Kabar soal tumbuhnya gigi di dalam vagina atau dikenal sebagai vagina dentata sempat populer di India, Jepang hingga Rusia. Mitos atau fakta?
Dalam bahasa Latin, vagina dentata memiliki arti harafiah ‘vagina bergigi’. Hal ini sebetulnya merupakan mitos yang berkembang dari kisah atau dongeng di masa lalu. Dahulu, sempat beredar cerita bahwa di dalam organ seksual wanita, terdapat gigi yang dapat melukai apapun yang masuk ke dalamnya.
Sesungguhnya, hal ini dibuat sebagai peringatan agar pria tidak melakukan pemerkosaan. Meski hanya mitos, dongeng vagina dentata ini cukup menarik sehingga menginspirasi pembuatan film berjudul ‘Teeth’ (2007).
Faktanya, Mungkinkah Gigi Bisa Tumbuh di dalam Vagina?
Dalam dunia medis, ada dua kondisi yang sebetulnya ‘mirip’ dengan mitos vagina dentata, yakni teratoma dan kista dermoid.
Teratoma
Teratoma adalah jenis tumor langka yang berasal dari sel-sel germinal, yakni sel-sel pada organ reproduksi. Pada wanita, tumor ini umumnya muncul di indung telur (ovarium), sedangkan pada pria di buah zakar (testis). Tumor tersebut berisi jaringan dan organ seperti rambut, gigi, tulang, hingga otot. Oleh sebab itu, kemunculannya kerap disalahartikan sebagai akibat dari kena guna-guna atau santet.
Teratoma dapat muncul pada bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dewasa, terutama wanita. Tumor ini terjadi akibat kelainan pada proses pembelahan sel sehingga sel-sel ini berkembang secara abnormal. Kondisi ini juga bisa bermula dari sel germinal yang berkembang pada janin dalam kandungan, sehingga teratoma berisi rambut, gigi, tulang, bahkan berbentuk janin utuh.
Tergantung jenis sel dan tingkat kematangannya, teratoma dapat bersifat jinak maupun ganas. Penanganannya pun disesuaikan dengan sifat teratoma, lokasi, dan penyebarannya.
Pada tahap awal, teratoma kerap tidak bergejala. Selanjutnya, bisa muncul rasa nyeri, pembengkakan, perdarahan, serta peningkatan kadar penanda tumor alpha-fetoprotein (AFP) dan hormon beta-hCG. Gejala juga dapat muncul sesuai dengan lokasi teratoma, seperti:
- Pembesaran perut disertai nyeri hebat di panggul atau perut bila teratoma terdapat di indung telur.
- Benjolan atau pembengkakan buah zakar bila teratoma terdapat di buah zakar.
- Konstipasi, nyeri perut, nyeri saat buang air kecil, pembengkakan area kelamin dan rasa lemah pada kaki, bila teratoma terdapat di tulang ekor. Jenis ini adalah yang paling jarang terjadi.
Kista Dermoid
Kista dermoid adalah tumor jinak yang berisi rambut, gigi, cairan, atau jaringan kulit. Tumor ini biasanya muncul di kulit (terutama area wajah), di dalam tengkorak, punggung bawah, dan di dalam organ reproduksi wanita seperti indung telur dan vagina.
Kista dermoid ovarium (di dalam indung telur) sebetulnya merupakan bentuk teratoma yang matur, yakni yang sel-selnya ‘matang’ secara bentuk dan fungsi. Kondisi ini sering ditemukan pada wanita usia reproduksi, biasanya tumbuh perlahan dan tidak menjadi ganas (kanker).
Sebagian besar wanita dengan kista dermoid ovarium tidak bergejala. Kalaupun ada, kemunculan gejala bergantung pada ukuran kista. Gejala dapat berupa nyeri tumpul atau tajam di bagian perut bawah sisi yang terdapat kista, rasa penuh pada perut, hingga perut kembung.
Meski umumnya tidak berbahaya, kista dermoid ovarium dapat semakin membesar dan mengalami komplikasi seperti pecah, terputar, hingga mengalam infeksi. Salah satu tanda yang dirasakan yakni nyeri perut yang sangat hebat dan bersifat tiba-tiba atau nyeri disertai demam dan muntah-muntah. Bila demikian, kondisi ini perlu segera ditangani melalui prosedur pembedahan.
Dikaitkan dengan vagina dentata, kondisi medis yang paling mirip sebenarnya adalah kista dermoid vagina. Akan tetapi, kondisi ini sangat-sangat jarang ditemukan. Di literatur Barat, hanya ditemukan lima kasus sampai saat ini.
Meski Vagina Dentata Mitos, Kesehatan Organ Kewanitaan Tetap Perlu Dijaga
Meski vagina dentata hanyalah mitos, kesehatan organ kewanitaan tetap perlu dijaga. Berikut hal-hal yang bisa Anda lakukan untuk menjaganya.
- Membasuh vagina dari arah depan ke belakang setiap selesai buang air kecil dan besar. Ini bertujuan untuk menghindari perpindahan bakteri dari anus ke vagina yang dapat menyebabkan infeksi. Setelahnya, keringkan dengan handuk atau tisu lembut dengan cara menepuk-nepuk dan bukan menggosok.
- Hindari penggunaan produk kewanitaan bentuk apapun, apalagi yang mengandung parfum.
- Hindari mandi dengan berendam di air sabun.
- Hindari mencuci bagian dalam vagina (douching).
- Bila menggunakan pantyliner, ganti setiap 3 jam sekali.
- Saat haid, gunakan pembalut yang tidak berparfum, dan ganti setiap 6-8 jam sekali.
- Gunakan pakaian dalam yang berbahan 100 persen katun, agar menyerap keringat.
- Cukur bulu kemaluan seperlunya, gunakan alat khusus agar vagina tidak lecet. Hindari mencukur bulu kemaluan terlalu pendek.
- Bertanggung jawab secara seksual, yakni setiap dengan satu pasangan seksual yang bebas dari infeksi menular seksual. Atau, praktikkan seks yang aman, yakni dengan menggunakan kondom.
- Mendapatkan vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) untuk mencegah kanker leher rahim apabila belum pernah menikah atau belum aktif secara seksual.
- Rutin menjalani pemeriksaan Pap Smear setiap 3 tahun sekali bila sudah aktif secara seksual.
Di samping hal-hal tersebut, jangan enggan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan bila dirasa ada yang tidak biasa dengan kondisi organ kewanitaan Anda. Ingat bahwa mendiagnosis diri sendiri dapat memperburuk kondisi sebab pengobatan mungkin tidak tepat atau tidak tuntas.
Baca Juga:
Mual Saat Haid, Normal atau Tanda Kondisi yang Berbahaya?
5 Masalah Gigi yang Sering Dialami Anak, Ini Cara Mengatasi dan Pencegahannya
12 Hal Ini Bisa Memicu Jantung Berdebar, Kapan Harus Waspada?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.