Apakah Parents pernah mendengar gangguan serangan panik sebelumnya? Berbeda dengan panik saat menghadapi masalah tertentu, serangan panik menyebabkan penderitanya merasa takut dan gelisah tanpa alasan secara mendadak! Untuk mengatasinya, penderita serangan panik harus melalui serangkaian terapi agar lebih baik.
Ciri-ciri Serangan Panik
Dilansir dari WebMD, Serangan panik memiliki ciri-ciri khas yakni ketakutan atau merasa dunia benar-benar hancur selama waktu yang sangat singkat yakni sekitar 10 menit.
Selain rasa panik yang tidak memiliki sebab tetap, serangan panik juga diikuti minimal 4 gejala di bawah ini:
- Ketakutan kehilangan kontrol karena rasa panik
- Merasa akan hilang akal
- Keringat berlebihan
- Palpitasi, jantung berdebar kencang, atau detak jantung dipercepat
- Sesak nafas
- Perasaan tercekik
- Gemetar
- Nyeri dada atau tidak nyaman
- Mual atau gangguan perut
- Pusing, goyah, pusing, dan pingsan
- Menggigil atau sensasi panas
- Mati rasa atau kesemutan
- Ketakutan akan mati
- Merasa ‘mengawang’, tidak ‘hadir’ di dunia
Bila seseorang pernah mengalami serangan panik, maka dia akan berusaha menghindari situasi yang menyebabkan serangan panik tersebut.
Artikel Terkait: Simak Cara-Cara Atasi Gangguan Kecemasan pada Pasangan
Penyebab Serangan Panik
Apa yang menyebabkan serangan panik terjadi pada penderitanya?
Rupanya ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan serangan panik, Parents.
Secara biologis atau reaksi tubuh, seseorang bisa saja lebih rentan terhadap rasa takut karena bagian otak tertentu yang lebih aktif.
Bagian otak ini akan teraktivasi sehingga menyebabkan rasa takut yang begitu dahsyat hingga ingin lari dibandingkan orang lainnya!
Ada pula tekanan psikologis atau stres sebelumnya yang menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan dengan ketakutan ini.
Gaya hidup pun juga berpengaruh, lo. Seseorang yang sebelumnya tidak mengalami masalah bisa saja membentuk gejala serangan panik karena konsumsi rokok atau minuman beralkohol.
Selain itu jika seseorang tidak belajar cara menyelesaikan masalah dengan benar, bisa jadi rasa panik ini akan dibawa hingga seterusnya.
Nah, faktor-faktor ini membentuk gejala yang menyebabkan seseorang memiliki reaksi dahsyat terhadap ancaman yang sederhana!
Misalnya saja jika seseorang tengah menghadapi ujian, tubuhnya bisa beraksi seolah menghadapi ancaman nyawa.
Kapankah Penderita Serangan Panik Harus ke Dokter atau Terapi?
Jika Anda mengalami gejala di atas, tentunya akan sangat mengganggu kehidupan sehari-hari Anda!
Tidak ada salahnya memeriksakan kepada dokter atau psikolog agar bisa menentukan diagnosis pada diri Anda.
Anda juga bisa menanyakan beberapa hal, seperti:
- Bagaimana serangan panik ini muncul?
- Apakah serangan panik ini berisiko diteruskan ke anak saya?
- Apakah ada riwayat medis yang mendasari serangan panik?
- Apakah saya harus minum obat?
- Apa efek sampingnya?
- Kapan saya bisa memulai terapi mengatasi serangan panik?
- Apakah gejala panik saya bisa kembali lagi setelah terapi?
- Bagaimana saya bisa mengubah gaya hidup untuk membuat saya lebih baik?
Artikel Terkait: Gangguan Kecemasan Beda dengan Cemas Biasa, Ini Gejala dan Cara Mengatasinya
Jenis-jenis Terapi Untuk Serangan Panik
Serangan panik bukan hanya berkaitan dengan obat-obatan, namun juga diiringi dengan terapi psikologis.
Ahli kesehatan akan membuat evaluasi psikologis dan menentukan terapi apa yang sesuai dengan Anda.
Terapi Pemaparan atau Exposure Therapy
Apa yang disebut terapi pemaparan? Sesuai namanya, terapi ini mengajak Anda untuk menghadapi langsung hal-hal yang memicu serangan panik Anda.
Terkesan menakutkan? Jangan khawatir.
Terapi ini akan didampingi oleh psikolog atau psikiater, kok! Sehingga situasi akan dikendalikan dengan baik.
Selain itu, terapi tidak semerta-merta membuat Anda menghadapi hal tersebut langsung. Namun secara berangsur-angsur.
Selama berproses, Anda akan belajar mengenali reaksi serangan panik pada diri Anda.
Terapi Kognitif Perilaku atau Cognitive Behavior Therapy
Terapi ini menjadi salah satu terapi yang sangat sering dilakukan oleh psikolog kepada para klien yang menghadapi serangan panik.
Pada terapi ini, Anda akan diajak mengenali rasa takut serta belajar cara mengendalikan pola pikir dan perilaku Anda.
Setelah Anda mulai memahami apa yang terjadi, maka perlahan-lahan situasi pemicu akan tampak lebih mudah dihadapi!
Artikel Terkait: 7 Terapi Anak Belum Bisa Jalan, Latihan di Rumah hingga Perawatan Fisioterapi
Terapi Suportif atau Supportive Therapy
Terapi terakhir bukan hanya untuk Anda, namun keluarga dan orang tercinta. Terapi suportif akan mengedukasi orang-orang terdekat Anda terkait apa yang tengah dialami dan memberi dukungan emosional untuk melewatinya.
Dengan demikian, Anda tak perlu takut merasa sendirian, Parents!
***
Baca Juga:
Bocah 5 Tahun Ini Trauma Makan Nasi, Jalani Terapi Khusus Agar Mau Makan Lagi!
Bekerja Sebagai Terapis, Saya Bertemu Para Ibu Istimewa yang Dikaruniai Anak Spesial
Camila Cabello Akui Punya Masalah Kesehatan Mental, Jalani Terapi Kecemasan