Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tentunya bulan Ramadhan selalu disambut dengan begitu meriah oleh berbagai masyarakat di penjuru Nusantara. Perbedaan ragam suku dan budaya tidak menjadi penghalang bagi masyarakat Indonesia untuk merayakan datangnya bulan suci dengan keunikannya masing-masing. Tradisi-tradisi ini bisa ditemui di hampir semua penjuru tanah air. Salah satunya berada di Jepara, Jawa Tengah yaitu tradisi Baratan.
Pengertian Baratan
Baratan merupakan tradisi turun temurun masyarakat Jepara untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Tradisi Baratan merupakan pesta lampion yang dilaksanakan setiap tahun pada malam ke-15 bulan Sya’ban tahun Hijriah atau 15 hari menjelang bulan Ramadhan di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Kata Baratan berasal dari bahasa Arab yaitu “bara’ah” yang bermakna selamat atau berkah. Tujuan diadakannya pesta Baratan adalah sebagai wujud menyucikan diri menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Artikel terkait: Mengenal Dandangan Kudus, Tradisi Kuno Menyambut Ramadan
Sejarah Tradisi Baratan
Menurut Rukiyah dalam jurnal “Pesta Baratan di Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara” tahun 2020 melansir dari AyoSurabaya, asal usul Tradisi Baratan tidak lepas dari peran Ratu Kalinyamat, putri Sultan Trenggono, Raja Kesultanan Demak. Keberadaan Ratu Kalinyamat memiliki pengaruh besar terhadap Kabupaten Jepara. Salah satunya ialah pengaruh spiritualisme.
Pesta Baratan merupakan tradisi peninggalan Ratu Kalinyamat sebagai bentuk penghormatan atas kematian suaminya, Sultan Hadlirin yang tewas dibunuh oleh Arya Penangsang. Di saat kematian Sultan Hadlirin, Ratu Kalinyamat membawanya pulang dengan iring-iringan pasukan pengawalnya.
Sepanjang perjalanan warga desa yang menyaksikan iring-iringan tersebut, menyalakan obor sebagai penerangan jalan untuk melintasnya pasukan pengawal dan sebagai wujud belasungkawa atas kematian Sultan Hadlirin. Dari sejarah tersebut, kini setiap tahun tradisi Baratan diperingati dengan menyalakan lampion dan dikenal dengan pesta lampion.
Pelaksanaan Tradisi Baratan
Malam Nisfu Sya’ban diyakini sebagai malam penutupan catatan amal manusia selama satu tahun, sehingga masyarakat memanfaatkan perayaan pesta Baratan sebagai ajang untuk menyambung silaturahmi dengan berdoa dan mendekatkan diri pada Allah.
Pelaksanaan pesta Baratan diawali dengan shalat Maghrib berjamaah kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Surah Yasin sebanyak 3x dan doa Nisfu Sya’ban. Kemudian dilaksanakan shalat Isya berjamaah dan makan nasi puli bersama-sama. Puli berasal dari bahasa Arab “afwu lii” yang bermakna maafkanlah aku.
Setelah itu dilaksanakan arak-arakan obor dan lampion yang dimulai dari Masjid Al-Makmur di Desa Kriyan dan berakhir di Desa Banyuputih, Kecamatan Kalinyamatan. Dalam perayaan festival ini terdapat seseorang yang berperan sebagai Ratu Kalinyamat yang diikuti oleh para dayang dan prajurit serta peserta hadrah yang melantunkan selawat Nabi Muhammad SAW.
Artikel terkait: 11 Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia, Unik dan Penuh Kebersamaan
Nilai-nilai Tradisi Baratan
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan Baratan yaitu:
Pesta Baratan merupakan sarana syiar Islam karena dalam pelaksanaannya dibacakan Surah Yasin dan doa nisfu Syakban.
Pesta Baratan yang dilaksanakan dengan menyalakan lampion membuat para perajin dan penjual lampion menjadi bertambah penghasilannya.
Dalam seluruh proses pelaksanaan pesta Baratan masyarakat saling bergotong-royong, sehingga dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan kepedulian terhadap sesama.
Artikel terkait: Bebaskan dari Marabahaya dan Kesialan, Begini Asal Usul Tradisi Ruwatan
Pelaksanaan pesta Baratan yang diadakan setiap tahun sebagai wujud pelestarian budaya terhadap tradisi turun temurun.
Pada pesta Baratan diadakan lomba tumpeng puli terunik, lampion terbagus, dan kostum terbagus. Hal ini mendorong kreativitas masyarakat untuk membuat sebuah produk yang menarik.
Demikianlah ulasan mengenai seluk beluk tradisi pesta Baratan yang dilakukan oleh warga Jepara dalam menyambut hari Ramadhan.
Baca juga:
Mengenal Botram, Tradisi Makan Bersama Khas Masyarakat Sunda
5 Tradisi Perayaan Satu Suro untuk Masyarakat Pulau Jawa
7 Tradisi Maulid Nabi dari Berbagai Daerah, Ada Pohon Uang di Padang!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.