Berbicara mengenai vaksin MMR, sampai saat ini memang masih menuai pro kontra. Padahal, hal yang perlu dilakukan semua orangtua adalah mencari informasi yang tepat sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah. Dengan begitu, tidak lagi ‘termakan’ dengan berita yang tidak benar atau hoax.
Hal ini pun berlaku dengan mengetahui manfaat vaksin MMR, serta langka yang perlu diperhatikan jika orangtua ingin memberikan vaksin MMR pada anak.
Shinta Abadi, seorang ibu baru dengan dua orang anak menceritakan pada theAsianparent Indonesia, bahwa dirinya masih ragu apakah perlu memberikan vaksin MMR untuk anaknya. Pasalnya, dirinya mendengar bahwa jenis vaksin yang satu ini tidak aman dan memiliki sejumlah risiko yang bisa dirasakan oleh di kecil.
Sebuah bukti bahwa masih banyak orangtua yang kekhawatir akan efek samping vaksin MMR yang ‘katanya’ bisa menyebabkan speech delay bahkan autisme. Terlebih, bagi ibu baru seperti Shinta yang belum banyak mempelajari tentang hal itu.
“Soal vaksin aku bener-bener cuma tiap bulan ikutin jadwal dari dokter, kebetulan bulan ini, anakku, Gwen, vaksin MMR. Tapi masih bingung, vaksin ini aman nggak ya? Akhirnya tanya temen-temen soal vaksin ini, dan katanya bisa menyebabkan speech delay, bahkan autisme. Kan jadi bikin takut saat mau vaksin anak,” ungkapnya.
Apakah kekwawatiran Shinta atau oranglainnya benar adanya? Agar bisa memahami hal ini, yuk sama-sama kita kulik mengenai apa itu vaksin MMR.
Apa itu vaksin MMR?
Sama seperti vaksin lainnya, vaksin MMR tentu saja merupakan salah satu ‘investasi’ yang dibutuhkan agar anak tetap sehat. Vaksin ini sendiri berguna untuk mencegah penyakit measles (campak), mumps (gondong), dan rubella (campak jerman) yang bisa menyerang siapa saja terutama anak-anak.
Seperti diketahui, campak sendiri merupakan penyakit infeksi yang sangat menular, begitupun gondong dan penyakit campak jerman (rubella). Ketiganya juga sama-sama berisiko terhadap bayi dan anak-anak.
Artikel terkait: Pentingnya vaksin tidak hanya untuk anak, tapi seluruh masyarakat, ini faktanya!
Bila anak terserang campak, komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi telinga, radang paru-paru, radang otak (encephalitis) yang dapat menyebabkan kejang, tuli, dan retardasi mental.
Sementara, penyakit gondongan dapat berisiko sebabkan terjadinya komplikasi radang selaput otak (meningitis). Dan ini terjadi pada 4-6 dari 100 individu yang menderita gondong. Komplikasi lain adalah gangguan pendengaran yang biasanya permanen, radang buah zakar (testis) yang dapat menimbulkan risiko sterilitas (mandul).
Sedangkan virus rubella bila mengenai ibu hamil terutama pada hamil muda dapat menimbulkan cacat berat pada janin, yang dikenal sebagai sindrom rubela congenital.
Mitos vaksin MMR yang wajib diketahui
Dalam hal ini kepada theAsianparent Indonesia, dr. Meta Hanindita, SpA, mengatakan bahwa vaksin MRR tidak ada hubungannya dengan efek samping tersebut. Baik menyebabkan autisme atau menyebabkan speech delay.
“Vaksin MMR tidak ada hubungannya dengan speech delay dan autisme, jadi boleh diberikan meski anak belum bisa berbicara,” kata dr. Meta.
Artikel terkait: Balita di Semarang alami gangguan mata dan telinga akibat virus rubella
Lebih lanjut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerangkan bahwa tidak ada bukti ilmiah antara vaksin MMR dengan autisme maupun speech delay.
American Academy of Pediatrics (AAP), Institute of Medicine, dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyimpulkan bahwa tidak ada bukti hubungan antara imunisasi MMR dan timbulnya autisme.
Vaksin MMR tidak menyebabkan kemunduran perkembangan anak
Berbagai penelitian yang dilakukan Amerika oleh Collaborative Programs of Excellence in Autism, yang didukung oleh The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tidak menyatakan vaksin MMR dapat menyebabkan kemunduran perkembangan anak.
Hasil penelitian yang dimuat dalam Journal of Autism and Developmental Disorders pada 2006 juga menyatakan kalau tidak ada bukti bahwa ada hubungan antara regresi perkembangan pada autisme dengan imunisasi MMR.
Bagaimana langkah melakukan vaksin MMR?
Selaku dokter anak, dr. Meta menandaskan bahwa pada prinsipnya, langkah melakukan vaksin MMR sama saja dengan vaksin yang laiinya, baik vaksin DPT ataupun BCG.
Berikut beberapa poin yang perlu Parents ketahui:
- Pastikan Parents mengetahui usia tepat imunisasi yakni usia 18 bulan atau diatas 1 tahun
- Pastikan kondisi anak dalam keadaan sehat menurut dokter, seperti tidak demam atau flu
- Sebelum vaksin, Parents harus melihat dulu perkembangan anaknya, apakah anak sudah bisa berbicara atau merangkak saat usia 18 bulan tersebut.
- Bila perkembangannya belum sesuai, Parents bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli perkembangan anak untuk mengetahui penyebab anak mengalami keterlambatan. Hal ini penting untuk mendeteksi gejala dini autis atau tidak.
- Jika didapatkan anak menderita autis, anak tersebut tetap bisa mendapatkan vaksin MMR. Karena vaksin ini tidak memicu atau memperparah anak autis.
Nah, Parents, dengan mengetahui fakta di atas sudah terbukti, yak kalau imunisasi MMR tidak terbukti menimbulkan autisme ataupun speech delay. Hal ini sudah dipertegas dengan adanya penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan,
Referensi: IDAI
Baca juga:
Panduan berat badan ideal bayi 2 bulan, dan vaksin yang wajib diberikan