Penyebaran penyakit-penyakit yang bisa dicegah melalui tahapan imunisasi kian mengkhawatirkan. Hampir di seluruh belahan dunia, tidak sedikit orangtua yang memilih anaknya tidak imunisasi karena alasan agama atau pandangan pribadi.
Padahal fakta mengungkapkan, tindakan untuk tidak imunisasi anak yang terlepas dari ketersediaan vaksin, sudah diidentifikasi oleh World Health Organizations sebagai salah satu dari sepuluh ancaman kesehatan global terbesar di dunia pada tahun 2019 ini.
Penyakit campak, misalnya, sudah mengalami peningkatan penyebaran sebanyak 30%. Setidaknya ada 110,000 orang yang meninggal akibat campak pada tahun 2017 – dan kebanyakan di antaranya menimpa anak-anak di bawah usia 5 tahun. Padahal ketersediaan vaksin untuk pencegahan penyakit ini sangat banyak dan efektif.
Wabah penyakit campak juga meningkat di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia dan bahkan di Asia Tenggara sendiri tetangga kita, Filipina. Pilihan untuk tidak imunisasi anak mereka adalah salah satu penyebab utama dari peningkatan wabah penyakit ini.
Apa sih bahaya yang mengintai jika tidak imunisasi anak kita?
Menurut Badan Kesehatan Dunia, bila tidak imunisasi, maka anak tidak memiliki perlindungan terhadap penyakit serius yang bisa mengakibatkan komplikasi parah bahkan kematian. Vaksin memberikan perlindungan pada tiap anak, baik yang divaksin maupun yang tak bisa divaksin karena kondisi khusus.
Bila semua anak telah divaksin, maka risiko penularan penyakit mematikan bisa diminimalisasi atau bahkan hilang sama sekali.
theAsianparent menyempatkan waktu untuk bertanya kepada Dr. Tan Zhen Han, Pediatris dari SBCC Baby & Child Clinic, pendapat profesionalnya mengenai pentingnya vaksin dan imunisasi bagi anak-anak.
Kenapa sih disinformasi mengenai imunisasi dan vaksin sangat menyebar luas?
Disinformasi mengenai vaksin dan imunisasi berawal dari maraknya penyebaran informasi medis yang salah melalui internet dan media sosial. Beberapa disinformasi mengenai vaksin meliputi:
- Oknum medis memicu ketakutan dan teror tanpa dasar. Salah satunya seperti seorang dokter asal Inggris bernama Andrew Wakefield, yang ikut menulis sebuah jurnal medis mengklaim bahwa ia menemukan hubungan antara autisme dan vaksin MMR.
- Oknum yang memiliki kepentingan finansial dan politik.
- Oknum yang menyebarkan propaganda akan kebenciannya terhadap vaksin melalui media sosial.
Nah, untuk memerangi disinformasi mengenai vaksin ini, American Medical Association belum lama ini meminta perusahaan teknologi raksasa seperti Amazon, Facebook, Google dan YouTube untuk bertanggungjawab dan memastikan bahwa pengguna mereka dapat mengakses informasi valid secara ilmiah mengenai vaksinasi.
Bagaimana caranya kita mengecek kebenaran informasi yang kita terima?
Orang tua dan pengasuh harus memiliki akses ke situs-situs resmi lembaga-lembaga seperti World Health Organizations atau US Centres for Disease Control and Prevention untuk memverifikasi informasi tersebut.
Sebagai alternatif, Anda juga dapat merujuk pada informasi resmi Kementerian Kesehatan atau memverifikasi kembali dengan penyedia layanan kesehatan terdekat.
Jangan terlambat, berikut rekomendasi jenis imunisasi anak yang wajib Parents tahu!
Berdasarkan rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) berikut beberapa jenis vaksin/imunisasi yang dianjurkan untuk anak dalam kategori wajib dan tambahan.
- Hepatitis B (HB)
- Polio
- BCG
- DTP
- Pneumokokus (PCV)
- MMR/MR
- Rotavirus
- Influenza
- Campak
- Varisela
- Human papiloma virus (HPV)
- Japanese encephalitis (JE)
- Dengue
Artikel terkait: Jadwal imunisasi anak, pastikan tidak ada yang terlambat
Tindakan untuk tidak imunisasi anak Anda merupakan tindakan ceroboh yang tidak bisa dibenarkan apapun alasannya. Orang tua mana sih yang tega membiarkan anaknya mudah terserang penyakit jika tidak mendapatkan vaksin?
Disadur dari artikel Jaya theAsianparent Singapura
Baca juga:
Bagaimana Jika Pemberian Imunisasi Dasar Terlambat ?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.