dengan mengasuhnya,
Ia menyadari bahwa terlalu banyak anak yang tidak dapat mengakses pendidikan, makanan sehat, fasilitas kesehatan yang memadai dan bahkan pakaian yang layak untuk menutupi tubuh telanjangnya. Ia tersentuh dengan adanya anak-anak cacat yang tak punya seorang pun yang merawat mereka.
Akhirnya, ia berpikir untuk mendirikan organisasinya sendiri dan mengabdikan dirinya untuk kemanusiaan. Ia bersumpah akan membuat hidup anak-anak yang ditolongnya jadi lebih baik dengan kasih sayang dan perhatian.
Sharanalayam
Organisasi yang didirikannya bernama Sharanalayam. Untuk permulaan, ia mengasuh 7 anak jalanan sekaligus di atas sebuah rumah kontrakan sederhana.
Orang tua dari anak-anak jalanan yang awalnya tinggal di pinggir rel, terminal, dan rumah-rumah kumuh setuju dengan Vanitha, Mereka akhirnya menyerahkan sepenuhnya kepengasuhan anak-anak demi masa depan mereka yang lebih cerah.
Setahun setelah mendirikan organisasi tersebut, anak-anak yang ia asuh berkembang menjadi 100 orang. Termasuk diantaranya balita, anak dan remaja,
Vanitha mulai terbiasa dengan berbagai suara tangis, tawa, teriak, pertengkaran, bahkan bau ompol anak-anak. Dengan bantuan dari berbagai pihak, rumah yang selama ini ia sewa jadi rumah permanen.
Lama kelamaan, masyarakat mulai mempercayai pengabdiannya. Sebuah organisasi amal menggalang dana untuk membuatkan sebuah rumah permanen yang layak untuk anak-anak di daerah Kinathukadavu, India.
Tak disangka, penggalangan dana tersebut mendapat respon gembira dari khalayak ramai. Tak hanya rumah, masyarakat justru membangun gedung besar di tempat yang strategis.
Selain itu, gedung tersebut memiliki fasilitas bermain, kesehatan, ruang Yoga, bahkan tempat untuk terapi anak-anak berkebutuhan khusus, Perjuangan belum selesai, Vanitha masih harus berusaha menjadikan organisasinya selegal mungkin agar ia dapat mengasuh lebih banyak anak dan mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Perjuangan untuk jadi organisasi legal berhasil. Sebagai hasilnya, ia mengasuh 70 bayi terlantar lain di yayasannya.
Senyum kebahagiaan anak-anak asuh Vanitha
Kini, yayasan Sharanalayam dinyatakan pemerintah sebagai yayasan yang managemen adopsi anaknya paling transparan di India. Yayasannya berkembang di 5 kabupaten berbeda.
Peduli ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)
Selain mengasuh anak-anak yatim, jalanan, terlantar, dan berkebutuhan khusus, ia juga menaruh konsentrasi khusus pada anak-anak yang terinfeski HIV/AIDS dari orang tuanya. Selain anak, ia juga merawat para orang tua yang membutuhkan pertolongan darurat akibat HIV/AIDS tersebut.
Tercatat, ada 50 orang dewasa yang ia rawat di sana. Jumlah tersebut belum termasuk anak-anak. Orang-orang yang awalnya dibuang oleh masyarakat kini mendapatkan kehidupan yang layak di yayasannya.
Usahanya kembali mendapatkan perhatian Masyarakat Pengontrol AIDS di Pemerintahan Tamil Nadu di bawah Kementerian Kesehatan yang membantunya menangani pasien AIDS. Ia juga mendapatkan penghargaan dari kementerian sebagai yayasan peduli AIDS dengan akreditasi A.
Kegigihannya membuahkan hasil. Kini, masyarakat sekitar bisa memperlakukan pasien AIDS selayaknya pasien sakit biasa.
Karena akses obat dan kesehatan semakin mudah, angka kematian pasien HIV/AIDS juga menurun drastis. Yang lebih menyentuh lagi, masyarakat mulai memperlakukan penderita HIV/AIDS dengan perlakuan yang lebih manusiawi.
Pengabdiannya selama 16 tahun berbuah. Banyak anak asuhnya yang kini sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri. Sedangkan yang lainnya telah berhasil menjadi dokter, perawat, ahli teknik sipil, guru, dan profesi lainnya.
Kini, anak-anak yang semasa kecilnya dianggap parasit yang tak punya masa depan mulai berkontribusi di masyarakat dengan perannya masing-masing. Ibu yang awalnya bertekad “hanya” mengasuh lebih dari 100 anak telah berkembang menjadi ribuan anak dengan masa pengabdian selama 16 tahun.
Vanitha adalah contoh seorang ibu yang melahirkan anaknya dari hati. Ia tidak melahirkan anak-anak tersebut dari rahimnya sendiri, namun apa yang ia lakukan setara dengan cinta kasih mendalam seorang ibu yang peduli pada anak-anaknya.
Dunia membutuhkan lebih banyak Vanitha. Siapkah Anda menjadi agen perubahan yang menghidupkan nyala kehidupan dan harapan untuk anak-anak terlantar seperti yang dilakukan Vanitha?
Semoga kebaikan hatinya menginspirasi banyak wanita perkasa lainnya.
Baca juga:
Perjalanan Hidup Ryan: Malnutrisi di Panti, Sehat Setelah Diadopsi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.