Zaman sekarang sepertinya sudah tidak aneh lagi sunat pada bayi laki-laki dilakukan beberapa hari setelah hari kelahirannya. Sunat atau khitan memang umum dilakukan untuk anak laki-laki, apalagi dalam agama tertentu, sunat menjadi hal yang sangat dianjurkan.
Selain karena anjuran agama, dalam dunia medis sunat pun memberikan manfaat yang luar biasa. American Academy of Pediatrics menyimpulkan jika sunat lebih besar memberikan manfaat untuk kesehatan, daripada risiko yang akan terjadi.
Contohnya, anak yang disunat kemungkinannya lebih kecil terkena Infeksi Saluran Kemih (ISK). Walaupun, kondisi ISK memang tidak terjadi pada semua anak laki-laki, tapi setidaknya sunat bisa menjadi sebuah tindakan pencegahan.
Tak hanya itu, beberapa penelitian mengungkapkan jika sunat mampu mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit menular seksual dan infeksi HIV pada laki-laki. Serta, mencegah risiko kanker serviks untuk pasangan perempuan dari laki-laki yang telah disunat.
Terkait dengan sunat, mayoritas orangtua mulai menyunat anaknya yaitu ketika duduk di bangku Sekolah Dasar. Seiring berjalannya waktu, kini banyak juga ditemui orangtua yang memutuskan untuk menyunat anak-anak lebih cepat, yaitu ketika masih bayi.
Apakah Parents juga melakukan hal yang sama pada buah hati di rumah? Nah Parents, sebenarnya sunat pada bayi laki-laki, khususnya yang baru berusia beberapa hari, apakah aman atau tidak ya?
Bahayakah sunat pada bayi laki-laki yang baru saja dilahirkan?
Sunat merupakan sebuah pilihan bedah untuk menghilangkan lapisan kulit, yang disebut kulup, yang menutupi kepala penis. Saat ini, banyak orangtua yang memutuskan untuk menyunat bayi mereka di hari-hari pertama setelah kelahiran.
Terkait dengan itu, The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyebutkan sunat pada bayi laki-laki dapat dilakukan ketika bayi lahir dalam keadaan stabil dan sehat. Selain itu, pihaknya menyebutkan jika ada beberapa kondisi tertentu yang disarankan untuk menunda menyunat bayi baru lahir.
Seperti ketika bayi lahir prematur, bayi dengan kelainan bawaan tertentu, dan mengalami masalah dengan darah atau memiliki riwayat gangguan pendarahan. Sebab, bayi dengan kondisi seperti itu, jika dipaksa disunat, khawatir menimbulkan risiko yang tak diinginkan.
Sementara itu, Canadian Pediatric Society justru tidak menyarankan orangtua untuk melakukan sunat pada bayi laki-laki yang baru lahir. Jika Parents tetap ingin melakukannya, disarankan untuk konsultasi dengan dokter, agar mengetahui apakah kondisi bayi Anda boleh disunat atau belum.
Apa risiko sunat pada bayi laki-laki?
Menurut Craig Peters, M.D, kepala Pediatric Urology, ada dua risiko paling umum yang akan terjadi jika bayi baru lahir disunat. Yaitu perdarahan dan infeksi. Meskipun, risiko tersebut memang rendah.
“Kami akan bertanya kepada orangtua apakah ada riwayat keluarga dengan gangguan perdarahan seperti hemofilia, sebelum kami melakukan sunat. Setelah prosedur, beberapa bayi mungkin mengalami infeksi pada sayatan, meskipun ini jarang terjadi,” jelasnya seperti dikutip dari situs UT Southwestern Medical Center.
“Infeksi serius juga jarang terjadi, tetapi dapat mencakup perdarahan berlebihan atau infeksi kulit yang memasuki aliran darah. Sangat jarang kesalahan bedah dapat terjadi saat ujung penis dilepas, ini hampir selalu dapat diperbaiki,” lanjutnya menjelaskan.
Dari informasi yang telah dijelaskan, sebenarnya memang tak ada salahnya sunat pada bayi laki-laki, tapi dengan catatan jika bayi berada dalam kondisi yang sehat. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk melakukannya.
Referensi : ACOG, UT Southwestern Medical Center, healthychildren.org, dan WebMD
Baca juga :
Sunat pada Bayi, Apakah Si Kecil Merasakan Sakit saat Menjalaninya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.