Kita mungkin pernah berpikir, bagaimana orang zaman dahulu mengobati sakit kepala. Berbagai cara dilakukan dari yang paling mudah diberi obat-obatan hingga terekstrim adalah melubangi kepala atau disebut dengan prosedur trepanation.
Istilah trepanation diambil dari “trepan” diambil dari Bahasa Yunani “trypanon” yang artinya “penggerek”.
Trepanation, Prosedur Medis 7000 Tahun Lalu
Praktik pengobatan ini diyakini muncul pada 7.000 tahun yang lalu. Dilansir dari Kumparan Sains, Richard Restak, ahli saraf dan penulis terkenal menulis pada bukunya “Mysteries of the Mind” bahwa beberapa tengkorak yang ditemukan sebuah situs arkeologi di Prancis berusia 6500 SM (8500 tahun yang lalu) punya jejak praktik trepanation.
“Ini telah dilakukan selama sekitar 5.000 tahun, menjadikannya salah satu prosedur medis tertua yang diketahui umat manusia,” Raphael Davis, seorang ahli bedah saraf dan co-director dari Neurosciences Institute di Stony Brook University, kepada LiveScience.
Tengkorak pasien trepanation akan dilubangi menggunakan bor, atau pada zaman dahulu akan dihantam benda tajam. Trepanation sendiri dipercaya sebagai salah satu prosedur medis tertua yang pernah dilakukan oleh umat manusia.
Artikel terkait: Perkembangan Janin Minggu ke-5, Panduan Kehamilan dari Minggu ke Minggu
Praktik Trepanation pada Zaman Dahulu
Praktik pengobatan trepanation sendiri cukup luas digunakan sebagai pengobatan pada berbagai peradaban pada waktu yang berbeda beda. Pengobatannya sendiri sangat dikenal luas pada peradaban Amerika kuno dan juga zaman Renaisans.
Alasan pasti dilakukannya trapanation pada zaman dahulu masih menjadi teka-teki yang sulit dijelaskan. Beberapa peneliti menemukan bahwa trepanation tidak saja dilakukan pada orang-orang yang memiliki masalah kesehatan, tetapi juga dilakukan pada mereka yang sehat dan pada berbagai rentang usia.
Tengkorak sebagai Bukti Trepanation
Artikel dari jurnal Surgical Neurology International memuat bahwa jejak praktik pengobatan trepanation ditemukan sekitar 5 hingga 10 persen dari banyak tengkorak yang ditemukan pada zaman neolitikum sekitar 4.000 hingga 12.000 tahun yang lalu.
Dilansir LiveScience, dasar pengobatan trepanation dilakukan karena pengobatan dan juga ritual.
Masyarakat Peru kuno, mempraktekkan trepanation untuk mengobati kepala rekan mereka yang terluka setelah perang. John Verano, antropologis dari Tulane University menjelaskan, saat itu senjata yang sering digunakan adalah ketapel dan stik yang sangat mungkin menyebabkan fraktur
Artikel terkait: Sakit kepala tak harus minum obat, coba dulu 9 makanan pereda sakit kepala ini
Alat Trepanation
Alat yang digunakan untuk melakukan praktik ini dimulai dari hal primitif seperti semacam logam yang tajam dan alat yang maju adalah penggunaan seperti bor tangan.
Bor tangan ini bentuknya cukup ekstrim, mirip seperti alat mengetap ulir yang ujung-ujungnya bergerigi tajam. Cara menggunakannya pun sama, tangan memegang handle bagian atas lalu diputar-putar sampai tengkorak berlubang.
Proses pengobatan Trepanation pada zaman dulu adalah trepanation dilakukan dengan menggunakan logam tajam. Prosesnya adalah dengan cara mengiris tengkorak hingga terkikis dan akan dihentikan jika bagian otak telah terlihat. Pada zaman yang lebih modern dilakukan dengan cara, bordil diletakkan di kepala lalu diputar perlahan hingga tengkorak berlubang.
Proses Trepanation
John Verano menjelaskan bahwa pengobatan yang dilakukan mungkin dimulai dari hal yang sangat sederhana seperti membersihkan kulit kepala setelah pukulan di kepala dan melakukan beberapa hal sederhana seperti mengambil potongan tulang yang patah dan yang akan mati.
Prosedur pengobatan secara kuno ini akan meninggalkan lubang permanen pada tengkorak karena lubang yang telah dibuat tidak dapat ditutup kembali.
Selain itu, trepanation bukanlah pengobatan yang diyakini sebagai pengobatan yang akan menyelamatkan nyawa, dan orang zaman dulu memahami hal tersebut.
Efek Samping Trepanation
Seperti dengan banyak orang yang bukan seorang ahli medis melakukan praktik trepanation sendiri, sehingga prosedur pengobatan tersebut meninggalkan efek samping yang dapat menyebabkan infeksi dan kerusakan otak.
Verano menjabarkan bahwa para antropologis memiliki banyak bukti bahwa trepanation tidak dilakukan untuk meningkatkan kesadaran atau sebagai aktivitas ritual murni tetapi terkait dengan pasien dengan cedera kepala parah, (terutama) patah tulang tengkorak.
Artikel terkait: Sakit Kepala Tegang, InI Penyebab dan Cara Mengobatinya
Potensi Kesembuhan dari Trepanation
Dari banyak tengkorak yang diteliti oleh para ahli, menunjukkan bahwa sekitar 800 tengkorak diyakini mengalami penyembuhan dari pengobatan yang dilakukan. Namun juga banyak tengkorak yang memperlihatkan meninggal karena infeksi.
Tingkat kesembuhan yang didapatkan dari praktik trepanation diyakini cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari dokter di Eropa pada masa yang sama dan berpraktik di rumah sakit paling modern sekalipun.
Praktik trepanation dilakukan oleh masyarakat Peru Kuno sekitar 2.000 tahun yang lalu, dan mencapai masa-masa terbaiknya sekitar abad ke-14 dan abad ke-16 masehi.
Trepanation Juga Bisa Gagal
Kegagalan praktik trepanation juga ditemukan pada ibu hamil saat itu. Diyakini praktik tersebut gagal karena pasien mengalami preeklampsia atau eklampsia (dua kondisi kehamilan yang melibatkan tekanan darah tinggi) dan dia dirawat dengan trepanation frontal untuk mengurangi tekanan intrakranial menurut para ahli.
Terdapat argumen dan penjelasan yang menyebutkan bahwa trepanation dilakukan karena ritual atau spiritualitas, namun sedikit sumber yang memuat argumen tersebut.
Trepanation diyakini oleh masyarakat zaman dahulu secara umum untuk mengobati sakit kepala, epilepsi hingga migrain. Selain itu, trepanation tidak memperlihatkan manfaat lainnya.
Manfaat Lain Trepanation
Namun, terdapat argumen yang menyebutkan bahwa trepanation mempunyai manfaat lainnya yaitu sebagai pengobatan sakit mental. Terdapat juga orang yang menganggap bahwa trepanation sangat mujarab mengusir setan yang ada di dalam diri seseorang atau untuk mengobati kesurupan.
Argumen manfaat pengobatan trepanation secara mistis lainnya adalah untuk menarik roh dari tubuh dalam ritual, membebaskan orang dari roh jahat yang dapat menyiksa mereka dan juga sebagai tanda kedewasaan atau untuk mengubah seseorang menjadi seorang pendekar.
Artikel terkait: Hati-hati, Ini 9 Ciri Mental Breakdown atau Stres Berat yang Berkepanjangan
Praktik Pengobatan Modern
Praktik pengobatan melubangi kepala sejatinya masih ada hingga saat ini. Namun, pengobatannya tidak se ekstrim saat zaman dahulu di zaman Peru Kuno dan tidak semuanya mengharuskan dokter untuk melubangi tengkorak pasien.
Hal tersebut lebih dikenal sebagai craniotomy. Craniotomy adalah operasi pengangkatan bagian tulang tengkorak yang dilakukan untuk mengakses bagian otak.
Dilansir dari Kumparan Sains, craniotomy adalah sebuah penanganan bedah untuk pasien penderita lesi otak, atau tumor otak contohnya. Bagian tengkorak yang harus dilubangi selanjutnya akan langsung ditutup setelah operasi selesai, tidak seperti praktik kuno yang meninggalkan jejak hingga pasien mati.
Prosedur Craniotomy
Prosedur craniotomy pada dunia medis modern seperti Stereotactic craniotomy yang melibatkan pencitraan MRI atau CT Scan, Endoscopic craniotomy yang menggunakan teropong kecil berkamera, dan Aneurysm clipping dengan menempatkan klip logam untuk mengisolasi aneurisma.
Manfaat dari craniotomy sendiri bermanfaat pada kesehatan otak yang dilakukan operasi. Seperti mengatasi aneurisma, mendiagnosis, menghilangkan, atau mengobati tumor otak dan memperbaiki retak tulang tengkorak.
Dilansir dari sumber, terdapat beberapa kasus di mana seseorang ingin melubangi kepalanya agar “otak bekerja dengan bebas”. Misal pada kasus Amanda Fielding, mengatakan ia mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi setelah otaknya di bor. Ada juga Joe Mellen, orang Inggris yang melubangi kepalanya sendiri untuk “high secara permanen”.
***
Nah itu dia penjelasan pengobatan trepanation yang dilakukan oleh orang zaman dahulu. Sangat menyeramkan bukan, Parents. Lebih baik kita selalu menjaga kesehatan agar terhindar dari sakit. Semoga bermanfaat!
Baca Juga:
Jangan Diabaikan, Ini Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental sejak Dini
Waspada! Ini Bahayanya Saat Anak Jatuh Mengenai Kepala Belakang