Mengajari anak menulis merupakan tugas orangtua, bukan hanya guru di sekolah. Anak yang punya hobi menulis adalah salah satu tanda bahwa ia matang dalam hal literasi. Menulis memiliki banyak manfaat untuk anak, dia dapat bebas berekspresi melalui tulisan.
Seorang blogger bernama Desi Djayanti berbagi tips yang bisa Anda praktekkan untuk membuat anak senang menulis dari acara yang dia dapatkan dari parent workshop yang diselenggarakan oleh Highscop Kuningan, Jakarta.
Berikut pemaparan dari ibu satu anak ini:
Waktu yang paling tepat mengajari anak menulis tidak terbatas pada usia, namun dengan melihat minat dan keinginan mereka. Jika hal itu sudah mulai tampak pada anak kita, maka orang tua harus segera memberikan fasilitas dan pola belajar yang benar.
Varida Tampubolon, Bisnis Quality dan Management Specialist dari Highscop Institute, mengungkapkan, “Ketika antusiasme anak mulai tergerak untuk belajar menulis, maka pada saat yang sama orang tua juga harus mulai mengajari anak metode menulis yang benar.”
Pada tahap awal, kerap kali orang tua langsung memberikan pensil atau crayon kepada anak dan membiarkan mereka mencorat-coret sesuka hati.
Hal ini tidak salah, namun menurut Varida, merangsang kemampuan motorik anak jauh lebih penting daripada langsung memberinya alat tulis. Pelatihan motorik ini berguna untuk melatih otot-otot anak untuk berkordinasi dengan otak, mata dan tangan mereka.
Melatih motorik anak bisa dilakukan dengan memberinya mainan seperti playdoh. Apabila motorik sudah terlatih dan kuat, kordinasi antar indra telah sinkron, maka inilah waktu yang tepat mengenalkan alat tulis pada anak.
6 Tahapan Mengajari Anak Menulis
Sebelum mengajari anak menulis, orangtua wajib mengetahui level perkembangan menulis anak yang terbagi menjadi 6 tingkatan.
Berawal dari tahapan di mana anak akan menggambar bebas, lalu menulis seperti cakar ayam, selanjutnya goresan yang mulai berbentuk, dilanjutkan menulis huruf dengan jelas, kemudian menemukan ejaan dalam tulisan, dan yang terakhir mulai menulis dengan benar.
Pada tahap lebih lanjut, orang tua perlu mengembangkan metode mendikte. Ketika orang tua menuliskan apa yang baru saja dikatakan oleh anak, pada saat yang sama kita sedang menunjukkan pada anak kaitan antara berbicara, mendengar, menulis dan membaca.
Ini adalah paket yang tak terpisahkan dalam pola komunikasi dan penting diperkenalkan sejak dini. Orang tua bisa memulai dengan membahas topik yang mereka inginkan, yang disukai anak. seperti pergi ke rumah nenek, mengunjungi taman bermain, atau membeli es krim.
Pendekatan ini baik agar anak-anak mampu mendeskripsikan gagasan dalam bahasa dan tulisan, serta memperluas kosa kata mereka.
Dukungan Yang Konsisten
Untuk terus mendukung anak dalam belajar menulis, orangtua harus selalu menyediakan material yang dibutuhkan. Menurut Varida, material yang paling tepat bagi anak usia dini adalah kertas kosong atau blank paper, karena akan memberi anak kebebasan dalam berekspresi.
Selain itu, perlu juga mengenalkan anak berbagai macam jenis kertas, guna merangsang indra peraba mereka dengan tekstur kertas yang berbeda-beda.
Pada tahap selanjutnya, penting bagi orang tua memberi dukungan moral atas upaya yang dilakukan anak untuk menulis. Untuk melaksanakan hal ini, orangtua bisa menempel hasil tulisan anak di ruang terbuka di rumah, sehingga siapapun yang berkunjung bisa melihat dan mengapresiasinya.
Meskipun pada akhirnya tulisan anak anda terlihat tidak rapi dan jauh dari kata indah, tidak baik mengarahkan mereka untuk memperbaiki tulisannya. Membiarkan anak menulis sebebas pemikiran mereka dan menjawab semua pertanyaan yang mereka ajukan, termasuk dukungan moral yang sangat diperlukan.
Menulis Untukmu, Bukan Untukku
Kekhawatiran orang tua yang berlebih akan kemampuan anak, kadang membuat mereka secara tidak sadar memakai metode belajar yang memaksa, yang bisa saja membuat anak mogok menulis. Kalau sudah begini, biasanya sering terlontar ungkapan membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain.
Hal ini pantang dilakukan, karena dalam jangka panjang dapat menurunkan kepercayaan diri anak-anak. Untuk mengatasi hal ini, orang tua perlu membalik paradigma dimana belajar menulis bukanlah kepentingan orangtua melainkan untuk si anak sendiri.
“Mengajak anak menempelkan nama pada botol minum atau membuat jadwal kegiatan bersama misalnya, hal itu menumbuhkan rasa keterkaitan antara menulis dengan pribadi si anak. Hal-hal tersebut jauh lebih efektif untuk merangsang minat anak,” ujar Titi selaku Kepala Sekolah dari HighScop Kuningan.
Lebih jauh Titi menegaskan, era digital memberi tantangan yang jauh lebih besar dibandingkan jaman dulu. Penggunaan pensil dan kertas yang mulai jarang di rumah telah tergantikan oleh komputer dan printer. Untuk itulah, agar semua metode yang sudah diterapkan tidak sia-sia, orang tua yang harus menjadi teladan di rumah dengan memberi contoh.
Rasanya mustahil jika kita meminta anak untuk terus membaca dan menulis, sementara orang tuanya sibuk berselancar di media sosial. Berlaku adil tidak saja sejak dalam pikiran, tapi juga dimulai dari tindakan di rumah, termasuk pada anak kita.
Keterampilan menulis dengan menggunakan alat tulis yang benar, dan hobi membaca adalah salah satu tahapan penting untuk membesarkan seorang anak agar suka menulis.
Parents juga bisa membaca tulisan Desi yang lain pada laman blognya di alamat desidjayanti.id. Ibu muda ini akan dengan senang hati berbagi tips parenting dan serba serbi menjalani peran sebagai ibu, istri, sekaligus wanita yang aktif di berbagai komunitas.
Baca juga:
Saat si Kecil Mulai Belajar Menulis
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.