TAP top app download banner
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan Produk
Keranjang
Masuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Perkembangan Otak
  • Cari nama bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Parenting
    • Keluarga
    • Doa Islami
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Event

Catat! Begini 3 cara mengajarkan anak menjadi netizen yang baik

Bacaan 3 menit
Catat! Begini 3 cara mengajarkan anak menjadi netizen yang baik

Jangan sampai anak mudah menghakimi dan menyebarkan kebencian di dunia maya.

Beberapa tahun ke belakang saya sering merasa ngeri saat membaca komentar atau postingan di sosial media yang sering kali bernada menghujat. Hingga timbul pertanyaan, di mana sikap empati mereka? Apakah memang sudah hilang?

Bahkan, di penghujung tahun 2018 kemarin, saat ada pemberitaan yang terkait dengan korban meninggalnya Tsunami di Banten, masih saja ada komentar bernada negatif yang dilayangkan untuk korban. Belum lagi dengan body shaming yang kerap dituliskan di kolom komentar akun sosial media.

Kenapa dewasa ini jari-jari mudah untuk menuliskan hujatan? Bukankah apa yang ditulis bisa menggambarkan isi kepala? Kondisi ini seakan memperlihatkan hilangnya sikap empati.

Sebagai orangtua, kondisi seperti ini membuat saya khawatir. Takut, jika anak saya tumbuh tanpa sikap empati. Takut, jika ke depannya anak saya memiliki perilaku yang serupa. Mudah melayangkan hujatan, meskipun hanya lewat sosial media. Apalagi jika mengingat anak-anak tumbuh di era digital.

Beberapa waktu lalu, saya membaca penjelasan Devi Sani, M.Psi, seorang psikolog anak yang mendirikan Rainbowcastle terkait dengan hal ini.

Sebagai psikolog anak sekaligus orangtua, ia merasa ikut bertanggung jawab mencari cara mencegah anak-anak tumbuh jadi netizen yang mudah memuliskan kalimat negatif. Dengan demikian anak bisa tumbuh dengan sikap empati yang baik.

Seperti yang Devi katakan bahwa orangtua memiliki peran besar agar anak bisa tumbuh menjadi netizen yang baik dan sopan. Dengan sikap empati yang dimiliki, anak bisa memposisikan dirinya lebih dulu menjadi orang lain sehingga bisa berpikir ulang atas apa yang ingin ia sampaikan.

Berikut 3 cara yang bisa dilakukan untuk mencegah anak menjadi netizen yang kerap menghujat seperti yang saya kutip dari akun sosial media

Melatih anak memiliki sikap empati #1: Menjadi role model

Catat! Begini 3 cara mengajarkan anak menjadi netizen yang baik

Berikan anak role model terbaik dalam berinteraksi di dunia nyata. Terdengar umum, tapi tanggung jawab orangtua-lah untuk memilih lingkungan terbaik untuk anaknya.

Melatih anak memiliki sikap empati #2: Membuat anak merasa aman

Kedua dan yang paling akar dan bisa dilakukan sejak calon netizen masih bayi adalah memupuk kelekatan yang aman.

Pastikan di dua tahun pertama, bayi merasa bahwa ia hidup di dunia yang peduli akan kebutuhannya dan “meladeni” tangisannya dengan memberi ketenangan. Bukan dunia yang “cuek” pada tangisannya. Ini adalah langkah awal membangun attachment yang aman dengan bayi.

Melatih anak memiliki sikap empati #3: Menempatkan diri pada posisi orang lain

Catat! Begini 3 cara mengajarkan anak menjadi netizen yang baik

Penutup, sesungguhnya kami merasa kasihan pada para netizen penghujat ini. Ada beberapa kemungkinan alasan mengapa mereka begitu.

Pertama yang mereka lakukan sebenarnya “a cry for help”. “Lihat aku nih, aku nyinyirin dia”. Mereka jadi senang jika ada yang memerhatikan meskipun perhatiannya dalam hal negatif.

Kedua, komen negatif ini bisa jadi kompensasi. Karena di dunia nyata mereka tidak pernah punya kesempatan mengutarakan amarah mereka, atau tidak ada yang peduli dengan perasaan marah mereka, jadinya mereka melampiaskan amarah mereka di dunia maya dengan cara yang negatif.

Ketiga, mereka bisa jadi memiliki masa kecil yang menyakitkan. Meskipun semua kita sebenarnya punya luka masa kecil tapi perlahan akan “sembuh” jika ada empati yang diberikan orang lain pada kita.

Empati adalah menempatkan diri pada posisi orang lain tanpa ikut terlalu “drama”. Disitulah awal kita akan merasa berhak menyakiti orang lain dan berhak TIDAK berempati dengan orang lain karena berpikir “Toh tidak ada yang berempati padaku, ngapain aku harus berempati pada orang lain?”.

Dengan 3 langkah yang telah dipaparkan psikolog Devi Sani, semoga kita semua bisa sama-sama belajar menumbuhkan sikap empati agar anak bisa menjadi netizen yang baik.

 

Cerita mitra kami
Memberikan Sogokan untuk Anak, Boleh atau Tidak, Ya?
Memberikan Sogokan untuk Anak, Boleh atau Tidak, Ya?
Serunya theAsianparent on the Go 2025 di Bekasi, Banyak Talk Show Bermanfaat!
Serunya theAsianparent on the Go 2025 di Bekasi, Banyak Talk Show Bermanfaat!
MY BABY dan theAsianparent Indonesia Meriahkan Hari Ibu Lewat Acara Spesial 'Mari Rayakan Ibu'
MY BABY dan theAsianparent Indonesia Meriahkan Hari Ibu Lewat Acara Spesial 'Mari Rayakan Ibu'
Bangga jadi Bunda, Apresiasi Peran Penting untuk Keluarga
Bangga jadi Bunda, Apresiasi Peran Penting untuk Keluarga

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Adisty Titania

  • Halaman Depan
  • /
  • Keluarga
  • /
  • Catat! Begini 3 cara mengajarkan anak menjadi netizen yang baik
Bagikan:
  • Niat Puasa Ganti Ramadan dan Tata Cara Lengkapnya

    Niat Puasa Ganti Ramadan dan Tata Cara Lengkapnya

  • 100 Ucapan Doa Bayi Baru Lahir dalam Islam yang Penuh Berkah

    100 Ucapan Doa Bayi Baru Lahir dalam Islam yang Penuh Berkah

  • Bacaan Allahummaghfirlahu untuk Orang Meninggal dan Artinya

    Bacaan Allahummaghfirlahu untuk Orang Meninggal dan Artinya

  • Niat Puasa Ganti Ramadan dan Tata Cara Lengkapnya

    Niat Puasa Ganti Ramadan dan Tata Cara Lengkapnya

  • 100 Ucapan Doa Bayi Baru Lahir dalam Islam yang Penuh Berkah

    100 Ucapan Doa Bayi Baru Lahir dalam Islam yang Penuh Berkah

  • Bacaan Allahummaghfirlahu untuk Orang Meninggal dan Artinya

    Bacaan Allahummaghfirlahu untuk Orang Meninggal dan Artinya

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Gaya Hidup
  • Home
  • TAP Komuniti
  • Beriklan Dengan Kami
  • Hubungi Kami
  • Jadilah Kontributor Kami
  • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Vietnam flag Vietnam
© Copyright theAsianparent 2025. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti