Menjelang Idulfitri, suara bedug ikut turut mengiringi kegembiraan bulan ramdhan di tanah air. Alat musik yang satu ini memang selalu menjadi pertanda bahwa waktu Salat akan tiba. Selain itu, bedug juga kerap mengiringi takbiran, bahkan menjadi alat musik dengan nilai seni tinggi. Siapa sangka bahwa alat musik ini sduah dikenal sejak berabad-abad lalu. Sejarah bedug takbiran tak lepas dari negara-negara Asia lainnya.
Beduk sendiri merupakan alat musik tabuh gendang. Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar berbentuk tabung, biasanya terbuat dari kayu pohon enau dengan panjang kira-kira satu meter atau lebih.
Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup oleh kulit binatang sebagai selaput gendang. Kulit binatang tersebut biasanya berasal dari kulit sapi, kerbau, atau banteng.
Tidak hanya memiliki nilai estetika, bedug juga menyimpan sejarah dan asal-usul yang lekat dengan budaya Indonesia. Lantas bagaimana sejarah beduk? Simak bersama, yuk, Parents.
Hadiah dari Laksamana China
Parents, percaya nggak? Bedug sudah ada sejak berabad-abad lalu, lho. Bedug merupakan alat musik yang lekat dengan budaya negara-negara Asia. Alat musik bedug yang kita kenal di Indonesia pada awalnya berasal dari Tiongkok dan India, lho. Sejarah bedug yang begitu akrab dengan masjid-masjid di tanah air tersebut tak lepas dari budaya negara-negara Asia.
Pada abad ke-15, seorang penjelajah dan pelaut dari Cina, Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang. Kedatangan Laksamana Cheng Ho disambut baik oleh Raja Jawa pada masa itu. Ketika Cheng Ho hendak hendak berpamitan untuk pergi, dia memutuskan untuk memberikan hadiah. Raja dari Semarang mengatakan bahwa dirinya hanya ingin mendengarkan suara bedug dari masjid.
Saat itulah bedug digunakan untuk hal-hal religius, misal menandakan waktu azan. Sama seperti di negara Cina, Korea dan Jepang, yang menjadikan bedug di kuil-kuil sebagai alat musik sakral untuk komunikasi ritual keagamaan.
Akhirnya masjid di pesisir utara pulau Jawa menggunakan bedug untuk menjangkau wilayah luas sebagai pemberitahu umat muslim bahwa waktu sholat telah tiba. Lewat asal-usul ini, bedug akhirnya menjadi bagian dari masjid di Indonesia.
Artikel terkait: Festival Dugderan: Asal Muasal dan Makna Tradisinya Jelang Ramadan
Sejarah Bedug Takbiran yang Tak Banyak Orang Tahu
Penjelasan lain dijelaskan oleh arkeolog dari tanah air. Mengutip laman Historia, arkeolog Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono menjelaskan bahwa asal-usul beduk sudah dimulai sejak masa prasejarah, yakni pada zaman logam.
Dia menguatkan pendapatnya dengan mengatakan, manusia saat itu sudah mengenal nekara dan moko yang terbuat dari perunggu. Kedua alat tersebut berbentuk seperti gendang berukuran sedang dan banyak ditemukan di Jawa, Bali, Sumatra, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, dan Kepulauan Kei.
Fungsi alat tersebut digunakan pada acara keagamaan, maskawin, dan upacara minta hujan. Pada masa Hindu, beduk berfungsi sebagai media untuk mengumpulkan penduduk supaya bersiap perang. Namun, jumlah beduk pada masa itu masih terbatas, juga penyebarannya belum merata di pulau Jawa.
Artikel terkait: Pengalamanku Mengajarkan Anak Puasa Penuh Selama Bulan Ramadan
Digunakan oleh Wali Songo
Melanjutkan penjelasannya, Dwi Cahyono mengatakan berdasarkan Kidung Malat, pupuh XLIX, disebutkan bahwa bedug berfungsi sebagai media untuk memanggil dan mengumpulkan penduduk dari berbagai desa dalam rangka persiapan perang. Kitab sastra berbentuk kidung, seperti Kidung Malat, ditulis pada masa pemerintahan Majapahit.
Dari situ bedug terus berkembang dan bercampur dengan unsur budaya lain, mulai dari masa kerajaan Hindu Budha hingga masuknya Islam di Tanah Air.
Diketahui para Wali Songo juga selalu menggunakan bedug di masjid yang mereka bangun. Walaupun ada teknologi pengeras suara, beberapa wilayah di Indonesia masih melestarikan bedug untuk menandakan waktu shalat.
Itulah sejarah bedug yang tak banyak umat muslim ketahui. Semoga saja bedug akan terus dilestarikan sampai generasi berikutnya ya, Parents.
Baca juga:
20 Ide Dekorasi Lebaran, Membuat Suasana Hari Raya Lebih Terasa
id.theasianparent.com/dandangan-kudus
id.theasianparent.com/rahasia-mengajarkan-anak-puasa