Stroke pada anak bisa terjadi dengan gejala yang berbeda dengan orang dewasa. Stroke pada anak terjadi karena kelainan bawaan dari pembuluh darah dan komponen darah sendiri. Sedangkan pada orang dewasa, penyebab stroke yang paling sering terjadi adalah hipertensi dan penyakit metabolic yang tidak terkontrol dengan baik.
Seorang anak bernama Joseph Long (14) yang bertempat tinggal di Phoenix, Arizona harus merasakan stroke di usianya yang terbilang masih sangat muda. Hingga kini, serangan stroke ini mengakibatkan kelumpuhan, Joseph tidak bisa berjalan, berbicara, dan makan.
Gejala awal yang dirasakan bermula dari Joseph merasa dirinya tidak enak badan, kemudian jatuh pingsan. Ia pun segera dilarikan ke rumah sakit. Para dokter terkejut karena Joseph terkena stroke yang dipicu oleh aneurisma otak (pembesaran pembuluh darah di otak).
Dokter mengatakan bahwa Joseph mengalami perdarahan di otak bagian inter-kanal dan inter-ventrikel yang cukup besar. Perdarahan itu yang menyebabkan otaknya membengkak dan memberi tekanan yang luar biasa pada sumsum tulang belakangnya.
Joseph pun harus menjalani operasi selama enam jam. Namun, karena kerusakannya yang cukup parah, dokter menyebutkan bahwa Joseph akan mengalami cacat seumur hidup.
“Itu adalah enam jam terpanjang dalam hidupku,” kata ibu Joseph, Kc Nicole Long (35), seperti dikutip dari Daily Mail. “Aku benar-benar lega karena putraku selamat dari operasi dan kami fokus pada kelangsungan hidupnya saat di ICU pediatrik,” lanjutnya.
Meskipun dokter memvonisnya mengalami cacat, namun Joseph ternyata memiliki tekad yang cukup besar untuk sembuh. Dalam waktu tidak terlalu lama, Joseph bisa berjalan, berbicara, dan makan sendiri.
“Semua orang kagum dengan kesembuhannya. Kami berencana untuk melakukan perjalanan dan melihat hal-hal yang belum ia lihat dan menjalani hidup sepenuhnya,” tutup Nicole.
Di Jerman 300 anak menderita stroke setiap tahun
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak.
“Efek dari stroke pada anak tergantung, pada apakah itu terjadi sebelum atau saat kelahiran atau selama masa kanak-kanak,” ucap dr Ronald Straeter dari Rumah Sakit Universitas Munster, Jerman.
Di Jerman, terdapat sekitar 300 anak yang menderita stroke setiap tahunnya. “Anak-anak dengan cacat jantung memiliki peningkatan risiko,” kata Straeter. Tingginya tingkat kecenderungan pembekuan aliran darah antara ibu dan bayi dapat juga berperan dalam hal ini. “Yang menjadi dilema adalah bahwa kita tidak melihat stroke pada anak-anak setelah mereka lahir, karena mereka biasanya hanya menampilkan gejala non-spesifik seperti agak tidak aktif, minum dengan lemah atau menjadi loyo,“ papar Straeter.
Kurangi garam
Terlalu banyak garam dapat membuat tekanan darah melambung dan meningkatkan risiko pecahnya pembuluh darah otak. Jumlah maksimum yang aman yang dianjurkan 6 gram per hari untuk orang dewasa. Sebuah petunjuk yang mungkin dapat terlihat dalam beberapa bulan pertama kehidupan anak mereka adalah bahwa sang anak mereka lebih mampu bergerak pada satu sisi ketimbang sisi lainnya.
Pentingnya pemeriksaan neurologis
Salah satu kesulitannya adalah bahwa stroke pada anak menyerang mampu mengekspresikan apa yang telah terjadi. Oleh karena itu jika ada sedikit kecurigaan, maka pemeriksaan neurologis secara rinci harus dilakukan.
Setelah stroke terjadi, anak-anak tak harus mengambil pengencer darah untuk mencegah serangan lebih lanjut. Fisioterapi dapat membantu untuk mengurangi dampak dari stroke.
Dalam beberapa kasus. “Otak anak memiliki plastisitas tinggi. Daerah yang utuh di otak bisa sampai batas tertentu mengambil alih fungsi daerah otak yang rusak,” kata Straeter.
Sumber : Detik
Baca juga :
Tangisan dan Amukan Anak Ternyata Salah Satu Penyebab Stroke
Bayi baru lahir juga bisa terserang stroke! Bisakah dihindari?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.