Adalah trigger finger, kondisi yang menyebabkan jari tangan tertekuk tiba-tiba dan sulit untuk diluruskan kembali. Apakah Anda mengalaminya?
Faktanya dewasa ini trigger finger banyak dialami lantaran banyak sekali pekerjaan yang dilakukan dengan melibatkan kerja jari-jari tangan kita. Terlalu sering menggunakan smartphone, terlalu lama mengetik di komputer, atau aktivitas lain yang sejenis dapat menjadi pemicu terjadinya trigger finger.
Sering dianggap sepele, nyatanya tangan jemari kaku tidak bisa diabaikan begitu saja. Berikut adalah penjelasan dari Dr. Rizky Priambodo Wisnubaroto, Sp.OT, dokter spesialis bedah ortopedi yang berpraktik di RS Pondok Indah, Pondok Indah
Apa Itu Trigger Finger?
Dr. Rizky Priambodo Wisnubaroto, Sp.OT mengungkapkan bahwa trigger finger memang cenderung tidak berbahaya dan mengancam nyawa, namun dapat menganggu aktivitas sehari-hari.
“Biasanya disebut dengan jari pelatuk, jari kejepit, atau jari terkunci,” kata dr. Rizky.
Pasien trigger finger umumnya mengeluhkan jari mereka seperti terjepit atau terkunci secara tiba-tiba. Hal ini diakibatkan oleh otot tendon yang terperangkap sehingga untuk meluruskan jari tangan kembali. Terjadi pula perubahan struktur pada tendon dan muncul nodul atau benjolan pada tendon.
“Jika diibaratkan seperti kereta yang masuk ke terowongan, kereta adalah tendon sementara terowongan adalah jaringan ikat. Jika terowongan ukurannya berubah kereta tidak bisa masuk. Begitu pula jika ukuran kereta berubah. Kondisi ini lazim menyebabkan rasa nyeri.” Dokter Rizky memberikan sebuah analogi.
Trigger finger dapat terjadi karena penggunaan jari atau tangan secara berulang yang menyebabkan iritasi atau inflamasi area yang disebut ‘pulley’. Akibatnya, terjadi konstriksi atau pembengkakkan yang menyebabkan jari terkunci pada posisi rileks.
Gejala dan Faktor Risiko
“Gejala dari trigger finger adalah nyeri pada jari-jari dan terasa terkunci. Ada juga bunyi ‘kletek’ atau ‘pop’ pada saat jari ditekuk atau diluruskan,” jelas dr. Rizky.
“Kondisi ini membutuhkan bantuan jari lain untuk meluruskan jari yang terkena gejala. Kaku pada jari tangan ini cenderung terjadi pada saat pagi hari,” tambahnya.
Dokter Rizky menjelaskan bahwa trigger finger memang cenderung terjadi pada pagi hari karena pada malam hari, tendon ukurannya cenderung lebih besar. Kondisi ini terjadi pada 2 hingga 3 persen masyarakat umum dan wanita 2 hingga 6 kali berisiko lebih tinggi dibandingkan pria.
“Biasanya paling sering terjadi pada jari manis dan jari telunjuk, serta dapat terjadi pada lebih dari satu jari pada satu tangan,” paparnya.
Pengidap penyakit diabetes mellitus kerap diasosiakan dengan penyakit ini karena berdasarkan penelitian, trigger finger 5 kali lebih sering terjadi pada pasien diabetes.
Trigger finger umumnya dialami oleh orang usia dewasa muda, dan sangat langka terjadi pada anak-anak. Pada beberapa kasus yang jarang, bisa juga dialami bayi atau anak di bawah udia 3 hingga 5 tahun karena kelainan bawaan di jari jempol. Jika sudah seperti ini, penanganannya adalah dengan melakukan pembedahan atau operasi.
Cara Menangani Trigger Finger
Meski tidak berbahaya, tapi bisa jadi semakin parah jika tidak diobati. Rasa nyeri yang ditimbulkannya membuat orang cenderung tak mau menggerakkan jari sehingga jari bisa saja terus terkunci. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menjadi permanen atau semi permanen.
“Di beberapa kasus memang bisa sembuh sendiri, tapi lebih sering tidak. Jika dibiarkan tangan cenderung lebih kaku biarpun sudah dibebaskan penyumbatannya, nantinya tidak akan sebagus kondisi awal. Maka dari itu harus cepat ditangani,” jelas dr. Rizky.
Menurut para ahli, cara untuk mencegah jari tertekuk sendiri secara tiba-tiba atau terjadinya trigger finger adalah dengan cara rutin mengistirahatkan tangan saat bekerja. Lakukan stretching sendiri selama 5 atau 10 menit pada jari-jari tangan.
“Untuk penanganan mandiri bsia dilakukan stretching, beri penekanan di daerah nodul yaitu di daerah kepala jari atau tulang meta carpal. Pijat secara perlahan. Cara lain bisa memasang splinter di malam hari agar tidak menganggu aktivitas.” dr. Rizky menambahkan.
Penanganannya tentu saja perlu dilakukan oleh dokter, bisa melalui injeksi steroid dan anti-nyeri yang terbukti 70% efektif membaik kondisinya secara signifikan serta operasi pembebasan tendon dengan invasi minimal yang 95-99% berhasil dan efektif.
“Persentasi kekambuhan trigger finger setelah tindakan hanya sebesar 1 sampai 5 persen saja,” ujar dr. Rizky.
Jari yang tiba-tiba tertekuk sendiri dan sulit untuk dikembalikan memang tak jarang membuat kaget, panik, serta menimbulkan rasa tak nyaman. Tak perlu kuatir, trigger finger tetap bisa diobati. Jika banyak bekerja menggunakan jari-jari tangan, jangan lupa ambil istirahat secara periodik. Semoga informasi ini dapat bermanfaat.
Baca Juga:
Mengenal Kelainan Sindaktili, Kondisi Jari Dempet yang Bisa Dialami Bayi
Baikkah Kebiasaan Bayi Ngempeng atau Hisap Jempol?
Bukan pertanda ingin adik, ini makna dan manfaat bayi suka gigit jari kaki!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.