Salah satu kunci keharmonisan hubungan adalah komunikasi. Namun, bagaimana bila yang terjalin dengan pasangan justru tipe komunikasi toksik? Tentu ini bisa menjadi langkah awal menuju kehancuran sebuah hubungan.
Komunikasi yang tidak baik bisa menimbulkan kesalahpahaman, hingga pertengkaran. Hingga akhirnya keharmonisan hubungan bisa terkikis. Tidak peduli seberapa besar cinta yang dimiliki, lama kelamaan bisa menghancurkan hubungan.
Toxic communication pada dasarnya merupakan komunikasi yang secara tidak langsung atau langsung bisa menyebabkan hubungan yang tidak stabil atau beracun. Pola komunikasi ini bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk. Menurut Mind Space Cafe, inilah tujuh tipe komunikasi toksik yang bisa menyakiti satu sama lain.
Artikel Terkait: Kenali Toxic Relationship, Jangan Sampai Terjebak di Hubungan yang Tidak Sehat!
7 Tipe Komunikasi Toksik yang Perlu Dihindari dalam Hubungan
1.Suka Menyalahkan
Sumber: Unsplash
Menyalahkan terus-menerus pasangan, misal atas kesalahannya dan mengeluh tentang setiap hal yang salah dalam hidup mereka tanpa berusaha untuk berkompromi, ini bisa menjadi bentuk komunikasi toksik. Padahal seseorang bisa saja berdiskusi untuk memecahkan masalah jika ada persoalan atau perilaku pasangan yang kurang berkenan.
- “Kamu tidak pernah melakukan sesuatu yang romantis untukku.”
- “Kamu tidak pernah membantu pekerjaan rumah tangga”
- “Aku nggak suka saat kamu memprioritaskan ibumu dibanding aku,”
Cobalah fokus pada esensi masalah dan aspek perilaku yang tidak cocok.
- “Aku merasa sedih karena kamu tidak bersikap romantis denganku. Aku merasa percintaan kita semakin terpuruk. Bagaimana menurutmu?”
- “Sepertinya aku butuh bantuan mengerjakan tugas rumah tangga. Bisakah kita membahas ini lebih lanjut?”
- “Aku merasa kamu menempatkan ibumu di depanku dan itu membuatku merasa tidak penting bagimu.”
2. Tipe Komunikasi Toksik Pasif-Agresif
Saat salah satu pasangan memiliki sifat pasif-agresif maka komunikasi hampir tidak ada. Orang yang pasif-agresif tidak membuka diri saat dibutuhkan. Mereka menganggap orang lain harus tahu persis bagaimana perasaan mereka dan mengharapkan orang lain membaca pikiran mereka dan tahu apa yang salah.
Dirinya, mereka kerap menolak untuk berbicara, melakukan kontak mata, atau mengatakan hal-hal seperti:
- “Aku baik-baik aja/ Aku nggak apa-apa”
- “Lakukan apa yang kamu mau, aku tidak peduli.”
Ungkapan semacam itu hanya memperburuk keadaan alih-alih berbicara untuk memecahkan masalah.
Artikel Terkait: 10 Pertengkaran yang Merekatkan Hubungan Pasangan Setelah Menikah
3. Sarkasme atau Menyindir
Dari pada berterus terang, beberapa orang suka mengungkapkan persoalan lewat permainan pikiran. Mereka akan menggunakan sarkasme atau menyiratkan sesuatu secara negatif tanpa langsung ke intinya.
- “Iya yang paling bener,” (sambil berekspresi memutar mata).
- “Kau selalu tahu yang terbaik, bukan?”
Selain berkata demikian,mereka mengejek dengan tertawa licik dan/atau membuat pasangannya merasa buruk tentang diri sendiri.
Sarkasme merupakan jenis komunikasi beracun yang ekstrem. Hal ini juga termasuk jenis pelecehan mental dan emosional dan dapat membuat pasangan merasa sangat terkuras dan lelah secara mental dan emosional.
4. Merendahkan dan Mengungkit Kesalahan Pasangan
Sumber: Unsplash
Saat pasangan tidak menghormatimu dan terus-menerus mengungkit masa lalu atau mengeksploitasi kelemahanmu saat bertengkar, ini juga merupakan tanda toxic communication. Ia biasanya tidak segan mengungkit kesalahan di masa lalu daripada berkelahi dengan adil.
Jika pasangan terus-menerus membuatmu merasa buruk dan menggunakan kelemahanmu untuk melawan, maka kamu dimanipulasi secara emosional. Ini merupakan jenis komunikasi beracun yang intens.
5. Jumping to Conclusion (langsung menyimpulkan)
Jika seseorang meragukan dan terus-menerus mencurigai ada yang tidak beres, menipu, hingga berselingkuh. Padahal, semua itu hanya hasil kesimpulannya sendiri. Ini bisa menyebabkan kecemasan dan depresi berat bagi pasangannya karena kurangnya kepercayaan dalam hubungan.
Mungkin itu merupakan hasil dari masa lalu pasangannya berselingkuh atau salah satu orang tuanya berselingkuh, maka ini bisa menjadi akar penyebab rasa tidak aman mereka. Hasilnya, ia selalu curiga dan menyimpulkan hal yang tidak-tidak. Tentu saja ini tidak baik untuk hubungan.
Artikel Terkait: 5 Zodiak Ini Bisa Melakukan Ghosting saat Menjalin Hubungan, Cek Yuk!
6. Penyiksaan Emosi Juga Termasuk Tipe Komunikasi Toksik
Penyiksaan emosi bisa diartikan saat pasangan sangat mengontrol, tidak membiarkan seseorang mengekspresikan keyakinannya dan terus-menerus meremehkan.
Misalnya, ia tidak membiarkan pasangannya memiliki kehidupan sendiri, melarang bersosialisasi, bergaul dengan teman dan keluarga dan terus-menerus menuntut melakukan sesuatu atau meminta perhatian. Tentu saja ini bisa mempengaruhi secara mental dan bisa menghancurkan hubungan.
7. Silent Treatment
Sumber: Unsplash
Silent treatment artinya penolakan untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Menurut Medical News Today, hal ini termasuk penyiksaan emosi.
Diam dan tak berbicara tentu saja menandakan komunikasi yang tidak baik. Alih-alih berbicara, justru menghindari percakapan mendalam dan menghindari konfrontasi dalam bentuk apa pun. Masalah tidak akan terselesaikan tanpa komunikasi.
Saat Terjebak Hubungan dengan Komunikasi Toksik, Apa yang Harus Dilakukan?
Sumber: Unsplash
Komunikasi yang buruk dengan pasangan tentu sangat melelahkan dan menguras hati. Alih-alih menyelesaikan persoalan justru membuatnya semakin runyam. Lakukan hal ini saat menghadapi komunikasi yang buruk dengan pasangan.
- Cobalah lebih terbuka dan ungkapan bahwa kamu tidak suka dengan gaya komunikasi nya.
- Sadarilah bahwa orang lain tidak bisa bersikap sama seperti kita.
- Mintalah pasangan untuk mengganti redaksi ucapannya dengan yang lebih halus.
- Jika pasangan sama sekali tidak bisa berubah, mungkin perpisahan jadi jalan yang baik. Sebab, kesehatan mental diri sendiri juga penting.
Itulah penjelasan tentang tipe komunikasi toksik yang bisa menghancurkan hubungan. Renungkanlah, jangan-jangan Kamu melakukannya kepada pasangan.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.