Grace Wang, seorang ibu dari Sydney, Australia, tidak pernah mengira bisa tetap hidup untuk membesarkan bayi yang baru saja ia lahirkan. Setelah tragedi salah suntik ketika proses persalinan, Grace mendapati dirinya mengalami kesakitan hebat dan hanya mampu menangis.
Kebahagiaan seorang ibu berubah menjadi petaka akibat salah suntik epidural
Grace Wang tak langsung dapat memeluk bayinya akibat tragedi salah suntik epidural.
Tragedi ini memang sudah lama terjadi, yaitu pada 26 Juni 2010 ketika Grace melahirkan putra pertamanya, Alex di St. George Hospital, Sydney.
Grace dan suaminya, Jason Zheng, bersemangat menyambut anak pertama mereka ke dunia. Sayangnya, kegembiraan itu memudar dengan cepat ketika pihak rumah sakit melakukan sebuah kesalahan yang mengerikan.
Sebelum tragedi salah suntik, Grace Wang berpose di pantai dengan perutnya yang sudah membuncit.
Alih-alih disuntik dengan obat bius penghilang rasa sakit, dokter anestesi menyuntikkkan chlorexidine — cairan antiseptik untuk mensterilkan kulit — di sumsum tulang belakang Grace. Tubuhnya langsung bereaksi ketika cairan pembersih itu membakar dan merusak banyak saraf tulang belakangnya.
Akibat salah suntik ini, Grace tidak bisa berjalan maupun duduk. Ia mengalami rasa sakit yang ekstrem di seluruh bagian tubuhnya.
Grace bahkan kehilangan kekuatan untuk menggendong Alex, sesuatu yang biasanya dilakukan oleh para ibu sesaat setelah bayinya lahir. Banyak yang menduga bahwa ia tak akan selamat dari tragedi mengerikan ini.
Butuh waktu untuk pulih setelah tragedi salah suntik
Suami dan keluarga bersyukur Grace masih tetap hidup, meski butuh waktu lama untuk bisa segera pulih. Grace sempat mengalami depresi karena tidak bisa mengurus putranya yang baru lahir.
Bonding antara ibu – anak tidak terjadi lantaran sejumlah perawatan dan terapi yang harus dijalaninya. Menurut Jason, istrinya sering menangis karena harus bergantung pada kursi roda.
Jason menggantikan peran Grace untuk mengurus anak mereka sementara sang istri menjalani perawatan pasca tragedi salah suntik.
Grace merasa sedih karena suaminya harus mengerjakan banyak hal sendirian. “Meskipun insiden itu di luar kehendak saya, tetapi saya merasa kasihan terhadap suami saya karena saya tidak bisa memenuhi tugas saya sebagai seorang istri,” ungkap Grace.
Kini, masa-masa berat itu sudah berlalu. Grace perlahan kembali pulih dan menjalani hidup bersama suami dan anaknya.
“Saya bersyukur masih dapat hidup dan merasakan dukungan dari orang-orang yang saya cintai. Masih banyak hal yang masih bisa saya nikmati dalam hidup ini,” ujar Grace.
Risiko dan komplikasi suntik epidural
Suntik epidural atau biasa disebut sebagai bius lokal merupakan metode menghilangkan rasa sakit saat melahirkan. Obat bius yang digunakan akan menghambat aktivitas saraf sehingga tubuh bagian bawah menjadi mati rasa.
Meski bermanfaat, namun suntik epidural juga dapat mengakibatkan trauma, misalnya efek bius yang habis saat operasi caesar tengah berlangsung maupun kasus salah suntik seperti yang dialami oleh Grace Wang.
Menurut dokter James Lozada, seorang ahli anestesi kebidanan di University Feinberg School of Medicine, “Suntik epidural saat melahirkan sudah semakin maju dari segi keamanan dan perawatan kebidanan. Risiko seperti jarum patah tertinggal di tubuh pasien sangatlah kecil. Jadi, ibu tidak perlu takut untuk menerima suntikan epidural.”
Namun demikian, kemungkinan komplikasi suntik epidural tidak bisa dipandang remeh. Bunda perlu mengetahui risiko serta komplikasi yang menyertai tindakan medis ini, yaitu:
1. Tekanan darah menurun
Menurunnya tekanan darah setelah dibius merupakan komplikasi umum yang sering terjadi. Biasanya Bunda akan diberikan infus dan oksigen agar kondisi ini tidak memengaruhi bayi dalam kandungan.
2. Cairan merembes dari tulang belakang
Kasus ini terjadi hanya 1% dalam setiap prosedur epidural. Cairan yang merembes ini terjadi jika jarum suntik tak sengaja menusuk membran yang menyelimuti saraf tulang belakang. Akibatnya, Bunda akan mengalami sakit kepala hebat.
3. Infeksi
Hal ini terjadi jika jarum suntik yang digunakan tidak steril atau permukaan kulit tidak dibersihkan menggunakan antispetik. Bila terjadi luka terbuka di kulit, maka berpotensi membuat bakteri tumbuh hingga tiga kali lipat.
4. Demam
Sekitar 20% ibu yang baru pertama kali melahirkan akan mengalami kenaikan suhu tubuh. Mengapa? Karena proses melahirkan anak pertama memakan waktu lebih lama dibanding yang berikutnya. Suntik epidural yang digunakan selama enam jam atau lebih bisa memicu terjadinya demam.
5. Kerusakan saraf
Meski terdengar menyeramkan, kerusakan saraf saat epidural tidak akan bertahan lama.
6. Mual dan gatal-gatal
Efek ini akan berlangsung beberapa saat setelah penyuntikkan dilakukan tetapi hanya berlangsung sebentar.
Sebelum menjalani proses melahirkan, pahami risiko dan konsultasikan dengan dokter kandungan Anda. Banyak berdoa dan tak perlu cemas memikirkannya, yang terpenting Bunda dan buah hati sehat.
Baca juga:
Risiko epidural yang bisa terjadi dalam proses persalinan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.