Parents, apakah pernah mendengar tradisi Sanggring? Sanggring merupakan sebuah tradisi memasak yang hanya boleh dilakukan oleh para kaum pria. Tradisi Sanggring telah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Mengenal Tradisi Sanggring
Sumber: cahayamalam.com
Sanggring adalah sebuah tradisi yang dilakukan di Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Tradisi ini adalah tradisi suci yang dilakukan selama empat hari berturut-turut. Tujuannya untuk membangun solidaritas masyarakat dan pesta rakyat atas hasil bumi yang melimpah.
Tradisi ini pertama kali dilakukan oleh Ki Buyut Terik sebagai salah satu jamuan untuk para tamu dan sebagai sedekah bumi yang diwariskan secara turun temurun di Desa Tlemang. Jumlah piring untuk jamuan tamu pun harus 44 piring.
Dilansir dari situs Timesindonesia.co.id, Aris Pramono, Kepala Desa Tlemang menjelaskan bahwa pada zaman dahulu Sanggring dilakukan untuk menjamu tamu seperti teman-teman prajurit. “Ceritanya Sanggring ini untuk menjamu. Dulu kan ada seperti prajurit, mengundang teman-teman untuk jamuan makan, mengerahkan anak buahnya atau murid-muridnya untuk memasak Sanggring ini.” Jelas Aris.
Ritual Sanggring harus dilakukan oleh pria, karena ritual ini termasuk ritual suci. Jika hendak melakukan tradisi ini pun, tidak ada kriteria khusus. “Memang nggak ada kriteria tertentu, tapi ada salah satu orang sesepuh yang mendampingi.” Ujar Aris.
Masakan yang dimasak pada Tradisi Sanggring adalah olahan berbahan dasar ayam. Biasanya, banyak ayam yang dimasak sesuai dengan jumlah penduduk setempat. Warga akan memberikan ayam dan bumbu yang nantinya diolah saat tradisi ini berlangsung.
Artikel terkait: Tradisi Baratan: Makna, Sejarah, dan Nilai yang Terkandung
Proses Tradisi Sanggring
Sumber: lamongantourism.com
Tradisi Sanggring ini biasanya akan dilakukan pada Jumadil Awal. Pada tradisi ini, para kaum prialah yang harus memasak ayam-ayam yang telah dikumpulkan tadi. Saat proses memasak, para pria tidak diperbolehkan untuk mencicipi masakan yang mereka buat.
Ayam-ayam tadi harus dimasak dengan menggunakan tiga buah wajan besar atau yang disebut Kenceng. Kenceng dinilai sebagai sebuah peninggalan tradisi Sanggring pada zaman dahulu.
Biasanya sambil menunggu olahan ayam tersebut matang, maka warga akan dihibur dengan pertunjukan Wayang Krucil lengkap dengan 4 sinden.
Proses Sanggring dimulai dengan ngumbah atau mencuci gaman (senjata) bernama Sengrok Simala Gandring. Warga biasanya akan menunggu untuk mendapatkan ayam olahan dengan membawa piring, mangkuk dan alat makan lainnya.
Setelah selesai prosesi Sanggring kepala desa, tokoh masyarakat serta warga penduduk Desa Tlemang membawa ambeng atau berbagai macam makanan kiriman dari warga ke punden atau makam Ki Buyut Terik. Mereka menyantap olahan yang telah masak di sana.
Artikel terkait: Tradisi Melasti, Upacara Menyucikan Diri dalam Agama Hindu
Sanggring Dilakukan Selama 4 hari
Sumber: mengenalbudayajawa.blogspot.com
Tradisi Sanggiring biasanya akan dilakukan selama empat hati. Sanggring diyakini dapat mengobati berbagai penyakit. Sanggring memiliki arti Sangkaning Wong Gering atau obat untuk orang sakit.
Pada hari pertama, warga akan membersihkan sumber mata air. Dilanjutkan pada hari kedua, masyarakat Desa Tlemang bergotong royong untuk membersihkan lingkungan makam Ki Buyut Terik yang merupakan seorang leluhur Desa Tlemang. Saat hari ketiga, terdapat kegiatan memasak dan pentas Wayang Krucil, dan hari keempat adalah puncak kegiatan tradisi Sanggring.
Demikian informasi mengenai salah satu tradisi di Indonesia yakni Sanggring. Semoga informasi kali ini dapat bermanfaat bagi Parents ya!
Baca juga:
Tradisi Potong Jari, Tradisi Unik dan Menyeramkan dari Suku Dani
Tradisi Bau Nyale, Tradisi Unik Mencari Putri Mandalika di Lombok
Mengenal Sejarah dan Makna Tradisi Wiwitan, Pesta Panen Penuh Syukur
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.