Kenali Berbagai Macam Susu untuk Balita, Mana yang Terbaik untuk si Kecil?

Simak tips memilih jenis susu yang tepat untuk si Kecil!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Susu untuk balita dapat mendukung tumbuh kembang si kecil. Sebagai sumber zat gizi tambahan, susu menyediakan protein, lemak, kalsium, serta berbagai vitamin dan mineral lainnya. Namun agar bisa mendapatkan segala manfaat baiknya, tentu saja aturan konsumsi susu harus Parents perhatikan.

Selain itu, juga tak kalah penting untuk memilih jenis susu balita yang tepat. Nah, biar enggak bingung menentukan pilihan, yuk, simak panduan lengkap memilih susu untuk balita yang terbaik bagi si kecil.

Kapan Waktu Terbaik Memberikan Susu untuk Balita?

Susu sebagai sumber zat gizi tambahan dapat mulai dikenalkan saat si kecil berusia 1 tahun. Pemberian susu sapi sebelum usia 12 bulan sebaiknya dihindari, karena dapat membuat bayi berisiko mengalami masalah pencernaan. Selain itu, susu memiliki protein dan mineral yang mungkin terlalu banyak sehingga akan memberatkan kerja ginjal bayi.

Adapun untuk bayi berusia 6 bulan ke bawah, ASI adalah satu-satunya makanan yang harus diberikan. Ketika bayi mulai makan lebih banyak makanan padat di usia 6 bulan, jumlah ASI yang mereka inginkan otomatis akan berkurang.

Artikel terkait: Jangan Bingung Lagi, Ini 6 Susu Soya Terbaik untuk Buah Hati Kesayangan Anda

5 Jenis Susu untuk Balita

1. Susu Sapi

Ini merupakan sumber kalsium, protein, dan banyak nutrisi penting lainnya yang sangat baik. Susu sapi utuh yang dipasteurisasi (mengandung 3,25% lemak susu) dapat diperkenalkan saat bayi berusia 12 bulan. Pemberian susu harus dibarengi dengan konsumsi berbagai makanan yang bergizi seimbang.

Hingga usia 2 tahun, balita mengalami fase pertumbuhan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kebutuhan kalori dan protein si kecil harus dicukupi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Parents dapat memberi balita susu sapi yang sudah dipasteurisasi hingga usianya dua tahun. Selanjutnya, si kecil dapat beralih ke susu rendah lemak (mengandung 2% atau kurang lemak susu) setelah usia dua tahun.

2. Susu Kambing

Jenis susu yang satu ini mengandung jumlah protein, kalsium, dan vitamin A yang setara dibandingkan dengan susu sapi. Namun, susu kambing memiliki jumlah laktosa yang sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan susu sapi.

Selain itu, struktur molekul protein susu kambing berbeda dengan susu sapi. Hal inilah yang kemungkinan jadi alasan mengapa anak yang intoleran terhadap susu sapi masih toleran terhadap susu kambing.

Susu kambing yang dipasteurisasi serta diperkaya dengan vitamin D dan asam folat dapat digunakan sebagai alternatif susu sapi untuk anak-anak di bawah usia dua tahun.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Susu Kedelai

Jika si kecil mengalami intoleransi laktosa atau alergi terhadap protein susu sapi, maka susu soya atau susu kedelai dapat diberikan kepada anak di atas 1 tahun. Susu jenis ini biasanya diperkaya dengan berbagai zat gizi yang akan mendukung tumbuh kembang balita, antara lain asam lemak omega-3, asam lemak omega-6, vitamin, serat, dan mineral.

4. Susu Bebas Laktosa

Nah, bagi anak yang mengalami intoleransi laktosa atau mereka yang tidak mampu mencerna laktosa, susu bebas laktosa bisa jadi alternatif lain. Susu jenis ini tidak mengandung laktosa, yaitu salah satu karbohidrat yang terdapat dalam produk susu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

5. Susu A2

Susu A2 merupakan susu sapi yang mengandung protein beta-casein A2. Beberapa penelitian menunjukkan, ternyata jenis susu yang satu ini lebih aman untuk pencernaan si kecil. Pasalnya, protein dalam susu A2 lebih mudah diserap sehingga membantu mengurangi gangguan pencernaan ringan pada anak. Susu jenis ini dapat Parents temukan di pasaran, baik dalam bentuk UHT maupun susu bubuk.

Artikel terkait: Perbedaan nutrisi susu kedelai vs susu sapi, mana yang terbaik untuk anak?

Susu yang Tidak Direkomendasikan untuk Balita di Bawah 2 Tahun

Ada kemungkinan susu nabati yang secara umum rendah protein dapat berdampak pada pertumbuhan anak. Sehingga, dokter biasanya tidak menganjurkan balita di bawah 2 tahun diberi susu nabati seperti almond milk, apalagi susu almond homemade yang tidak difortifikasi, oat milk, dan juga coconut milk yang kandungan proteinnya rendah.

Sebuah penelitian mendapati temuan menarik. Ternyata, anak yang minum susu nabati mungkin memiliki tubuh lebih pendek jika dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi susu sapi.

Penelitian yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition mengumpulkan data dari lebih dari 5.000 anak Kanada yang sehat dari usia 2 hingga 6 tahun. Para peneliti menyatakan bahwa setiap cangkir susu nabati yang diminum seorang anak setiap hari dikaitkan dengan penurunan rata-rata tinggi 0,4 sentimeter.  Diduga kuat, hal tersebut terjadi karena susu nabati umumnya tidak mengandung cukup protein dan lemak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Memang, masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi hubungan konsumsi susu nabati dengan pertumbuhan anak. Namun, hasil studi di atas membantu meningkatkan kesadaran orang tua akan perbedaan nutrisi susu hewani dan nabati susu.

Pemberian Susu Sesuai Usia Balita

Untuk balita usia 1 hingga 2 tahun, American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar si kecil mengonsumsi dua porsi susu per hari. Kandungan lemak dan protein dalam susu sapi dapat mendukung tumbuh kembang mereka agar optimal.

Akan tetapi, dalam beberapa kasus, beberapa anak direkomendasikan mulai mengonsumsi susu rendah lemak antara usia 12 bulan dan 2 tahun. Anjuran ini berlaku bagi mereka yang berisiko kelebihan berat badan, atau yang keluarganya memiliki riwayat obesitas, penyakit jantung, atau kolesterol tinggi.

Adapun dari usia 2 hingga 3 tahun, anak direkomendasikan minum sekitar 2,5 porsi susu setiap hari. Di usia ini, anak dapat beralih ke susu rendah lemak atau tanpa lemak.

Sebagian anak mungkin tidak perlu diberi susu, terutama jika mereka memperoleh kalsium dan vitamin D yang baik dari sumber lain, termasuk keju dan yoghurt. Faktanya, terlalu banyak konsumsi susu juga bisa menyebabkan kekurangan zat besi (kalsium menghambat penyerapan zat besi) hingga tooth decay.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Bunda, Ini 7 Referensi Susu Formula untuk Bayi yang Punya Alergi

Rekomendasi Susu Nabati atau Plant Based untuk Balita

Susu menyediakan sumber protein penting bagi balita. Namun jika Parents memilih susu berbasis nabati, sebaiknya pilih yang mengandung protein dan kandungan kalorinya paling mirip dengan susu sapi.

Susu almond, coconut milk, dan rice milk mengandung sedikit protein, sedangkan oat milk mengandung sedikit lebih banyak protein dibanding susu nabati lainnya. Jika memang tetap ingin memberikan si kecil susu nabati, pilihlah yang sudah difortifikasi.

Kini, di pasaran juga telah tersedia susu protein berbasis kacang polong. Susu jenis ini diklaim mengandung kalori dan protein yang hampir sebanding dengan susu sapi.

Jangan Cuma Diberi Susu, Penuhi Kebutuhan Balita dengan Makanan Bergizi

Susu sapi maupun susu nabati yang difortifikasi memang dapat menjadi bagian dari pola makan seimbang, tetapi tentu bukan satu-satunya sumber zat gizi bagi anak. Hindari memberi si kecil terlalu banyak susu, karena akan membuatnya enggan mengonsumsi makanan lain yang mengandung zat gizi penting. Beberapa ahli bahkan mengatakan bahwa terlalu banyak mengonsumsi susu sapi dapat mempersulit tubuh anak menyerap zat besi yang ia butuhkan dari makanan.

Parents, itu dia penjelasan lengkap seputar susu untuk balita. Apapun susu atau alternatif susu yang Anda berikan, penting untuk berdiskusi dengan dokter anak dan ahli gizi untuk memastikan bahwa si kecil tidak kekurangan protein maupun vitamin dan mineral.

Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi

Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.

Baca juga:

id.theasianparent.com/susu-uht-untuk-anak-1-tahun

id.theasianparent.com/merk-susu-organik

id.theasianparent.com/perbedaan-susu-hamil-dan-susu-sapi

Penulis

Titin Hatma