Tubektomi adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk memotong tuba falopi atau saluran indung telur. Ligasi Tuba ini biasanya dilakukan secara permanen, atau biasa juga disebut metode KB steril pada perempuan, Bun.
Pembedahan dilakukan agar sel telur tidak masuk ke rahim sekaligus menghalangi sperma masuk ke tuba falopi dengan beberapa metode yang biasa digunakan dalam praktiknya.
Selain itu, ada juga kekurangan, kelebihan, serta beberapa risiko yang mungkin bisa terjadi pada perempuan yang hendak melakukannya.
Artikel Terkait: 11 KB yang Cocok untuk Ibu Menyusui, Cek Daftarnya di Sini, Parents!
Penjelasan Seputar Tubektomi
Walau tidak semua metodenya dilakukan pemotongan secara permanen, metode ini masih tetap dikatakan sebagai cara mensterilkan yang permanen.
Oleh karena itu, komunikasikan secara terbuka dan mendetail dengan pasangan sebelum hendak memutuskan memilih KB ini.
Kelebihan Tubektomi
Beberapa kelebihan dari tubektomi adalah:
- Sangat ampuh mencegah kehamilan, khususnya bagi pasangan yang sudah tidak ingin memiliki anak kembali.
- Hanya melakukan satu kali KB untuk mensterilkan.
- Tidak memengaruhi hormon.
Kekurangan Tubektomi
Selain kelebihannya, terdapat juga berbagai kekurangannya. Kekurangan tubektomi adalah:
- Sulit melakukan penyambungan kembali tuba falopi sehingga perlu pertimbangan matang.
- Semakin muda usia perempuan, keberhasilannya semakin rendah.
- Biaya besar.
- Diketahui memengaruhi masa menopause perempuan.
Artikel Terkait: Melahirkan Operasi Caesar Sekaligus Steril, Ini Risiko yang Patut Dipertimbangkan
Metode Tubektomi
Sebenarnya ada beberapa cara ligasi tuba yang bisa dilakukan, seperti:
- Menjepitnya dengan cincin, klem, atau klip.
- Memotong dan menutupnya dengan aliran listrik (electrocautery).
- Mengikat, memotongnya, dan kemudian menjahit atau menyegelnya secara elektrik.
Selain itu, ada beberapa pilihan untuk ligasi tuba yang bisa Anda diskusikan dengan dokter. Dokter Anda akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti berat badan Anda dan riwayat operasi daerah perut sebelumnya. Berikut ini adalah berbagai opsi bedah tersebut.
1. Laparoskopi
Sterilisasi laparoskopi adalah salah satu dari dua metode paling umum untuk mengikat tabung dengan anestesi umum.
Selama prosedur ini, sayatan kecil dibuat di atau dekat pusar untuk memungkinkan laparoskop (alat kecil, seperti teleskop dengan cahaya) dimasukkan.
Gas karbondioksida disuntikkan untuk mengangkat dinding perut dari organ panggul, dokter bedah akan dapat melihat saluran tuba.
Dokter bedah dapat memasukkan alat lain melalui laparoskop untuk menutup saluran tuba atau akan mengikatnya melalui sayatan kecil lain. Kemudian, sayatan ditutup.
Prosedur laparoskopi tuba hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Kemungkinan besar Anda akan bisa kembali pulang pada hari yang sama saat melakukan prosedur ini.
2. Mini-Laparotomy
Ligasi tuba mini-laparotomi (mini-lap) adalah metode lain yang paling umum untuk mengikat tuba falopi.
Kebanyakan perempuan akan melakukan prosedur ini segera setelah melahirkan.
Selama mini-laparotomi postpartum, dokter bedah akan membuat sayatan kecil tepat di bawah pusar.
Saluran tuba akan berada tepat di atas rahim yang terletak tepat di bawah pusar.
Saluran tuba Anda kemudian ditarik ke atas atau ke luar dari sayatan dan ditutup, kemudian dimasukkan kembali ke tempatnya.
3. Laparotomy (Ligasi Tuba Terbuka)
Prosedur laparotomi (juga dikenal sebagai ligasi tuba terbuka) dianggap sebagai operasi besar sehingga prosedur ini tidak digunakan secara umum seperti laparoskopi dan mini-laparotomi.
Dokter bedah akan membuat sayatan yang lebih besar (sekitar dua hingga lima inci) di perut.
Saluran tuba kemudian akan ditarik ke atas atau ke luar dari sayatan, ditutup, dan dimasukkan kembali ke tempatnya.
Sayatan kemudian akan dijahit tertutup.
Metode ini biasanya dilakukan tepat sebelum atau setelah beberapa jenis operasi perut yang tidak berhubungan, seperti operasi caesar.
4. Culdoscopy dan Colpotomy
Culdoscopy dan colpotomy adalah dua jenis sayatan yang digunakan selama pendekatan sterilisasi vagina.
Namun, metode culdoscopy dan colpotomy ini rupanya memiliki risiko lebih tinggi.
Dokter biasanya akan tetap memilih untuk melakukan metode ini jika Anda mengalami obesitas atau jika Anda memiliki rahim yang terbalik (rahim miring).
Keduanya adalah sayatan kecil yang dibuat pada dinding vagina.
Sulit dilakukan karena Anda harus berada dalam posisi litotomi atau posisi kedua kaki terbuka, tungkai diangkat dan lutut ditekuk.
Artikel Terkait: PCOS Jadi Penyebab Infertilitas pada Perempuan, Waspadai Gejalanya!
Risiko Tubektomi
Tubektomi adalah operasi dengan membuat sayatan di perut yang membutuhkan anestesi. Risiko terkait dengan metode ini meliputi:
- Kerusakan usus, kandung kemih atau pembuluh darah besar
- Reaksi terhadap anestesi
- Penyembuhan atau infeksi luka yang tidak sempurna
- Nyeri panggul atau perut terus menerus
- Kegagalan prosedur, menghasilkan kehamilan yang tidak diinginkan
Namun berbagai komplikasi di atas tersebut bisa lebih mungkin terjadi pada perempuan dengan kriteria tertentu, seperti:
- Riwayat operasi pelvis atau perut
- Kegemukan
- Mengalami diabetes
Jadi, sebelum memilih metode ini, penting untuk mempertimbangkan risikonya ya, Bunda.
***
Sumber: verywellhealth, mayo clinic, motherhow.com
Baca Juga:
Penyebab Nyeri Ulu Hati saat Hamil Trimester Pertama dan Cara Mengatasinya
10 Cara Mengatasi Sakit Pinggang saat Hamil Muda dan Penyebabnya