Orangtua tentunya ingin bayi lahir dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Namun, ada saja kondisi yang rentan mengenai bayi salah satunya sakit leher. Untuk itu, penting bagi Parents mengetahui seperti apa tanda bayi sakit leher atau torticollis ini.
Bagi yang belum tahu, torticollis adalah gangguan pada otot leher yang menyebabkan kepala menjadi miring. Jika berlangsung dalam jangka panjang, tortikolis dapat menimbulkan nyeri dan menyulitkan penderitanya melakukan aktivitas sehari-hari.
Umumnya, kondisi ini disebabkan bawaan lahir alias ada kelainan saat masa pembentukan janin. Namun, pada beberapa kasus bisa saja terdapat kondisi medis tertentu yang dialami setelah lahir.
Tanda Bayi Sakit Leher atau Torticollis
Posisi kepala miring merupakan gejala utama torticollis. Jika ini terjadi sejak lahir, sayangnya tidak terlihat pada 1-2 bulan pertama. Gejala baru akan terlihat ketika bayi sudah mampu menggerakkan lehernya. Berikut beberapa gejala yang selanjutnya terlihat:
- Kecenderungan menyusu pada salah satu payudara saja
- Adanya benjolan lunak di otot leher
- Kepala terlihat datar pada salah satu atau kedua sisi, akibat sering berbaring pada satu posisi tertentu (plagiosefali)
- Bayi kesulitan mengikuti gerakan ibunya atau menangis ketika berusaha menolehkan kepala
Memasuki fase anak-anak, kepala yang miring semakin terlihat dan dagunya agak mendongak. Tidak menutup kemungkinan kepala akan sulit untuk sekadar menggeleng. Gejala juga bisa berlanjut pada gangguan pendengaran dan penglihatan, bentuk wajah jadi tidak simetris, bahkan perkembangan fungsi motorik bisa terhambat.
Jika dibiarkan hingga dewasa, gejala dapat berkembang yakni otot leher menjadi kaku, nyeri pada leher, sakit kepala tegang tingkat kronis, dan orang sekitar akan menyadari salah satu sisi bahu terlihat lebih tinggi.
Artikel terkait: Setahun di Rumah Sakit, Bayi Terkecil di Dunia Akhirnya Diperbolehkan untuk Pulang!
Penyebab
Tortikolis terjadi ketika otot sternocleidomastoid (SCM) di salah satu sisi leher lebih pendek dari otot SCM di sisi lainnya. Sebagai informasi, otot ini membentang dari belakang telinga ke tulang selangka. Kebanyakan kasus tortikolis tidak diketahui penyebabnya atau tortikolis idiopatik.
Walaupun begitu, sejumlah faktor pemicu ditengarai menyebabkan kondisi ini, antara lain:
- Faktor genetik
- Kurangnya pasokan darah ke otot
- Gangguan pada sistem saraf, otot, atau tulang belakang bagian atas
- Infeksi pada jaringan lunak atau jaringan ikat di sekitar leher dan telinga
- Tekanan pada salah satu otot SCM yang bisa terjadi akibat kelainan posisi janin, misalnya sungsang atau proses persalinan yang dibantu dengan forceps atau vakum.
Bilamana Anda menyadari ada gejala atau faktor risiko bayi mengalami hal ini, segeralah berkonsultasi dengan dokter anak. Semakin dini dilakukan deteksi, akan semakin baik dan cepat upaya penyembuhan dilakukan.
Diagnosis
Sebagai langkah awal, dokter biasanya akan menanyakan pada pasien apa gejala yang terlihat dan terasa. Pada bayi, dokter akan menggali orangtua perihal riwayat kesehatan atau cedera leher yang mungkin pernah dialami.
Setelah sesi tanya jawab, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui kemampuan pasien dalam menggerakkan kepala. Dokter juga akan memeriksa kondisi leher dan tulang belakang bagian atas. Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut mencakup:
- Pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI dilakukan untuk memeriksa kemungkinan adanya masalah pada struktur jaringan di bagian kepala dan leher.
- Tes darah, untuk memeriksa apakah tortikolis terkait dengan kondisi lain misalnya infeksi
- Elektromiogram (EMG) untuk mengukur aktivitas listrik otot dan menentukan bagian otot yang mengalami gangguan.
Artikel terkait: Kisah Abraham, Bayi Nakes yang Meninggal Karena COVID-19 dan Mencari Donor ASI
Bisakah Tanda Bayi Sakit Leher atau Torticollis Dicegah?
Sayangnya kondisi ini tidak bisa dicegah Parents. Satu-satunya langkah preventif dan penanganan yang dapat dilakukan adalah terapi mandiri dan kepedulian orangtua melakukan deteksi dini.
Pada bayi, sederet terapi akan dilakukan semisal terapi peregangan secara mandiri:
- Biasakan bayi menengok ke arah yang berlawanan dari arah biasanya. Hal ini bertujuan untuk melemaskan otot yang tegang sehingga ia terbiasa menengok ke kedua arah.
- Ajari bayi bermain dengan menggunakan tangan dan kaki. Tujuannya adalah untuk memperkuat otot tangan dan kakinya untuk belajar merangkak.
- Baringkan bayi di perut Anda minimal selama 15 menit, 4 kali sehari. Tujuannya memperkuat otot leher dan punggung bayi, serta mencegah sindrom kepala datar.
Penting untuk diingat, terapi di atas haruslah dibarengi dengan pemeriksaan ke dokter secara berkala. Umumnya, bayi dengan tortikolis menunjukkan perbaikan 6 bulan setelah terapi. Jikalau tidak berhasil, dokter melakukan prosedur bedah yang meliputi:
- Selective denervation yaitu tindakan memotong saraf yang spesifik mengontrol otot sternocleidomastoid pada sisi yang mengalami kelainan, sehingga otot tersebut dapat mengecil dan melemah.
- Sternocleidomastoid release, yaitu bedah untuk memanjangkan otot leher yang mengalami kelainan.
- Dorsal cord stimulation, yaitu pemasangan elektroda yang mengirim arus listrik lemah ke saraf tulang belakang untuk meredakan nyeri.
- Deep brain stimulation, yaitu pemasangan implan elektroda ke area tertentu otak yang mengatur kekencangan otot.
Patut diketahui bahwa sakit leher semacam ini sebaiknya cepat ditangani agar tidak terjadi komplikasi serius. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan makan dan keseimbangan, latihan duduk dan berjalan menjadi terhambat, ada cacat atau kelainan bentuk wajah, serta sindrom kepala datar.
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
Bisa Menyerang Bayi hingga Lansia, Ketahui Gejala, Penyebab, dan Jenis Penyakit Hernia
Kapan Sebaiknya Proses Bayi Tabung atau IVF Dilakukan? Ini Penjelasan Dokter
5 Fakta Menarik Ari-Ari Bayi dan Cara Mengurusnya Setelah Persalinan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.