Apakah Parents kerap merasa banyak teori parenting yang tidak sesuai praktik di kenyataannya?
Menjadi orang tua memang bukanlah hal yang mudah, dan menjadi ‘orang tua yang baik’ adalah kerja keras sepanjang hidup.
Orang tua yang baik adalah orang yang berusaha membuat keputusan demi kepentingan terbaik anak. Sementara itu, apa yang membuat orang tua hebat tidak hanya ditentukan oleh tindakan orang tua, tetapi juga niat mereka.
Orang tua yang baik tidak harus sempurna, karena memang tidak ada orang yang sempurna.
Menjadi orang tua yang sukses bukanlah tentang mencapai kesempurnaan. Tapi, itu tidak berarti bahwa kita tidak harus bekerja menuju tujuan itu. Kita tetap harus punya value yang jelas dalam pengasuhan anak. Meski teori parenting terkadang tidak sesuai praktik, tetap penting untuk menetapkan harapan dan batasan kita ketika melakukan pengasuhan.
Artikel terkait: Ini 5 prinsip mindful parenting yang wajib Parents terapkan
Teori Parenting yang Tidak Sesuai Praktik
Apakah Anda kerap memberi waktu di luar screen time anak? Atau Parents kerap cheating dengan memberi si kecil masakan cepat saji secara lebih sering? Berikut beberapa teori parenting yang tidak sesuai praktik beserta penjelasannya.
Teori: Tidak membentak anak, karena berefek negatif
Realita: Parents kadang kelepasan ketika sudah marah
Teori parenting yang kita pelajari selama ini adalah, Parents sebaiknya tidak membentak anak, sekalipun sedang marah. Bentakan menghasilkan gelombang suara, dan bila disertai dengan gelombang emosi dan ditangkap oleh otak kiri anak akan menghasilkan gelombang baru dengan efek negatif.
Efek ini bersifat destruktif terhadap sel-sel otak, terutama bagi anak yang menjadi sasaran bentakan tersebut.
Namun pada kenyataannya, Parents mungkin susah melakukan saran parenting ini, terutama ketika si kecil sedang bebal-bebalnya.
Membentak anak ataupun berteriak merupakan hal spontan yang biasa dilakukan orangtua untuk menunjukkan superioritasnya dan untuk menarik perhatian anak agar memerhatikan dan mendengarkan ucapannya.
Artikel terkait: 21 Jenis Pola Asuh Anak yang Perlu Anda Ketahui
Teori: Anak 3-4 tahun batas waktu screen time adalah 1 jam
Realita: Parents kerap memberi kelonggaran anak bermain gadget, dengan dalih bosan di rumah saja
Menurut rekomendasi WHO, screen time yang disarankan untuk anak 3-4 tahun tidak lebih dari satu jam, semakin sedikit lebih baik. Anak disarankan untuk diajak mendongeng atau membaca ketika sedang tidak banyak bergerak. Beberapa dampak buruk screen time berlebih pada anak adalah menurunkan kemampuan kognitif, menghambat perkembangan bahasa hingga anak sulit berkonsentrasi.
Realitanya, Parents mungkin sering keteteran dengan batas screentime pada anak ini dikarenakan beberapa alasan, mulai dari alasan anak merasa bosan di rumah ada, atau karena kesibukan orangtua di masa pandemi ini. Sehingga terkadang Parents memberi waktu berlebih dari batas seharusnya.
Namun begitu tetap persisten ya Parents untuk memberikan batasan bagi anak dalam screen time.
Teori: Durasi tidur anak 3-6 tahun 11-12 jam
Realita: Anak lebih gemar bermain dibanding tidur
Teori parenting yang tidak sesuai praktik lainnya adalah terkait durasi tidur anak, terutama anak di usia 3-6 tahun.
Durasi tidur ideal untuk anak usia prasekolah adalah 11-12 jam. Penurunan tidur siang mulai terjadi hingga biasanya berhenti di usia 5 tahun.
Namun realitanya, anak-anak di usia prasekolah ini baru gemar-gemarnya bermain bersama teman seusianya maupun menjelajah lingkungan sekitarnya. Hal ini juga yang menyebabkan Parents kerap memberi kelonggaran anak untuk tidur telat pada malam hari atau malah mengizinkan anak tidak tidur siang.
Meski begitu, jangan sering-sering ya Parents. Karena jam tidur anak yang tidak cukup akan berpengaruh pada perkembangan dan kesehatan si kecil.
Teori: Anak sebaiknya tidak sering makan produk olahan
Realitanya: Ciki, sosis, nuget adalah makanan ‘penyelamat’ agar si kecil tenang
Sebagaimana kita sadari, makanan fresh seperti sayuran segar, daging segar, ikan segar, atau smoothies buah tentu lebih bagus dikonsumsi dibanding aneka ragam frozen food atau masakan cepat saji lainnya, baik itu untuk orang dewasa atau juga untuk anak-anak.
Namun, realitanya Parents kerap kecolongan dan memberi si kecil makanan cepat saji. Hal ini mungkin terjadi karena kesibukan orang tua dengan pekerjaan domestik yang lain atau karena kegemaran si kecil atas makanan tertentu saja.
Jangan patah semangat ya Parents. Anda tetap bisa mengusahakan yang terbaik untuk si kecil. Bisa dengan pesan antar makanan yang sehat untuk keluarga atau juga dengan memilih katering sehat rutin.
Artikel terkait: Jauhi Kebiasaan Parenting yang Bisa Mengganggu Nutrisi si Kecil
Tips Parenting untuk Orang Tua
Berikut adalah sembilan tips mengasuh anak yang dapat membantu Anda merasa lebih terpenuhi sebagai orang tua, sebagaimana dikutip Kids Health.
Tetapkan Batas, Disiplin dan Konsisten dengan Aturan Anda
Disiplin diperlukan dalam setiap rumah tangga. Tujuan dari disiplin adalah untuk membantu anak-anak memilih perilaku yang dapat diterima dan belajar pengendalian diri. Mereka mungkin menguji batas-batas yang Anda tetapkan untuk mereka, tetapi mereka membutuhkan batas-batas itu untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
Menetapkan aturan rumah membantu anak-anak memahami hal-hal baik yang Anda harapkan. Beberapa aturan mungkin termasuk: tidak boleh menonton TV sampai pekerjaan rumah selesai, dan tidak boleh memukul, menyindir, atau menggoda yang menyakitkan, dan lain sebagainya.
Luangkan Waktu untuk Anak Anda
Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang mereka inginkan dari orang tua mereka sering bertingkah atau berperilaku tidak baik karena mereka merasa tidak diperhatikan. Jadi sesibuk-sibuknya orangtua, tetap jadwalkan waktu khusus untuk bersama dengan si kecil.
Ciptakan “malam spesial” setiap minggu untuk berkumpul bersama dan biarkan anak-anak Anda membantu memutuskan bagaimana menghabiskan waktu.
Jadilah Role Model yang Baik
Anak-anak kecil belajar banyak tentang bagaimana bertindak dengan memerhatikan orang tua mereka. Semakin muda mereka, semakin banyak hal yang mereka ambil dari Anda.
Contohkan sifat-sifat yang ingin Anda lihat pada anak-anak Anda: rasa hormat, keramahan, kejujuran, kebaikan, toleransi. Tunjukkan perilaku yang tidak mementingkan diri sendiri. Lakukan sesuatu untuk orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Ucapkan terima kasih dan berikan pujian. Di atas segalanya, perlakukan anak-anak Anda sebagaimana Anda mengharapkan orang lain memperlakukan Anda.
Komunikasi Adalah Prioritas
Parents tidak dapat mengharapkan anak-anak melakukan segalanya hanya karena Anda, sebagai orang tua, “mengatakan demikian.” Mereka menginginkan penjelasan seperti halnya orang dewasa.
Jika ada masalah, jelaskan, ungkapkan perasaan Anda, dan ajak anak Anda untuk mencari solusi bersama. Pastikan untuk menyertakan konsekuensi. Buat saran dan tawarkan pilihan. Bersikaplah terbuka terhadap saran anak Anda juga. Negosiasi. Anak-anak yang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan lebih termotivasi untuk melaksanakannya lho Parents.
Bersikaplah Fleksibel dan Bersedia Menyesuaikan Gaya Pengasuhan Anda
Jika Anda sering merasa “dikecewakan” oleh perilaku anak Anda, mungkin Anda memiliki ekspektasi yang tidak realistis.
Jika si kecil dirasa sangat kesulitan menyesuaikan orangtuanya, Anda secara bertahap harus mengubah gaya pengasuhan Anda.
Remaja cenderung kurang melihat orang tua mereka dan lebih kepada rekan-rekan mereka untuk panutan. Namun, terus berikan bimbingan, dorongan, sambil membiarkan anak remaja Anda memperoleh lebih banyak kemandirian. Dan manfaatkan setiap momen yang tersedia untuk membuat koneksi!
Tunjukkan Bahwa Cinta Anda Tanpa Syarat
Ketika Parents harus menghadapi anak, hindari menyalahkan, mengkritik, atau mencari-cari kesalahan, yang dapat merusak harga diri dan dapat menyebabkan kebencian.
Sebaliknya, berusahalah untuk memotivasinya, bahkan ketika mendisiplinkan anak-anak Anda. Pastikan mereka tahu bahwa meskipun Anda menginginkan dan mengharapkan yang lebih baik di lain waktu, cinta Anda tetap ada, apa pun yang terjadi.
Ketahui Kebutuhan dan Keterbatasan Anda Sendiri sebagai Orang Tua
Hadapilah kenyataan bahwa Anda adalah orang tua yang tidak sempurna. Anda memiliki kekuatan dan kelemahan. Kenali kemampuan Anda. Cobalah untuk memiliki harapan yang realistis untuk diri Anda sendiri, pasangan Anda, dan anak-anak Anda. Anda tidak harus memiliki semua jawaban dan sering-seringlah memaafkan diri sendiri.
Dan cobalah menjadikan upaya mengasuh anak sebagai upaya yang membahagiakan satu sama lain. Fokus pada hal-hal penting yang paling membutuhkan perhatian daripada mencoba menangani semuanya sekaligus.
Ketika lelah, tidak apa-apa mengakui bahwa Anda lelah. Luangkan waktu juga untuk melakukan hal-hal yang akan membuat Anda bahagia sebagai diri sendiri.
Berfokus pada kebutuhan Anda tidak membuat Anda egois. Ini berarti Anda peduli dengan kesejahteraan Anda sendiri, yang merupakan nilai penting lainnya untuk diteladani bagi anak-anak Anda.
***
Baca Juga
10 Tips Parenting yang Perlu Diketahui Setiap Orangtua
Jauhi Kebiasaan Parenting yang Bisa Mengganggu Nutrisi si Kecil
8 Trik Parenting Unik Selebritas Dunia, dari Blake Lively sampai Hillary Duff
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.