Vaginosis Bakteri Saat Hamil Bisa Picu Kelahiran Prematur dan BBLR, Kenali Gejalanya

undefined

Vaginosis bakteri adalah jenis infeksi vagina yang paling umum terjadi pada perempuan usia reproduktif.

Ada banyak kondisi tertentu yang dapat terjadi pada perempuan yang aktif berhubungan secara seksual, salah satunya adalah vaginosis bakteri (VB)

Apa itu vaginosis bakteri? Kondisi ini adalah infeksi vagina ringan. Meskipun tidak berbahaya, VB dapat meningkatkan risiko infeksi menular seperti klamidia, gonore, bahkan HIV. Selain itu, jika terjadi saat hamil, dapat menyebkan kelahiran prematur dan berat badan lahir bayi rendah.

Berikut adalah beberapa hal yang patut Bunda ketahui seputar vaginosis bakteri.

Apa Itu Vaginosis Bakteri?

Mengutip dari Mayo Clinic, definisi vaginosis bakteri adalah jenis peradangan vagina yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih bakteri yang secara alami ditemukan di vagina yang mengganggu keseimbangannya. VB adalah penyebab umum dari keputihan yang tidak biasa.

Perlu diketahui bahwa infeksi ini bukanlah infeksi menular seksual (IMS), tetapi perempuan yang mengalami VB memiliki peningkatan risiko terhadap infeksi menular seksual seperti klamidia.

Pada beberapa kasus, vaginosis bakteri dapat hilang tanpa pengobatan atau perawatan khusus. Namun, pada umumnya dokter meresepkan antibiotik pada kasus VB.

Artikel Terkait: 6 Tanda Vagina Sehat, Para Bunda Wajib Tahu!

Penyebab Vaginosis Bakteri

Di dalam vagina terdapat berbagai jenis bakteri (mikrobioma), mirip seperti pada sistem pencernaan. Ada bakteri ‘baik’ yang disebut sebagai lactobacilli, dan ada pula yang disebut bakteri ‘jahat’ atau anaerob.

VB terjadi karena adanya pertumbuhan berlebih dari anaerob yang ada di dalam vagina. Jika ada terlalu banyak bakteri anaerob di dalam vagina, mereka akan mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme di vagina.

Gejala Vaginosis Bakteri 

Vaginosis Bakteri Saat Hamil Bisa Picu Kelahiran Prematur dan BBLR, Kenali Gejalanya

Sumber: Freepik

Sekitar 84% penderita VB tidak memiliki gejala apa pun (asimptomatik). Namun, gejala berikut ini bisa saja muncul: 

  • Keputihan encer berwarna putih atau abu-abu
  • Rasa nyeri, gatal, atau sensasi seperti terbakar di vagina
  • Bau amis seperti ikan yang kuat terutama setelah berhubungan seks atau selama siklus menstruasi
  • Terasa seperti terbakar saat buang air kecil
  • Gatal di sekitar bagian luar vagina

Baik VB dan infeksi jamur adalah infeksi vagina yang ditandai dengan keputihan. Untuk membedakan keduanya, ciri yang paling menonjol adalah aromanya. Keputihan yang dialami jika menderita vaginosis bakteri umumnya berbau amis dan encer, sedangkan keputihan karena infeksi jamur biasanya tidak berbau kuat dan teksturnya menggumpal.

Siapa yang Bisa Terserang Vaginosis Bakteri?

Vaginosis bakteri adalah masalah vagina yang paling umum terjadi pada perempuan usia 15 hingga 44 tahun (usia reproduktif). Setiap perempuan berisiko mengalami VB, tetapi menurut penelitian risikonya akan lebih tinggi jika seorang perempuan:

  • Aktif secara seksual
  • Merokok
  • Sedang hamil
  • Menggunakan Intra-uterine Device (IUD)
  • Mengalami kelahiran prematur
  • Mengalami infeksi setelah operasi seperti histerektomi
  • Mengalami perubahan hormon karena menstruasi atau kehamilan. 
  • Memiliki penyakit menular seksual
  • Mengonsumsi antibiotik dalam jangka panjang

Faktor risiko lain untuk vaginosis bakterial meliputi:

Bergonta-ganti Pasangan

Memang masih belum cukup penelitian mengenai hubungan antara aktivitas seksual dan VB, tetapi kondisi ini lebih sering terjadi pada perempuan yang memiliki banyak pasangan seks atau bergonta-ganti pasangan. Vaginosis bakteri juga dilaporkan lebih sering terjadi pada perempuan yang berhubungan seks dengan sesama jenis.

Menggunakan Sabun Pembersih Vagina

Membersihkan vagina dengan sabun pembersih dapat mengganggu keseimbangan bakteri alam di dalam vagina. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih dari bakteri anaerob, dan menyebabkan VB. Selain itu, penggunaan sabun beraroma, mandi busa, dan deodoran vagina juga bisa menyebabkan hal yang sama.

Vagina pada dasarnya bisa ‘membersihkan’ dirinya sendiri sehingga menggunakan sabun pembersih sebenarnya tidak diperlukan.

Kekurangan Alami Bakteri Lactobacilli

Jika lingkungan alami vagina tidak dapat menghasilkan cukup bakteri lactobacilli yang baik, risiko mengalami vaginosis bakteri pun meningkat

Cara Penularan

VB tidak menyebar dari orang ke orang atau menular, tetapi aktivitas seksual dapat meningkatkan risiko terkena infeksi tersebut.

Perlu diketahui bahwa vaginosis bakteri memang tidak menular secara seksual, tetapi terkait dengan aktivitas seksual. Para ahli menilai bahwa hubungan seksual dapat mengubah lingkungan bakteri di dalam vagina sehingga menyebabkan pertumbuhan bakteri lebih mungkin terjadi.

Artikel Terkait: 7 Macam Aroma Vagina dan Maknanya, Kapan Harus Waspada?

Dampak Vaginosis Bakteri pada Kehamilan

Vaginosis Bakteri Saat Hamil Bisa Picu Kelahiran Prematur dan BBLR, Kenali Gejalanya

Sumber: Freepik

Vaginosis bakteri biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Namun, kondisi ini bisa menyebabkan masalah, terutama ketika Bunda sedang hamil atau merencanakan kehamilan. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa ada 1 juta perempuan hamil yang menderita VB setiap tahunnya.

Ibu hamil memiliki risiko tinggi mengalami vaginosis bakteri karena adanya perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan.

Jika ibu hamil mengalami VB, maka bayinya berisiko lebih tinggi untuk lahir lebih awal (prematur) dan berat badan lahir rendah. Kelahiran prematur adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu, sementara berat badan lahir rendah adalah ketika bayi lahir dengan berat kurang dari 2,5 kilogram. Lahir terlalu dini atau terlalu kecil dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi bayi.

Perempuan yang sedang merencanakan kehamilan juga perlu waspada akan vaginosis bakteri. VB dapat menyebabkan penyakit radang panggul, yaitu infeksi pada rahim yang dapat meningkatkan risiko infertilitas.

Diagnosis

Berkonsultasilah dengan dokter jika mengalami kondisi seperti:

  • Keputihan yang berbau, bisa juga disertai dengan demam.
  • Pernah mengalami infeksi vagina sebelumnya, tetapi warna dan konsistensi keputihannya berbeda dengan yang dialami sekarang.
  • Memiliki banyak pasangan seks atau pasangan baru.
  • Telah mencoba mengobati sendiri keputihan tetapi tidak menunjukkan hasil.

Dokter dapat membantu menentukan penyebab dan mengidentifikasi tanda atau gejala kondisi yang Anda alami. Saat melakukan pemeriksaan, dokter juga mungkin akan melakukan uji coba sampel cairan keputihan dari vagina yang akan diperiksa di laboratorium.

Kemungkinan Komplikasi Vaginosis Bakteri

Vaginosis bakteri umumnya tidak menyebabkan komplikasi. Namun, terkadang mengalami infeksi ini dapat menyebabkan:

  • Kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah.
  • Infeksi seksual menular. Mengalami VB membuat perempuan lebih rentan terhadap infeksi menular seksual, seperti HIV, virus herpes simpleks, klamidia atau gonore.
  • Risiko infeksi setelah operasi ginekologi. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terkena infeksi pascaoperasi setelah prosedur seperti histerektomi atau dilatasi dan kuretase.
  • Penyakit radang panggul. Vaginosis bakterial terkadang dapat menyebabkan PID, infeksi rahim dan saluran tuba yang dapat meningkatkan risiko infertilitas.

Pengobatan Vaginosis Bakteri

vaginosis bakteri adalah infeksi vagina ringan

Sumber: Freepik

Satu dari tiga kasus VB dapat sembuh tanpa pengobatan khusus. Namun, pengobatan yang tepat membantu menghindari peningkatan kemungkinan beberapa risiko kesehatan serius yang terkait dengan vaginosis bakteri.

Jika Anda memiliki gejala, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan dan pengobatan yang tepat. Dokter biasanya mengobati VB dengan menggunakan antibiotik. Sekitar 10% hingga 15% orang membutuhkan pengobatan lain disamping antibiotik.

Pada sebagian besar kasus, antibiotik harus diminum hingga tujuh hari untuk menghilangkan infeksi. Penting untuk meminum semua obat yang diresepkan oleh dokter hingga habis, bahkan jika gejala sudah hilang.

Perawatan vaginosis bakteri yang tepat juga dapat mengurangi risiko terkena penyakit menular seksual lainnya.
Namun, kondisi dapat kembali terjadi bahkan setelah diobati hingga sembuh. Sekitar 80% perempuan cenderung mengalami VB berulang.

Artikel Terkait: Vagina Lembab Bikin Tak Nyaman? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Kapan Harus ke Dokter?

Segera periksakan ke dokter ketika mengalami kondisi-kondisi di atas ketika:

  • Sedang hamil
  • Baru mengalami keputihan yang menimbulkan bau dan disertai demam. 
  • Pernah mengalami infeksi vagina, tetapi keputihan yang sedang dialami memiliki warna dan tekstur yang berbeda dari sebelumnya. 
  • Mengalami infeksi jamur di vagina yang tidak kunjung sembuh meski telah menjalani pengobatan mandiri menggunakan obat yang dijual bebas. 

Gejala vaginosis bakterialis dapat menyerupai gejala dari infeksi lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan ke dokter guna memastikan diagnosis dan penanganan yang tepat. 

Mencegah Penularan Vaginosis Bakteri

Pada dasarnya dokter dan ilmuwan belum sepenuhnya memahami bagaimana VB menyebar atau seperti apa cara terbaik untuk mencegahnya. Meskipun begitu, langkah-langkah pencegahan dasar dapat membantu menurunkan risiko VB.

Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Minimalkan Iritasi Vagina

Selalu gunakan sabun ringan dan nondeodoran saat mandi serta tampon atau pembalut tanpa pewangi.

2. Jangan Bersihkan Vagina dengan Sabun Pembersih

Vagina bisa membersihkan dirinya sendiri sehingga tidak memerlukan pembersihan tambahan selain mandi. Terlalu sering menggunakan sabun pembersih dapat mengganggu keseimbangan bakteri pada vagina dan dapat meningkatkan risiko infeksi vagina. Apabila sudah terkena infeksi, sabun pembersih juga tidak bisa membantu mengobatinya.

3. Menghindari Infeksi Menular Seksual

Sebaiknya hindari bergonta-ganti pasangan atau tidak melakukan hubungan seksual sama sekali untuk meminimalkan risiko infeksi menular seksual atau infeksi vagina.

4. Jaga Kebersihan Vagina

Selalu usahakan untuk menjaga kebersihan vagina dan pastikan benda yang menyentuh anus dibersihkan terlebih dahulu sebelum kontak dengan vagina. Tisu toilet dan mainan seks bisa mentransfer bakteri ke dalam vagina.

Saat membersihkan vagina setelah buang air kecil, bilas dengan arah dari arah depan ke belakang. Selain itu, pastikan mainan seksual dibersihkan dengan benar setelah digunakan.

Kenakanlah pakaian dalam berbahan katun. Bakteri dapat berkembang biak di lingkungan yang lembap. Pakaian yang terbuat dari katun dapat membantu menghilangkan kelembapan.

***
Vaginosis bakteri adalah infeksi ringan yang pada dasarnya tidak berbahaya. Namun, jika mengalami keputihan yang tidak biasa, bisa jadi Bunda mengalami infeksi vagina. Oleh karena itu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Semoga bermanfaat!

Baca Juga:

Rasa gatal di vagina, apa penyebab dan bagaimana mengatasinya?

Vagina menyengat seperti bau bawang, ternyata disebabkan 4 hal ini!

6 Kebiasaan buruk yang menganggu kesehatan vagina, wanita wajib baca!

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.