Berlangsung Meriah, Inilah Tradisi Upacara Pemakaman Rambu Solo dari Toraja

Rambu Solo adalah upacara pemakaman yang tak hanya meriah, tapi juga mewah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Salah satu suku yang terkenal dari Pulau Sulawesi adalah suku Toraja. Selain rumah adat dan pemandangan alam indah yang dimiliki daerah tersebut, yang membuat suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan ini terkenal adalah tradisi upacara Rambu Solo.

Pernahkah Anda melihat tradisi upacara kematian yang melibatkan banyak orang dan dilakukan berhari-hari di Toraja? Itulah Rambu Solo. Upacara pemakaman adat Toraja sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal dan bertujuan untuk mengantarkan arwah seseorang yang telah meninggal ke alam roh.

Bagi masyarakat Toraja, kematian dipandang sebagai perpindahan seseorang dari dunia ke tempat alam roh untuk peristirahatan atau Puya. Untuk mencapai tujuan tersebut, mayat harus diperlakukan dengan baik oleh keluarga mendiang.

Itulah mengapa orang yang sudah meninggal baru dikatakan telah benar-benar meninggal ketika seluruh kebutuhan prosesi upacara Rambu Solo terpenuhi. Jika upacara ini belum dilakukan, maka orang yang meninggal tersebut akan diperlakukan layaknya orang sakit, seperti tetap dibaringkan di tempat tidur bahkan disediakan minuman dan makanan.

Selengkapnya, melansir berbagai sumber, yuk simak penjelasan mengenai upacara kematian satu ini. 

Artikel terkait: Mengenal Ngaben, Upacara Kematian Adat Bali yang Penuh Makna Filosofis

Biaya Mengadakan Upacara Rambu Solo Tidaklah Murah

Foto: twitter @History_IDN

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Karena dilakukan dalam skala besar dan berlangsung antara 3-7 hari, tentu saja biaya yang dikeluarkan untuk melangsungkan upacara yang juga disebut dengan Aluk Rambu Solo ini tidaklah murah.

Kabarnya, satu kali prosesi pemakaman ini bisa menghabiskan dana ratusan juta hingga miliaran rupiah. Ini alasannya upacara tersebut biasanya dilaksanakan beberapa bulan hingga bertahun-tahun sejak seseorang meninggal.

Biaya upacara adat Rambu Solo yang tinggi terutama disebabkan karena lamanya prosesi upacara dan adanya proses penyembelihan kerbau dan babi. Selain disembelih, upacara yang memang sengaja dibuat meriah ini juga mengharuskan untuk membagikan babi dan kerbau ke penduduk sekitar.

Prosesi Saat Upacara 

Foto: twitter @theopils

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Secara keseluruhan, upacara adat ini dibagi menjadi dua garis besar, yaitu prosesi pemakaman atau Rante dan pertunjukan kesenian. Keduanya tidak dilaksanakan terpisah, melainkan terjadi dalam satu kegiatan upacara pemakaman yang berlangsung selama berhari-hari tersebut.

Untuk prosesi pemakaman atau Rante yang dilakukan di lapangan di tengah kompleks rumah adat Tongkonan, memiliki beberapa bagian sebagai berikut:

Pertama, Ma'Tudan Mebalun. Ini adalah proses saat jenazah dibungkus menggunakan kain kafan, oleh petugas khusus yang disebut To Mebalun atau To Ma'kayo.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kedua, Ma'Roto. Setelah jenazah dibungkus, kemudian dilakukan proses pembubuhan atau menghias peti jenazah dengan menggunakan benang emas dan benang perak.

Ketiga, Ma'Popengkalo Alang. Proses yang ini dilakukan dengan menurunkan jenazah ke dalam lumbung untuk disemayamkan.

Keempat, Ma'Palao atau Ma'Pasonglo. Terakhir, proses yang harus dilakukan adalah mengantarkan jenazah dari area rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian.

Artikel terkait: Mengenal Passiliran, Tradisi Mengubur Bayi di Dalam Pohon Khas Tana Toraja

Sementara untuk prosesi pertunjukan kesenian, ada beberapa budaya yang dipertontonkan, seperti Ma'pasilaga Tedong atau kegiatan adu kerbau dan Ma'tinggoro Tedong atau penyembelihan kerbau. Dalam pertunjukan ini, kerbau-kerbau diarak dan ditebas dalam sekali ayunan menggunakan parang.

Selain itu, ada juga berbagai musik daerah dan tarian adat yang ditampilkan dalam Rambu Solo. Semua itu dilakukan tidak hanya untuk memeriahkan upacara, tetapi juga sebagai wujud penghormatan dan doa bagi orang yang meninggal.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Upacara Rambu Solo Dilakukan Sesuai Strata Sosial 

Foto: twitter @EndyMarcapada

Setiap pelaksanaan Rambu Solo yang dilakukan di Toraja tidak benar-benar sama karena tradisi ini dilakukan sesuai kedudukan atau strata sosial mendiang. Menurut kepercayaan suku Toraja, Rambu Solo dibagi ke dalam beberapa tingkatan, yang setiap tingkatannya memiliki beberapa bentuk.

  1. Upacara Dissili'.  Ini adalah ritual pemakaman untuk strata paling rendah atau anak-anak yang belum mempunyai gigi. Tingkat ini dibagi lagi menjadi 4 bentuk.
  2. Upacara Dipasangbongi. Ini dilakukan untuk rakyat biasa yang hanya dilakukan dalam satu malam saja. Upacara tingkat ini juga memiliki 4 bentuk dan masing-masing juga berbeda, mulai dari mengorbankan babi 4 ekor, sampai kerbau 2 ekor.
  3. Upacara Dibatang atau Digoya Tedong. Inilah upacara yang dilakukan untuk kalangan bangsawan menengah yang dibagi menjadi 3 jenis. Masing-masing jenis dilakukan selama 3, 5, dan 7 hari. Jumlah kerbau dan babi yang dikorbankan juga bervariasi, mulai dari 3-7 ekor.
  4. Upacara Rapasan. Tingkatan upacara terakhir ini dikhususkan bagi bangsawan tinggi, dilakukan dua kali dalam rentang waktu setahun. Upacara pertama disebut Aluk Pia dan upacara kedua disebut Aluk rante. Dibagi menjadi 3 jenis, jumlah babi dan kerbau yang disembelih dalam upacara ini bervariasi mulai dari 9 ekor hingga di atas 100 ekor.

Artikel terkait: Bebaskan dari Marabahaya dan Kesialan, Begini Asal Usul Tradisi Ruwatan

Dipercaya Sebagai Upacara yang Mencegah Kemalangan

Foto: Instagram

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sebenarnya, dengan perkembangan zaman yang sudah canggih seperti sekarang, sangat mudah untuk melupakan atau meninggalkan tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Namun, tidak dengan Rambu Solo.

Hal utama yang membuat upacara kematian ini tetap dilakukan sampai sekarang adalah karena masyarakat Toraja yakin bahwa jika upacara adat tidak diadakan maka akan menimbulkan kemalangan pada orang atau keluarga yang ditinggalkan.

Selain itu, sikap tolong-menolong, gotong royong, dan kekeluargaan yang masih kuat di antara masyarakat suku Toraja, juga menjadi alasan lain tradisi Rambu Solo masih terjaga kelestariannya hingga saat ini.

***

Baca juga:

https://id.theasianparent.com/palang-pintu

https://id.theasianparent.com/tradisi-baratan

https://id.theasianparent.com/fakta-uang-panai