8 Tips Melahirkan Normal Tanpa Jahitan, serta Kisah Ibu yang Pernah Mengalaminya

Tak ada salahnya Bunda coba mempraktikkan tips ini menjelang hari persalinan.

Melahirkan tanpa jahitan bisa jadi merupakan impian setiap ibu hamil. Sayangnya, kondisi tertentu seperti ukuran bayi yang terlalu besar, komplikasi, hingga operasi caesar, membuat Bunda harus mengubur mimpi ini. Namun ternyata, ada tips melahirkan tanpa jahitan yang bisa Bunda ikuti untuk menurunkan risiko adanya jahitan episiotomi saat melahirkan nanti.

Kapan Jahitan Diperlukan?

Melansir laman Very Well Family, episiotomi adalah operasi kecil saat melahirkan berupa sayatan kecil di perineum (area antara vagina dan rektum). Dokter melakukan episiotomi untuk memudahkan kepala bayi agar lahir keluar dan untuk mencegah komplikasi atau robekan di vagina.

Potongan ini dibuat selama tahap kedua persalinan tepat sebelum kepala bayi dilahirkan. Setelah bayi lahir, dokter kemudian akan menggunakan jahitan untuk memperbaiki sayatan.

Episiotomi biasanya tidak diperlukan pada persalinan tanpa komplikasi tertentu. Para ahli dan organisasi kesehatan seperti ACOG dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya merekomendasikan episiotomi jika memang diperlukan secara medis.

Akan tetapi, jika ibu atau bayi berada dalam bahaya atau mengalami komplikasi, dokter mungkin akan melakukan episiotomi agar persalinan lebih aman bagi ibu dan bayinya.

Tips agar Melahirkan Normal Tanpa Jahitan

Walau tidak bisa dicegah karena risiko komplikasi akan selalu ada, Bunda bisa melakukan beberapa hal untuk mengurangi kemungkinan dibutuhkannya episiotomi yaitu sebagai berikut:

1. Menerapkan Kebiasaan dan Gaya Hidup Sehat

Makan dengan sehat dan tetap aktif, terutama melakukan rutin latihan kegel untuk memperkuat otot dasar panggul adalah kunci dari persalinan yang lancar.

Secara umum, semakin Bunda menjaga diri sendiri selama kehamilan, semakin besar kemungkinan tubuh menjadi bugar dan siap untuk melahirkan. Bunda juga akan pulih lebih cepat jika kondisi tubuh sehat dan bugar setelah bayi lahir.

2. Pijat Perineum

Jika Bunda belum pernah melahirkan pervaginam sebelumnya, ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa melakukan pijat perineum seminggu sekali atau dua kali seminggu dapat mengurangi risiko Bunda memerlukan episiotomi.

Bahkan jika Bunda sudah pernah melahirkan pervaginam pun, pijatan perineum tetap dapat membantu untuk mengurangi ketidaknyamanan setelah melahirkan.

3. Melahirkan di Rumah

Cara lain untuk mengurangi risiko episiotomi adalah dengan mempertimbangkan melahirkan di rumah dengan bidan atau melahirkan di pusat bersalin.

Menurut penelitian, seorang ibu hamil cenderung tidak akan melahirkan dengan bantuan dan intervensi lain, seperti episiotomi, di lokasi yang lebih terasa santai daripada di rumah sakit.

4. Melahirkan di Air

Apabila Bunda ingin mengurangi risiko episiotomi, mungkin juga perlu dipikirkan untuk melahirkan dengan metode water birth.

Studi menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan di air mungkin lebih kecil kemungkinannya untuk menjalani episiotomi daripada yang tidak. Namun, bukti untuk ini lebih lemah daripada pijat perineum dan melahirkan di luar rumah sakit.

5. Jangan Membuang Tenaga Sebelum Melahirkan

Kelelahan saat melahirkan juga dapat meningkatkan peluang Bunda untuk membutuhkan intervensi dalam persalinan. Pastikan Bunda makan dan banyak istirahat pada tahap awal persalinan, hindari membuang-buang tenaga hingga akhirnya tiba waktu mengejan nanti.

Artikel terkait: 12 langkah pijatan perineum untuk hindari robekan vagina saat persalinan

6. Tidak Menggunakan Epidural Saat Bersalin

Sebagian besar episiotomi dilakukan ketika dokter perlu menggunakan instrumen untuk membantu kelahiran bayi. Bunda akan lebih mungkin membutuhkan intervensi semacam ini jika menggunakan epidural.

Saat Bunda dalam proses persalinan aktif, gunakan strategi dan teknik yang dapat membantu meningkatkan peluang untuk melahirkan lebih mudah, seperti dukungan terus-menerus dari pasangan atau teknik relaksasi.

7. Gunakan Teknik Pernapasan

Melakukan teknik pernapasan dengan cara mengembuskan napas pendek yang cepat dapat membuat jaringan lunak pada perineum lebih banyak waktu untuk meregang pada setiap waktu kontraksi, dibandingkan dengan meregang dengan cepat saat mengejan. Hal ini dapat menghindari kemungkinan robekan atau episiotomi.

8. Coba Posisi Melahirkan yang Berbeda

Sampaikan keinginan Bunda untuk melahirkan tanpa jahitan pada dokter atau bidan yang membantu dan minta saran posisi melahirkan yang harus dicoba. Salah satunya adalah cobalah untuk tetap dalam posisi tegak, dan biarkan gravitasi membantu proses kelahiran.

Memilih posisi yang berbeda dari berbaring telentang, seperti berlutut atau berbaring miring, dapat membantu Bunda melahirkan tanpa perlu episiotomi.

Meskipun begitu, ada beberapa posisi jongkok yang dapat meningkatkan kemungkinan robekan pada perineum sehingga sebaiknya dihindari.

Kisah Melahirkan Normal Tanpa Jahitan

Seorang ibu bernama Adell, berbagi kisah di Aplikasi theAsianparent indonesia, tentang tips melahirkan tanpa jahitan.

"Saya ingin berbagi tips melahirkan tanpa jahitan, Bunda. Karena di postingan sebelum ini banyak di kolom komentar yang ingin tahu tipsnya gimana, tapi tidak bisa saya jawab satu-satu ya," tutur Adell.

"Nah, tips ini juga enggak bisa terlalu menjamin, Bun. Ini menurut Bunda dan keahlian bidan juga, ya, Bun," tambahnya.

Berikut ini adalah tips melahirkan tanpa jahitan berdasarkan pengalaman pribadi Bunda Adell.

Adell menyatakan, agar melahirkan bebas robekan, maka Bunda harus rutin melakukan pijat perineum sejak usia kandungan 36 minggu. Dengan rincian sebagai berikut.

  • Usia kandungan 36 minggu 1 kali pijat seminggu
  • Usia kandungan 37 minggu 2 kali pijat seminggu
  • Hamil 38 minggu 3 kali pijat dalam seminggu

"Nah, menjelang persalinan, harus lebih sering ya, Bun. Caranya bisa lihat di YouTube, pijat bisa dilakukan suami atau sendiri juga bisa," kata Adell.

Selain pijat perineum, Adell juga menyarankan para Bumil untuk sering melakukan olahraga jongkok bangun, dan mengepel sambil jongkok. "Manfaatnya biar cepat kontraksi juga, Bun. Sama biar bayi cepat masuk area panggul," ujar Adell.

Dia juga menambahkan, bila sudah memasuki usia kehamilan 39 minggu, maka olahraga ditambah dengan jalan cepat.

Saat sudah merasa mulas dan kontraksi, Adell menyarankan agar melakukan jalan santai dan jongkok bangun. Bila tidak kuat melakukannya, biasanya Bidan akan menyuruh Bumil berbaring.

"Ketika bukaan sudah lengkap, pasti rasanya ingin mengejan seperti BAB. Atur napas, Bun. Ikutin arahan bidan, jangan angkat pantat. Kalau saya kaki dinaikkan terus tangan dijepit di bawah lutut, jadi tidak bisa angkat pantat. Napasnya di perut jangan di kerongkongan."

"Ada saatnya mengejan dengan napas kuat, ada saatnya mengejan dengan tarik embus napas agar tidak ada jahitan atau hanya butuh sedikit jahitan."

Artikel terkait: Proses melahirkan hanya 10 menit, ibu: "Hanya seperti haid, sangat cepat, tidak sakit"

Adell mengaku dengan melakukan hal-hal di atas, dia bisa melahirkan normal tanpa jahitan. Bahkan 10 hari setelah melahirkan dia berani mencuci kemaluannya setelah buang air. Berani jongkok setelah 20 hari.

Adell juga menegaskan, bahwa tidak ada jaminan bahwa semua ibu yang melakukan tipsnya ini bisa berhasil. Namun ini berdasarkan pengalaman pribadi, dan itulah yang ia lakukan.

Dia menyarankan agar ibu hamil tetap berkonsultasi dengan bidan atau dokter kandungan sebelum melakukannya. Terakhir, Adell juga mendoakan para Bunda yang sedang menanti kelahiran bayi agar selalu diberi kesehatan, lancar saat persalinan, serta bisa melahirkan bayi dengan selamat.

Faktor Risiko Robekan Saat Melahirkan 

Tidak semua perempuan membutuhkan episiotomi saat melahirkan. Peregangan jaringan secara alami dapat membantu mengurangi kemungkinan diperlukannya episiotomi.

Akan tetapi, jika Bunda mengalami persalinan yang berisiko, tanpa episiotomi jaringan perineum mungkin dapat robek. Robekan ini bisa lebih sulit untuk diperbaiki di kemudian hari.

Mengutip dari situs resmi Hopkins Medicine, dokter mungkin menyarankan episiotomi dalam situasi ini:

  • Bayi tidak memiliki cukup oksigen (fetal distress)
  • Kelahiran dengan komplikasi, seperti saat bayi berada di posisi bawah atau kaki lebih dulu (sungsang) atau saat bahu bayi terjepit (distosia bahu)
  • Persalinan yang lama
  • Dibutuhkannya forceps atau persalinan dengan vakum
  • Bayi besar
  • Bayi lahir prematur

Artikel terkait: 6 Jenis Komplikasi Persalinan yang Perlu Diketahui Ibu Hamil

Komplikasi Episiotomi

Beberapa kemungkinan komplikasi episiotomi mungkin termasuk:

  • Perdarahan
  • Robekan pada jaringan rektal dan otot sfingter anal yang mengontrol pengeluaran tinja
  • Pembengkakan
  • Infeksi
  • Pengumpulan darah di jaringan perineum
  • Rasa sakit saat berhubungan seks

Setelah episiotomi, Bunda mungkin mengalami rasa sakit di tempat sayatan tersebut. Kompres es dapat membantu mengurangi pembengkakan dan nyeri yang dirasakan. Selain itu, mandi berendam dengan air hangat atau dingin dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan luka sayatan.

Bunda dapat menggunakan obat pereda nyeri jika direkomendasikan oleh dokter. Pastikan hanya mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.

Jaga agar luka sayatan tetap bersih dan kering, terutama setelah buang air kecil dan buang air besar. Jika buang air besar terasa sakit, Bunda dapat menggunakan obat pencahar atau pelunak tinja sesuai dengan petunjuk dokter.

Sebaiknya hindari menggunakan sabun pembersih vagina, menggunakan tampon, dan berhubungan seksual sampai dokter memperbolehkannya.

***

Apakah Bunda juga ingin mempraktikkan tips agar melahirkan normal tanpa jahitan di atas? Semoga informasi ini dapat bermanfaat ya, Bunda.

Artikel diupdate oleh: Annisa Pertiwi

Baca juga:

id.theasianparent.com/jahitan-setelah-melahirkan-normal

id.theasianparent.com/merawat-jahitan-setelah-melahirkan-normal

id.theasianparent.com/melahirkan-normal-tanpa-jahitan

Penulis

Fitriyani