Nama Tan Malaka tak bisa dilepaskan dari sepak terjangnya dalam pergerakan komunis atau kaum kiri di Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas, berani, dan teguh sikap menentang kolonialisme ala pemerintah Belanda di Tanah Air.
Memiliki semangat seorang pejuang, nyatanya ia harus terasing dari negerinya sendiri. Sepanjang hidupnya, Tan Malaka melakukan penyaman demi penyamaran untuk mengelabui para penjajah.
Jiwa patriot membawa namanya melegenda hingga kini. Tan Malaka menjadi sosok idola bagi kaum muda. Lantas, seperti apa kisah hidup pahlawan Nasional satu ini? Yuk, simak ulasan selengkapnya berikut ini.
7 Fakta Tan Malaka
1. Masa Kecil Senang Belajar Agama dan Silat
Nama aslinya adalah Sutan Ibrahim, ia kemudian mendapat gelar Datuk Sutan Malaka. Ia lahir di Nagari Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Sumatra Barat.
Dalam buku Tan Malaka: Merajut Masyarakat dan Pendidikan Indonesia yang Sosialistis disebutkan bahwa ayahnya bernama HM. Rasad Caniago, seorang karyawan pertanian. Sementara sang ibu adalah Rangkayo Sinah, seorang putri bangswan yang disegani di desa.
Waktu kecil, Tan Malaka senang mempelajari ilmu agama. Ia juga gemar berlatih pencak silat.
Artikel terkait: 8 Fakta Kapitan Pattimura, Pahlawan Nasional asal Maluku yang Muncul di Uang 1000
2. Tan Malaka Kecil Dikenal Cerdas Walau Kadang Tak Patuh
Ketika menempuh pendidikan, ia dikenal sebagai murid yang cerdas. Meskipun kadang-kadang tak patuh. Ia didaftarkan ke Kweekschool (sekolah guru negara) di Fort de Kock pada tahun 1908.
Tan Malaka sangat menikmati pelajaran bahasa Belanda saat bersekolah. Sehingga Horensma, salah seorang gurunya menyarankan agar ia menjadi guru di sekolah Belanda. Selain menonjol secara akademis, ia juga seorang pemain sepak bola yang berbakat.
3. Melanjutkan Pendidikan ke Belanda
Berkat kecerdasannya itu, ia mampu melanjutkan pendidikan tinggi hingga ke Negeri Kincir Angin. Ia lalu berangkat meninggalkan desanya dengan berbekal dana pinjamanan dari orang-orang sekampung serta bantuan dari mantan gurunya, Horensma.
4. Tan Malaka menjadi Guru, Mengajar Anak-anak Kuli dan Mendirikan Sekolah
Melansir Tirto, pada mulanya, lelaki kelahiran 2 Juni 1897 ini ingin mendapatkan akte untuk jadi kepala sekolah. Namun karena sakit, ia hanya bisa mendapatkan akte guru biasa.
Usai mengenyam pendidikan di Belanda, Tan Malaka kembali ke Indonesia dan mengajar anak-anak kuli perkebunan teh di Tanjung Morawa, Deli, Sumatera Utara.
Pejuang berdarah Melayu ini kemudian merantau ke Jawa dan pergi ke Semarang. Di sana, dia ikut Sarekat Islam cabang Semarang dan sempat membangun sekolah di Semarang. Sebelum diusir dari Hindia Belanda, ia juga sempat memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI).
5. Menguasai Berbagai Bahasa, Menyamar dan Hidup Berpindah-pindah
Di masa berikutnya, ia menjalani hidup sebagai petualang karena statusnya sebagai buronan. Mengutip dari laman National Geographic Indonesia, Tan Malaka memiliki banyak nama samaran untuk mengelabui polisi dan jajaran pemerintahan kolonialis dan imperalis, di antaranya Amerika Serikat, Belanda, Jepang, dan Inggris.
Tan bahkan dijuluki sebagai ahli menyamar. Kepiawaian tersebut didukung kemampuannya menguasai delapan bahasa, yaitu Minang, Indonesia, Tagalog, Belanda, Rusia, Jerman, Mandarin, dan Inggris.
Diketahui, ia memiliki 23 nama samaran selama pelariannya. Sejumlah nama tersebut di antaranya nama Elias Fuentes saat berada di Filipina, kemudian Hasan Gozali, Ossorio, Tan Ming Sion, Tan Ho Sen, dan Ilyan Hussein.
Ia bahkan sempat merasa asing dengan nama aslinya ketika kedoknya diketahui Achmad Soebardjo pada 1942 di Sumatera Timur. Bagaimana tidak, lebih dari dua puluh tahun ia telah hidup dalam penyamaran.
Artikel terkait: 22 Kata Mutiara Peristiwa G30SPKI untuk Mengenang Pahlawan Revolusi
6. Karya-karya Tan Malaka
Tan Malaka adalah sosok pejuang sekaligus pemikir. Buah pikirannya ini lantas ia tuangkan dalam berbagai tulisan berupa buku maupun roman picisan. Tak heran jika kemudian ia menjadi inspirasi bagi banyak orang, termasuk tokoh sekaliber Bung Karno.
Madilog atau Materialisme, Dialektika, Logika boleh dibilang merupakan mahakaryanya. Buku ini ia tulis selama dirinya bersembunyi dari kejaran tentara Jepang. Madilog berisi cara berpikir yang menurutnya harus dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Karya monumental Tan selanjutnya adalah buku Gerpolek atau Gerakan Politik Ekonomi. Dalam buku ini, ia mengkritisi sikap bangsa Indonesia yang seolah tunduk pada kolonialisme dan kapitalisme. Padahal, menurutnya, Indonesia harus merdeka secara politik dan ekonomi tanpa ada campur tangan dari bangsa lain.
Tak cuma menulis buku, ia juga menulis roman picisan. Roman-roman tersebut mengisahkan petualangan Patjar Merah, seorang aktivis politik yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari para penjajah.
7. Wafat di Tangan Pasukan Militer Indonesia
Tokoh gerakan komunis di Indonesia ini akhirnya terbunuh sekitar Februari 1949. Ia wafat dalam usia 51 tahun setelah ditembak oleh pasukan militer Indonesia tanpa pengadilan di Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.
Tan dibunuh karena perlawanannya yang konsisten terhadap pemerintah kala itu yang ia anggap terlalu banyak kompromi dengan Belanda. Perintah pembunuhan itu datang dari Letda Soekotjo.
Belakangan, Presiden Soekarno menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No.53 yang ditandatangani pada 28 Maret 1963.
****
Parents, demikianlah sederet fakta Tan Malaka. Semoga informasi ini bermanfaat, ya.
Baca juga:
15 Inspirasi nama bayi perempuan dari nama pahlawan, cek di sini!
Kisah Perjuangan Anak 6 Tahun yang Tercatat sebagai Pahlawan Anti-Nazi, Hebat!
15 Artis Ini Keturunan Pahlawan Nasional Indonesia, Bikin Bangga!