Peringatan! Artikel ini akan memuat informasi dan foto kejadian tentang seorang ibu yang tertembak saat hamil. Hal ini mungkin akan memicu sesuatu yang tidak diinginkan pada beberapa orang. Jadi, kebijaksanaan dibutuhkan sebelum membaca artikel berikut ini.
Kisah Desire Guardiola tertembak saat hamil
Sekitar bulan Oktober atau November 2018, saya bekerja sebagai asisten manajer di Taco Bell. Saat itu, usia saya masih 21 tahun. Saya hidup sendiri dan tidak menjalin hubungan apapun.
Selama berbulan-bulan sebelumnya, saya berada di dalam toxic relationship. Setelah hubungan itu berakhir, saya mencoba menjauhkan diri dari hal itu dan berusaha menemukan diri saya kembali.
Saya berusaha untuk jatuh cinta pada diri saya lagi.
Tak disangka, tiba-tiba saya bertemu dengan seseorang. Saya langsung merasa nyaman dengan orang tersebut.
Namun karena hubungan saya yang sebelumnya, saya memutuskan untuk tidak meresmikan hubungan kami. Kami hanya melakukan banyak hal bersama, kebanyakan waktu tersebut penuh dengan cinta dan tawa.
Kami banyak melakukan hal konyol bersama dan menjadi diri sendiri. Perasaan saya pun perlahan tumbuh lebih kuat untuknya dan begitu juga pikiran saya.
Akhirnya, beberapa bulan setelahnya saya memutuskan untuk bepisah dengannya.
Awal mula Desire Guardiola mengetahui kehamilannya
Beberapa minggu kemudian, saya mulai menyadari bahwa saya melewatkan menstruasi. Saya coba menunggu beberapa minggu lagi dan tetap tidak mengalami haid.
Pada 4 Januari 2019, saya menyerah dan mencoba alat tes kehamilan sembari melakukan FaceTime bersama ibu saya. Dia sangat ingin tahu hasilnya.
Saat pertama kali saya lakukan, alat tes kehamilan langsung menunjukan kata ‘positif’. Saya coba lagi untuk kedua kalinya, kata ‘positif’ pun kembali muncul.
Ibu saya sangat bersemangat, tetapi saya menangis. Saya belum pernah menjalani hidup yang baik sebelumnya dan tiba-tiba saya mengandung seorang bayi.
Ini adalah kehamilan pertama saya sehingga saya sangat diliputi oleh berbagai emosi dan pikiran.
Ketika saya pertama kali mengetahui bahwa saya akan memiliki seorang anak perempuan. Saya bertanya-tanya akan seperti apa dia.
Saya selalu berharap dan berdoa agar dia sehat dan saya bisa memberikannya kehidupan yang hebat. Tiba-tiba saya sangat senang akan menjadi seorang ibu!
Memiliki iman yang kuat membuat saya percaya bahwa Tuhan mengirimnya ke saya untuk menyelamatkan dan membuat saya merasa memiliki tujuan. Saya percaya Tuhan mengirimnya ke saya untuk mencintai dan mengasuh anak ini.
Rumah Desire Guardiola didobrak oleh orang asing
Pada 20 Juli 2019, saya sedang berada di apartemen mengatur barang-barang untuk menyambut kedatangannya. Saya mengubah kamar tidur saya sebagai kamar tidurnya agar dia dapat lebih nyaman. Bagaimanapun setiap ibu tentu menginginkan hal yang terbaik untuk anak-anak, bukan?
Tiba-tiba saya mendengar ketukan di pintu depan. Namun saat saya memeriksa balkon dan lubang intip, saya tidak bisa melihat siapa-siapa. Saya pun melanjutkan aktivitas dan memindahkan barang-barang bayi saya ke dalam kamarnya.
Beberapa menit kemudian, saya mendengar suara pintu depan ditendang dengan keras sehingga terbuka. Karena kaget dan bingung, saya hanya diam di kamar sampai saya mendengar ada suara seorang pria yang menanyakan keberadaan saya.
Saya pun memberanikan diri untuk keluar dari kamar dan melihat seorang perempuan tengah membawa pisau. Dengan cepat dia meraih saya dan saya memohon agar dia tidak menikam saya.
“Saya hamil!,” seru saya saat itu.
Ketika keluar dari kamar, saya bisa melihat apa yang terjadi. Di ruang tamu, saya melihat seorang laki-laki berdiri dan memegang pistol yang diarahkan ke kepala matan pacar saya.
Saya tidak mengenal orang-orang ini dan apa yang mereka inginkan. Mereka hanya datang untuk seseorang yang punya masalah dengan matan pacar saya.
Saya pun memohon pada mereka untuk membiarkan kami. Saya mengatakan bahwa mereka ada di dalam rumah saya dan saya tidak ada hubungan lagi dengan urusan mereka.
Setelah beberapa saat, saya diberitahu untuk tutup mulut dan berhenti bergerak. Saya diancam akan ditembak dan ditusuk.
Mereka dengan marah mengambil ponsel, kunci mobil, semua kartu, dan barang-barang yang ada di dalam dompet saya. Orang-orang itu juga mengambil uang yang telah saya tabung untuk dana darurat dan untuk Emery, calon bayi saya. Mereka bahkan mengambil Xbox.
Saat mereka beranjak untuk pergi, saya berteriak pada mantan pacar saya untuk mengikuti mereka. Saya mengambil pisau dan berlari dibelakangnya.
Ketika saya melangkah ke luar apartemen, saya mulai berteriak untuk meminta bantuan seseorang. Saya berteriak bahwa telah ada dua orang yang masuk ke dalam apartemen saya dan membawa senjata.
Mantan pacar saya pun berjuang untuk mendapatkan barang-barang saya kembali. Namun tiba-tiba, saya mendengar suara tembakan dan merasakan sakit yang luar biasanya di perut.
Saya tahu saya telah ditembak.
Desire Guardiola tertembak saat hamil
Saya dengan cepat mencoba menutupi luka tembakan saat hamil untuk menghentikan perdarahan. Namun, rasa sakitnya sungguh luar biasa sehingga saya tidak tahan untuk berjalan dan hanya terduduk.
Tetangga-tetangga saya memenuhi trotoar dan saya berteriak pada mereka untuk membantu saya.
“Saya hamil dan saya ditembak!,” ujar saya.
Mereka kemudian memanggil EMS (Emergency Medical Services) dan departemen kepolisian. Setelah itu, saya segera dilarikan ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, saya sudah tidak bisa merasakan Emery bergerak lagi. Saya hanya bisa menahan sakit dan memohon mereka untuk menyelamatkan bayi saya.
Mereka mencoba mendeteksi detak jantung Emery tetapi tidak bisa. Mereka pun memanggil ahli anestesi.
Hal terakhir yang saya ingat, saya di dorong ke ruang gawat darurat dan semua mata tertuju pada saya. Saya tahu itu adalah kondisi yang serius, saya hanya tidak tahu seberapa serius hal itu.
Ketika saya sadar, saya diberitahu bahwa saya telah ditembak dua kali. Sekali di payudara kiri dan sekali di sisi kiri perut. Peluru itu mengenai beberapa organ dalam tubuh saya dan menyebabkan perdarahan internal. Karena tertembak saat hamil, peluru mengenai rahim dan usus saya.
Karena kehilangan darah, Emery pun lahir dengan operasi caesar darurat dan harus diresusitasi.
Begitu detak jantungnya terdeteksi, mereka merujuk Emery ke rumah sakit lain agar mendapatkan pengobatan terbaik yang sesuai dengan kebutuhannya. Di sana, mereka menemukan Emery telah mati otak.
Sementara Emery berjuang, saya juga berjuang menjalani operasi pada usus. Saya menerima 47 jahitan di perut saya.
Para dokter dan perawat di kedua rumah sakit itu sangat hebat. Mereka telah berusaha untuk menyelamatkan saya dan Emery.
Keluarga saya serta keluarga ayah Emery pun melalui waktu yang sulit itu bersama-sama. Tidak ada yang bisa dihubungi hingga keesokan harinya, Minggu, 21 Juli 2019.
Semua orang panik, khawatir, dan kesal dengan kejadian tersebut. Namun, mereka berusaha untuk menghibur dan memotivasi saya setiap hari.
Kondisi Emery buah hati Desire Guardiola
Ketika saya pertama kali melihat Emery, dia benar-benar tidak bisa bergerak, membuka mata, menangis, atau bahkan bernapas sendiri. Saat pertama kali tiba di rumah sakit, Emery mengalami kejang secara terus menerus. Mereka merasa bahwa tidak ada harapan untuk Emery selamat malam itu.
Lalu saya meminta pembaptisan untuk Emery. Upacara pembaptisan itu berlangsung dengan sangat indah. Saat itu saya hanya berdoa mukjizat dari Tuhan agar ia memberi Emery dan saya kekuatan untuk melewati malam itu. Dan kami melakukannya.
Saya sangat senang ketika saya bisa keluar dari rumah sakit untuk bersamanya setelah tertembak saat hamil. Saya berterima kasih pada Tuhan setiap hari karena masih mengizinkan saya memilikinya.
Meskipun sejak awal dokter tidak mengira dia dapat hidup satu malam lagi. Namun, siapa yang menyangka dia bisa hidup selama delapan hari?
Ketika saya di rumah sakit, saya selalu diingatkan oleh kondisi kesehatan Emery.
“Batang otaknya benar-benar mati. Tidak mungkin dia bisa bernapas sendiri, menangis, merangkak, makan, berjalan, membaca, menulis, dan melakukan apa saja sendiri,” ujar para dokter dan suster.
Menurut mereka, Emery tidak mungkin melakukan semua ini tanpa bantuan mesin. Itulah mengapa mereka menyerahkan seluruh keputusan pada saya.
“Keputusan akhirnya terserah padamu. Ketika kamu mengatakan cukup, maka cukup. Dia akan tidur dengan tenang,” ucap mereka.
Hati saya hancur berkeping-keping saat mendengar hal itu. Saya tidak pernah bisa melakukan apapun untuk menyembuhkan rasa sakitnya dan membuatnya lebih baik.
Juga merasa sangat bingung, terluka, dan marah. Saya merasa tidak pantas untuk membuat keputusan seperti itu dan membiarkannya pergi karena telah berjuang begitu keras. Dia berjuang sangat keras untuk kita bisa bersatu kembali.
Saya kemudian diberitahu tentang bagaimana prosesnya setelah saya membuat keputusan. Namun, saya masih sangat keras kepala. Saya ingin melakukan banyak hal dengannya. Saya pun mempertahankannya dan melakukan hal-hal kecil bersamanya, seperti mandi, ganti popok, melihat suhu tubuhnya, dan menimbang dia.
Beberapa hari setelahnya, saya berbicara dengan dokter lagi dan saya menyadari mereka benar. Seperti halnya saya ingin mempertahankannya, ini bukanlah kehidupan yang ingin dia miliki.
Saya akan sangat senang untuk merawatnya bahkan bila dia telah berusia 13 tahun dan harus menggunakan tabung karena tidak bisa melakukan apapun sendiri. Namun, saya tidak mungkin membiarkannya menjalani kehidupan seperti itu.
Saya pun merelakannya karena cinta saya yang begitu kuat dan dalam untuknya. Saya harus membiarkannya pergi dan bebas dari rasa sakit. Tak lupa, saya berdoa kepada Tuhan setiap hari dan setiap malam untuk mendapatkan kekuatan, bimbingan, dan pengampunan.
Desire Guardiola merelakan Emery
Pada tanggal 28 Juli, kami memutuskan sudah waktunya untuk melepaskan Emery dan mengesampingkan keinginan kami. Saya mengizinkan dokter untuk melepaskan tabung yang terpasang dari tubuh Emery.
Kami semua berkumpul untuk menyaksikan pertama kali mereka melepas tabung Emery. Begitu mereka melepas tabung, mereka telah memperingatkan kita bahwa Emery mungkin akan bernapas sebentar karena tubuh kecilnya telah terbiasa dengan mesin itu.
Saya berdoa agar Emery dapat terus bernapas sendiri untuk sementara waktu agar kita bisa melihatnya tanpa tabung. Doa saya pun dikabulkan dan Emery benapas sendiri selama 30 menit.
Kami menyaksikan Emery berjuang untuk tetap hidup dan betapa indahnya dia tanpa tabung. Begitu banyak pikiran dan emosi yang memenuni kepala kami saat itu. Kami ingin sekali mengembalikan tabung yang dia gunakan tetapi itu tidak mungkin. Saya hanya bisa terus memegangi tangan kecil Emery di masa-masa sulit itu.
Emry pun sudah berjuang cukup lama dan cukup keras. Tubuh kecilnya akhirnya mulai berubah keunguan.
Dia pergi dengan tenang dalam pelukan saya hari itu. Dengan penuh cinta dan dukungan dari keluarga terdekatnya.
Saya benar-benar kehilangan kata-kata. Tidak pernah saya berpikir bahwa akan melahirkan anak saya sebelum tanggal jatuh tempo dan harus mengalami trauma atau kehilangan seperti itu.
Saya ingin mengkremasinya agar dapat membawanya ke mana pun saya pergi. Namun untuk melakukannya, akan memakan waktu hingga 6 bulan lagi bagi kita untuk mendapatkannya. Saya pun sangat terpukul, saya merasa dunia telah runtuh.
Syukurlah, saya mendapat dukungan dari keluarga saya dan keluarga ayahnya. Mereka membantu saya mengatur pemakaman Emery dan membuatnya benar-benar indah.
Akibat kejadian tertembak saat hamil ini, keluarga saya dan ayah Emery semakin dekat. Meskipun kami menyesal harus semakin dekat karena tragedi ini, tetapi kami diberkati untuk saling mendukung dan mencintai satu sama lain. Dengan begitu, kami bisa berduka dan bergerak maju menjalani kehidupan sehari-hari.
Saya mulai belajar dan menerima bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah untuk semuanya. Tragedi dan kejahatan yang terjadi pada saya bukanlah pekerjaan Tuhan, melainkan pekerjaan iblis.
Saat beberapa orang bertanya di mana Tuhan saat hal itu terjadi, saya percaya bahwa Tuhan ada di sekitar saya dan bahkan menyadari rencana iblis. Namun, tugansya tidak selalu untuk menghentikan Anda dan melindungi Anda dari bahaya, tetapi juga membimbing Anda keluar dari situ.
Dia membantu untuk mencurahkan cinta kepada Anda dan memberikan Anda kekuatan yang tidak Anda miliki sebelumnya.
Desire Guardiola berusaha bangkit kembali
Setelah saya melepas jahitan di perut saya, saya tinggal bersama ibu dan pacarnya di California untuk sembuh dan menenangkan diri. Saya juga berpartisipasi dalam sesi terapi untuk kesedihan dan kehilangan.
Melalui pengalaman ini, saya telah berbicara dengan begitu banyak wanita di media sosial. Sungguh menyenangkan bisa disatukan dengan orang-orang di seluruh dunia yang masih memiliki hati yang mencintai dan mendukung orang lain.
Saya berterima kasih, saya berjuang melawan depresi ketika pertama kali kehilangan Emery. Saya berpikir bahwa saya akan selalu tergelincir ke dalam pola pikir negatif itu dan akhirnya pergi bersamanya karena rasa sakit yang saya rasakan.
Namun, karena memiliki iman yang kuat dan dukugan dari keluarga, saya menyadari bahwa bukan itu jawabannya. Jadi, saya memilih kembali pada Tuhan.
Artikel ini dilansir dari theAsianparent Singapore.
Baca juga:
Tragis, Balita Tewas Setelah Ujung Jaketnya Tersangkut di Gantungan Kamar Pas Toko Baju
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.