Sunat atau khitan, yang dalam bahasa medis disebut sirkumsisi (circumcision), adalah prosedur pengangkatan tudung kulit (kulup) yang menutupi kepala penis. Dahulu, sunat sangat erat kaitannya dengan kepercayaan budaya atau agama. Namun, belakangan ini sunat bayi bahkan semakin marak dilakukan karena alasan kesehatan.
Parents mungkin saat ini juga sedang galau untuk menyunat si kecil atau menundanya dulu. Nah, sebagai bahan pertimbangan, baca ulasan terkait manfaat sunat bayi, risiko, hingga cara perawatannya berikut ini!
Daftar isi
Manfaat Sunat Bayi
Sunat sebenarnya adalah prosedur yang relatif sederhana. Kulup penis diangkat dengan menggunakan pisau bedah atau gunting bedah. Prosedur tersebut dapat mengurangi bakteri yang dapat hidup di bawah kulup. Itu artinya, sunat bayi dapat memberikan sejumlah manfaat, seperti:
- Mencegah risiko iritasi, peradangan, atau infeksi pada penis, karena ini lebih mudah menjaga kebersihan penis yang disunat.
- Mengurangi risiko infeksi saluran kemih (ISK), pada bayi yang tidak disunat kondisi ini cukup sering terjadi di tahun pertama kehidupannya.
- Fimosis, yaitu kondisi kulit kulup melekat pada kepala penis sehingga tidak dapat ditarik ke belakang.
- Mengurangi risiko infeksi menular seksual (IMS) setelah mereka dewasa nanti.
- Beberapa penelitian menunjukkan jika sunat juga menurunkan risiko laki-laki tertular HIV dari pasangan yang terinfeksi. Penelitian lebih lanjut terkait hal ini masih diperlukan.
American Academy of Pediatrics (AAP) sendiri menemukan bahwa manfaat kesehatan sunat pada bayi laki-laki yang baru lahir lebih besar dibanding risiko prosedurnya. Hanya saja, tidak semua bayi laki-laki yang baru lahir direkomendasikan untuk segera disunat.
Sunat hanya boleh dilakukan ketika kondisi bayi baru lahir stabil dan sehat. Sehingga, sunat harus ditunda jika bayi lahir prematur, memiliki masalah tertentu dengan darahnya atau ada riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga, atau bayi memiliki kelainan bawaan tertentu.
Risiko Sunat Bayi
Semua prosedur bedah membawa beberapa risiko, termasuk sunat. Meskipun jarang, berikut ini beberapa risiko yang mungkin terjadi:
- Perdarahan, pastikan untuk memberi tahu dokter tentang gangguan perdarahan dalam keluarga, karena ini dapat menyebabkan perdarahan yang lebih signifikan setelah bayi disunat.
- Infeksi, biasanya tergolong ringan dan mudah diobati.
- Lebih banyak atau lebih sedikit kulit yang dihilangkan dari yang seharusnya.
- Pembentukan jaringan parut.
Beberapa orang tua mungkin khawatir jika sunat dapat mengurangi sensitivitas ujung penis, sehingga akan memengaruhi kenikmatan seksual di kemudian hari. Namun, hingga saat ini, tidak ada penelitian yang membuktikan anggapan tersebut.
Adapun terkait klaim peneliti asal Inggris Dr Eran Elhaik dari University od Sheffield yang menyatakan khitan dini dapat memicu sindrom kematian mendadak pada bayi (sudden infant death syndrome/SIDS), dr. Mahdian pun memberikan pendapatnya.
“Meskipun banyak yang mengatakan bahwa sunat bayi dapat meningkatkan risiko SIDS, tapi selama saya praktek, belum pernah ditemukan kasus kematian anak akibat sunat,” ujarnya.
“Mungkin kejadian itu hanya terjadi pada segelintir pasien, dan mungkin juga dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya pasien memang sudah bermasalah dengan penggumpalan darah, bukan semata-mata karena prosedur sunatnya,” tukas dr. Mahdian.
Lalu apakah dokter lebih menyarankan sunat bayi atau sunat pada usia sekolah? Berikut penjelasannya!
Artikel terkait: Risiko bayi disunat terlalu dini, Parents perlu waspada!
Sunat Bayi Atau Sunat pada Usia Sekolah, Mana yang Lebih Baik?
Banyak orang tua yang merasa bimbang untuk menentukan waktu yang tepat untuk anak laki-laki mereka disunat. Sebagian orang tua yakin bahwa waktu terbaik sunat adalah ketika anak mulai masuk sekolah. Namun, ada juga orang tua yang menganggap bahwa sunat bayi sebaiknya dilakukan sejak dini, bahkan ketika bayi baru lahir. Dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, menjelaskan mengenai waktu terbaik untuk anak laki-laki disunat.
“Sunat lazimnya dilakukan sebelum masa pubertas. Hal ini karena pembuluh darah pada anak-anak masih kecil, sehingga perdarahannya akan lebih sedikit dan proses penyembuhan akan lebih mudah.”
“Kalau saya menyarankan, sunat dilakukan saat usia anak di bawah 40 hari,” ungkapnya.
Pada praktiknya, kebanyakan sunat bayi baru lahir memang dilakukan selama 10 hari pertama (seringkali dalam 48 jam pertama) kehidupan bayi. Prosedur ini dilakukan di rumah sakit oleh dokter anak, dokter keluarga, atau dokter kandungan.
Lebih jauh, dr. Mahdian mengungkapkan bahwa, ia sangat menyarankan sunat bayi karena regenerasi sel tubuh terbaik terjadi saat masih bayi, sehingga proses penyembuhan lukanya lebih cepat. Selain itu, dampak trauma psikologis yang dirasakan anak akan sangat minim.
Sementara itu, jika anak disunat saat usia balita, maka akan sangat sulit untuk menjaga kebersihan dan keamanan luka bekas sunatnya.
“Jika sunat dilakukan pada balita, biasanya anak akan sulit menjaga kebersihan dan keamanan luka bekas sunatnya. Misalnya, anak balita cenderung akan sangat penasaran dengan hal-hal yang menempel pada bagian kelamin mereka, sehingga bisa dimainkan atau ditarik, jadi cukup berisiko,” jelas dr. Mahdian.
Artikel terkait : Kapan Sebaiknya Sunat atau Khitan Pada Anak Laki-laki Dilakukan?
Tips Perawatan Setelah Sunat
Berbeda dengan orang dewasa atau anak yang lebih besar, tentunya bayi tidak bisa mengatakan ketidaknyamanan yang mereka rasakan setelah sunat. Si kecil juga tidak bisa menjaga kebersihan area genitalnya sendiri. Oleh karena itu, Parents perlu menerapkan beberapa tips perawatan setelah sunat berikut ini untuk membantu si kecil tetap nyaman dan proses pemulihan lebih cepat.
1. Bersihkan Penis dengan Air Hangat
Setelah prosedur sunat, penting untuk menjaga area penis sebersih mungkin. Bersihkan perlahan dengan air hangat, jangan gunakan tisu basah. Air sabun dapat digunakan jika memang diperlukan.
2. Oleskan Salep Sesuai Petunjuk Dokter
Penis akan sakit dan meradang selama beberapa hari setelah operasi. Salep dapat diresepkan untuk digunakan selama beberapa hari untuk membantu menyembuhkan daerah tersebut.
3. Gunakan Pakaian Longgar
Pakaikan bayi baju atau celana yang lebih longgar untuk mengurangi gesekan, terutama sebelum luka sunat mengering. Jika si kecil masih menggunakan popok, pilihkan ukuran yang lebih besar dari biasanya.
4. Oleskan Petroleum Jelly
Setelah sunat, penis bayi mungkin dibalut dengan perban. Biasanya dokter menyarankan untuk mengoles ujung penis bayi dengan petroleum jelly sebelum penggunaan perban, atau setiap kali si kecil mengganti popok. Ini dapat membantu menghindari ketidaknyamanan dari penis yang bergesekan atau menempel pada popok.
5. Berikan Obat Pereda Nyeri Jika Diperlukan
Jika bayi tampak rewel setelah prosedur bedah, Parents dapat memberikan obat pereda nyeri berupa asetaminofen agar si kecil merasa nyaman. Diskusikan lebih jauh dengan dokter terkait dosis dan petunjuk penggunaanya.
Biasanya dibutuhkan waktu antara 7 sampai 10 hari untuk menyembuhkan penis setelah disunat. Awalnya, ujung penis mungkin tampak sedikit bengkak dan merah, Parents mungkin melihat sedikit darah pada popok dan sedikit cairan kuning atau kerak setelah beberapa hari. Jangan khawatir, karena ini adalah bagian dari proses penyembuhan normal.
Perkembangan Kulup Penis Anak
Perlu diketahui, selama beberapa tahun pertama kehidupannya, normal jika kulup bayi laki-laki tidak tertarik ke belakang. Sekitar usia 3 tahun atau lebih, kulup mulai terpisah secara alami dari kepala penis. Pemisahan penuh biasanya terjadi pada usia 5 tahun.
Pada beberapa anak laki-laki, pemisahan kulup dari kepala penis dapat memakan waktu lebih lama. Namun, ini tidak berarti ada masalah, karena biasanya kulup akan terlepas sendiri nantinya. Jangan pernah memaksakan menarik kulup anak ke belakang, karena bisa menyakitkan dan merusak kulup.
Saat kulup mulai terpisah dari kepala penis, Parents mungkin melihat kulup tampak menggembung saat anak buang air kecil. Terkadang, ini dapat menyebabkan infeksi (balanitis), pembengkakan biasanya mereda seiring waktu.
Artikel terkait: Kapan Sebaiknya Sunat atau Khitan Pada Anak Laki-laki Dilakukan?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, banyak orang tua yang merasa bimbang untuk menentukan waktu yang tepat untuk anak laki-laki mereka disunat. Sebagian orang tua yakin bahwa waktu terbaik sunat adalah ketika anak mulai masuk sekolah. Namun, ada juga orang tua yang menganggap bahwa sunat bayi sebaiknya dilakukan sejak dini, bahkan ketika buah hati baru berusia beberapa hari.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera hubungi dokter jika Parents melihat salah satu dari tanda ini:
- Perdarahan yang berlangsung lama atau tampak banyak darah pada popok (lebih dari seperempat ukuran)
- Si kecil demam
- Tanda lainnya yang menunjukkan adanya infeksi, seperti pembengkakan atau keluarnya cairan/nanah
- Bayi tidak buang air kecil secara normal dalam waktu 8 jam setelah sunat
Lalu, Apakah Bayi Perempuan Perlu Disunat?
Di tengah masyarakat dan menurut beberapa kebudayaan kita, sunat perempuan masih dilakukan. Meski begitu, perlu diketahui bahwa sunat perempuan hingga saat ini tidak berdasarkan indikasi medis dan manfaatnya tidak terbukti secara medis bagi kesehatan dibandingkan dengan sunat laki-laki.
Pada perempuan sendiri, sebenarnya tedapat kulup yang menutupi klitoris, sehingga bisa dilakukan sunat untuk membuang kulup tersebut. Namun, tidak semua perempuan mengalami hal ini serta prosedur ini sebenarnya tidak memberikan manfaat yang signifikan seperti sunat laki-laki.
Nah, setelah mengetahui manfaat dan risikonya, Parents tidak perlu ragu lagi jika ingin melakukan sunat pada bayi laki-laki, asalkan prosedur bedah dilakukan oleh tenaga medis profesional.
Artikel diupdate oleh: Titin Hatma
Circumcision
kidshealth.org/en/parents/circumcision.html
Newborn Male Circumcision
www.acog.org/womens-health/faqs/newborn-male-circumcision
Circumcision in Boys
Baca juga:
Prosedur Sunat Dewasa dan Manfaatnya bagi Kenikmatan Seks Pria
Sunat pada Bayi, Apakah Si Kecil Merasakan Sakit saat Menjalaninya?