Sifilis Kongenital: Dampak, Gejala, Penanganan dan Pencegahan

Waspadai berbagai gejala dan dampaknya berikut ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Parents, pernahkah mendengar istilah sifilis kongenital? Serupa dengan penyakit sifilis pada umumnya, hanya saja ini merupakan kondisi yang dialami ibu hamil sehingga bisa membahayakan diri dan janin yang dikandungnya. 

Sifilis kongenital bisa diartikan sebagai suatu infeksi serius yang dapat berdampak kecacatan seumur hidup dan mematikan pada bayi baru lahir. Pada saat ibu hamil yang terinfeksi bakteri treponema pallidum ternyata bisa menularkannya pada janin melalui plasenta.

Itulah sebabnya mengapa penyakit ini tidak bisa disepelekan dan harus ditangani sesegera mungkin. Jika penyakit ini sampai terinfeksi pada janin, maka bisa berakibat janin tidak tumbuh normal karena adanya gangguan pada organ hingga menyebabkan kelahiran mati atau stillbirth.

Badan kesehatan dunia (WHO) juga menyatakan kalau sifilis dalam kehamilan merupakan penyebab kedua terbanyak yang menyebabkan stillbirth, prematuritas, berat lahir rendah kematian neonatal, dan infeksi pada bayi baru lahir.

Artikel Terkait : Waspadai infeksi menular seksual saat hamil bisa membahayakan janin, catat gejalanya!

Bumil Bisa Terinfeksi Sejak Trimester Awal

Dalam  sebuah acara Seminar Media, Dr. dr. Wresti Indriatmi, SpKK(K), M.Epid, Spesialis Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) menegaskan bahwa ibu hamil yang terinfeksi sifilis tentunya bisa menginfeksi janin dalam kandungan. Kondisi ini bahkan sudah bisa terjadi sejak kehamilan minggu ke-12.

Menurutnya, kondisi ini terjadi lantaran pada saat ini organ plasenta sudah terbentuk sehingga bakteri bisa masuk dan menginfeksi janin. Kondisi ini disebut juga dengan infeksi transplasenta. 

Padahal di sejak awal kehamilan, organ-organ janin mulai terbentuk. Jika ibu hamil mengalami infeksi ini dan menularkan pada janin tentu saja akan memengaruhi tumbuh kembangnya.

Dampak Sifilis Kongenital

Pada kesempatan yang sama, dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia mengungkapkan bahwa bayi bisa mengalami berbagai masalah jika terpapar dengan penyakit ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Biasanya ibu hamil yang terinfeksi sifilis bisa mengalami keguguran, kalaupun berlanjut biasanya bayi akan lahir secara prematur bahkan still birth atau bayi lahir mati. Namun, bila bayinya bisa bertahan ia bisa memiliki masalah kesehatan jangka panjang,” tuturnya.

Dokter Anthony pun menjelaskan ada beberapa organ tubuh janin yang bisa terinfeksi sifilis, antara lain:

  • Plasenta
  • Sistem saraf pusat
  • Paru-paru
  • Hepar
  • Sistem pencernaan
  • Pankreas
  • Ginjal
  • Tulang

Secara spesifik, beberapa gangguan yang umumnya terlihat saat bayi lahir, antara lain :

  • Kelahiran mati
  • Ensefalitis
  • Disfungsi hepar
  • Kegagalan Multiorgan
  • Rhinitis
  • Lesi kulit generalisata

Sedangkan, jika janin selamat, ada beberapa tanda yang bisa dilihat jika bayi mengalami sifilis kongenital. Di antaranya adalah:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Malformasi pada gigi akan nampak pada saat si kecil tumbuh gigi
  • Tuli neurosensorik
  • Gangguan neuropsikologis atau gangguan kejiwaan
  • Osteitis tulang panjang

Artikel Terkait : Setia pada pasangan, efektifkah mencegah penyakit menular seksual?

Gejala Sifilis Kongenital

Sifilis sering kali disebut sebagai silent killer. Alasannya tidak terlepas karena gejala infeksi menular ini kerap tak disadari.

Bahkan menurut dr. Anthony, cukup jarang pasien yang bisa terdeteksi di tahap awal. Oleh karena itu, kita sebaiknya memang tidak abai akan beberapa hal yang dianggap tidak berbahaya, namun ternyata termasuk gejala sifilis.

Beberapa gejala yang dimaksud adalah:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Luka di area kelamin, sekali pun tidak nyeri.
  • Luka lain di area anus baik tunggal maupun banyak.
  • Terdapat ruam merah di kulit maupun selaput lendir.
  • Pembengkakkan kelenjar getah bening.
  • Terdapat lesi di telapak tangan maupun telapak kaki.
  • Terdapat ruam mirip eksim maupun psoriasis.

Pada ibu hamil, ada gejala yang jauh lebih khas, salah satunya adalah terjadinya keguguran. Ketika terinfeksi bakteri, janin memang akan lebih sulit bertahan. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk selalu memeriksakan kondisi kehamilannya secara berkala, khususnya saat mengalami keguguran. Penting untuk mengetahui apa saja penyebab keguguran yang dialami dan seberapa besar peristiwa tersebut akan terulang.

Mengetahui kondisi ini lalu mengobatinya lebih dini tentu bisa mencegah ibu semakin lama terjangkit. Selain itu, kesehatan dan keselamatan janin pun akan lebih terjaga.

Frekuensi Kejadian

Pada tahun 2000, angka kejadian sifilis kongenital di Amerika Serikat berkisar pada 13,4 per 100.000 kelahiran hidup, yang mewakili sekitar 529 kasus. Sejak 2010 terjadi peningkatan kasus lebih dari 500%. Setidaknya 2000 kasus dilaporkan pada tahun 2020, termasuk 149 kelahiran mati.

Banyak Kasus Terdiagnosis Tak Sengaja

Karena memang gejalanya pun mirip penyakit kulit lain seperti eksim dan psoriasis, banyak orang yang akhirnya abai dan tidak terlalu mengkhawatirkannya. Terlebih, menurut dr. Anthony luka yang menjadi pintu masuk awal bakteri pada area genital maupun anus, seringkali tidak terasa sakit.

Lesi yang berkembang dari adanya bakteri pun, umumnya tidak menyebabkan adanya rasa sakit. Pasien pun cenderung mengabaikannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Banyak kasus pasien yang malah terdiagnosis secara tidak sengaja. Ya misalnya saja ketika dia mau donor darah, pemeriksaan kesehatan untuk kerja atau kuliah di luar negeri, atau saat pemeriksaan pra nikah,” tutur dr. Wresti lagi.

Artikel Terkait: Gonore pada Bayi: Penyebab, Proses Penularan, Pencegahan

Faktor Risiko

Sifilis kongenital adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh spirochete treponema pallidum dan ditularkan oleh ibu yang terinfeksi ke janin dalam kandungan. Oleh karena itu, orang tua terutama ibu yang terinfeksi sifilis berpotensi lebih besar menularkannya kepada anak. Pada orang dewasa, sifilis menular melalui kontak seksual. 

Diagnosis Sifilis Kongenital pada Anak

Untuk mencegah anak terpapar sifilis, Anda bisa terlebih dahulu memastikan apakah Anda memiliki penyakit ini. Biasanya, pada kunjungan perawatan prenatal, penyedia layanan kesehatan Anda akan melakukan tes darah untuk memeriksa IMS, termasuk sifilis. 

Jika Anda mengetahui bahwa Anda menderita sifilis, segera berikan informasi tersebut kepada dokter kandungan atau bidan Anda. Selain itu, beri tahu juga mereka tentang perawatan apa pun yang sedang Anda jalani selama kehamilan.

Untuk bayi, dokter dapat melakukan beberapa tes untuk memeriksa apakah ia memiliki sifilis kongenital atau tidak. Cara mendapatkan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan meliputi:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Tes darah
  • Pemeriksaan fisik
  • Pemeriksaan mata untuk memeriksa penglihatan bayi 
  • Sinar-X. Ini adalah tes medis yang menggunakan radiasi untuk membuat gambar tubuh di film.
  • USG. Tes ini menggunakan gelombang suara dan layar komputer untuk menampilkan gambar bayi Anda di dalam rahim.
  • Keran tulang belakang (juga disebut pungsi lumbal). Untuk tes ini, dokter anak Anda akan mendorong jarum kecil ke punggung bawah bayi untuk mengeluarkan sejumlah kecil cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal ditemukan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Cairan tersebut kemudian akan diperiksa lebih lanjut di laboratorium.

Komplikasi yang Bisa Terjadi

Terdapat  beberapa komplikasi bagi bayi akibat terinfeksi sifilis kongenital. Komplikasi tersebut bisa terjadi selama kehamilan atau setelah bayi lahir.

Komplikasi Selama Kehamilan

Sifilis kongenital dapat menyebabkan masalah bagi bayi Anda selama kehamilan, termasuk:

  • Keguguran
  • Lahir prematur, yakni kelahiran sebelum 37 minggu kehamilan.
  • Pembatasan pertumbuhan janin dan berat lahir rendah. Kondisi ini terjadi ketika bayi tidak bertambah berat badannya. Berat badan lahir rendah adalah ketika bayi lahir dengan berat kurang dari 2,5 kg.
  • Masalah dengan plasenta dan tali pusat. Plasenta tumbuh di rahim Anda (rahim) dan memasok bayi Anda dengan makanan dan oksigen melalui tali pusar. Sifilis kongenital dapat menyebabkan plasenta tumbuh besar dan tali pusar membengkak, yang dapat menyebabkan masalah dengan cara kerjanya untuk menopang bayi Anda di dalam rahim.
  • Kelahiran mati, yakni bayi meninggal di dalam rahim setelah 20 minggu kehamilan.

Komplikasi Setelah Bayi Lahir

Bayi Anda mungkin tampak sehat saat lahir, tetapi sifilis dapat menyebabkan komplikasi kesehatan di kemudian hari jika ia tidak segera diobati. Komplikasi tersebut meliputi:

  • Kematian neonatus atau bayi meninggal dalam 28 hari pertama kehidupan.
  • Demam
  • Masalah dengan limpa dan hati, termasuk penyakit kuning dan hepatosplenomegali. Jika bayi Anda menderita sifilis kongenital, hatinya mungkin tidak cukup berkembang untuk mengeluarkan bilirubin dengan sendirinya. 
  • Anemia
  • Ruam di mulut, alat kelamin atau anus, di bagian bawah kakinya, di tangan dan wajahnya.
  • Pilek
  • Meningitis. Ini adalah infeksi yang menyebabkan pembengkakan di otak dan sumsum tulang belakang.

Jika tidak segera diobati, sifilis kongenital dapat menyebabkan masalah bagi bayi Anda di kemudian hari, di antaranya:

  • Masalah dengan tulang dan persendiannya, termasuk rasa sakit, bengkak, dan kondisi seperti tulang kering, hidung pelana, dan gigi Hutchinson. 
  • Masalah penglihatan
  • Masalah pendengaran
  • Masalah dengan sistem saraf, termasuk memiliki lengan atau kaki yang lumpuh dan kejang.
  • Keterlambatan perkembangan

Cara Penanganan Sifilis Kongenital pada Anak

Dokter akan merawat anak Anda dengan memberikan antibiotik yang disebut penisilin. Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk membunuh infeksi tertentu.

Bayi Anda mungkin mendapatkan penisilin sebagai suntikan atau melalui jalur intravena (juga disebut IV). Ini dalah saat bayi mendapatkan obat melalui jarum di pembuluh darahnya di tangan, kaki, lengan, tungkai atau kulit kepalanya. Jumlah perawatan yang diberikan pada bayi tergantung pada infeksi dan kondisinya. 

Untuk beberapa bayi, sifilis kongenital bisa sembuh total. Sedangkan, pada sebagian lainnya mungkin memerlukan perawatan khusus untuk kondisi kesehatan yang disebabkan oleh infeksi. 

Jika bayi Anda menderita sifilis kongenital, penting baginya untuk segera mendapatkan perawatan untuk membantu mencegah komplikasi lebih lanjut. Segera lengkapi semua pemeriksaan medis buah hati Anda untuk memastikan perawatannya berhasil.

Cara Pencegahan Sifilis Kongenital 

Untuk mencegah anak terpapar, salah satunya adalah dengan menjaga diri Anda dari penyakit sifilis. Melakukan hubungan seksual yang aman adalah cara yang paling ampuh untuk mencegah penyebaran penyakit menular ini.

Jika Anda menduga Anda memiliki penyakit menular seksual seperti sifilis, segera dapatkan bantuan medis untuk menghindari komplikasi termasuk menginfeksi bayi selama kehamilan atau kelahiran.

Selama kehamilan, memenuhi janji prenatal juga menjadi hal yang penting. Anda akan disarankan untuk melakukan tes darah rutin untuk membantu mengidentifikasi ibu yang terinfeksi.

Semakin cepat Anda mendapatkan diagnosis penyakit ini, semakin cepat pula penyakit ini dapat diobati untuk mengurangi risiko pada bayi dan diri Anda. Bayi yang lahir dari ibu dengan sifilis yang menerima pengobatan antibiotik tepat selama kehamilan dapat meminimalisir risiko ia terpapar sifilis kongenital.

Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan pada Ibu Hamil

Untuk mencegah sifilis kongenital terjadi, dr. Anthony mengingatkan agar ibu hamil melakukan pemeriksaan yang mendetail, termasuk pemeriksaan untuk mengetahui adanya Infeksi Menular Seksual.

“Saat ini pun sudah ada program untuk skrining HIV, Sifilis, dan Hepatitis untuk ibu hamil, sebaiknya memang diikuti dengan baik,” tuturnya.

Selain itu, setiap pasien, termasuk ibu hamil hendaknya tidak malu untuk memeriksakan kesehatan area genitalnya. Bila mengalami lesi walaupun tak terasa nyeri, sebaiknya tetap melakukan pemeriksaan.

Kondisi ini akan lebih berisiko pada seseorang yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual, melakukan aktivitas seksual yang berisiko, maupun seseorang yang mengalami infeksi menular seksual.

Bila mengalami berbagai gejala di atas jangan ragu untuk memeriksakan kondisinya, ya.

***

Artikel telah diupdate oleh: Anna Nurjanah

 

Baca Juga:

Vaginosis Bakteri: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan

10 Penyakit Menular Seksual Beserta Gejala dan Penyebabnya, Yuk Waspada!

Waspadai infeksi menular seksual saat hamil bisa membahayakan janin, catat gejalanya!

Penulis

nisya