Baru-baru ini Indonesia dihebohkan dengan sosok Mbak Rara alias Roro Istiati yang merupakan seorang pawang hujan di MotoGP Mandalika, Sirkuit Mandalika, Minggu (20/3/2022). Ritual memanggil hujan yang dilakukan olehnya menuai kritik hingga pujian dari netizen Indonesia maupun mancanegara.
Meskipun banyak menuai kontra dari netizen, tapi ritual memanggil hujan ternyata tak hanya ada di Indonesia, namun juga di beberapa negara lainnya. Lantas, seperti apa ritual memanggil hujan di negara-negara lainnya? Simak penjelasannya berikut ini!
Artikel Terkait: “Tinggalkan Tradisi Setelah Melahirkan yang Salah,” Pesan Seorang Ibu
Ritual Memanggil Hujan di Beberapa Negara
1. Jepang
Ritual memanggil hujan di Jepan dikenal dengan istilah Teru teru Bozu. Ini merupakan boneka yang terbuat dari kertas dan kain putih lalu digantungkan di jendela. Ini adalah jimat yang diyakini para penduduk sekitar sebagai salah satu cara untuk mendatangkan atau menghentikan hujan.
Apabila warga Jepang menginginkan hujan berhenti, maka mereka kan menggantungkan boneka ini secara terbalik yakni dengan posisi di bawah. Sebaliknya, apabila mereka mengharapkan turun hujan di wilayah tempat tinggalnya, maka boneka ini digantung seperti biasa.
2. Amerika
Para native American atau suku Indian melakukan rain dance sebagai ritual untuk menurunkan hujan. Hal ini terjadi apabila saat itu terjadi musim kemarau yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan paceklik.
Umumnya, ritual ini dilakukan pada pertengahan hingga akhir bulan Agustus, yakni saat bulan terkering di Amerika. Para penari tersebut mengenakan kostum khusus dan mulai menari sambil berharap hujan turun.
Artikel Terkait: Pentingnya Mengajak Anak Terlibat Dalam Tradisi Keluarga
3. Ritual Memanggil Hujan di Thailand
Di Thailand, ritual memanggil hujan ini dilakukan para etnis Lao di Laos saat mendekati musim penghujan. Mereka melakukan ritual ini dengan cara menggelar Rocket Festival dengan tarian dan musik tradisional. Namun, yang paling dinanti oleh warga saat ritual ini digelar ialah peluncuran roket yang terbuat dari bambu.
Dipercaya, peluncuran roket ke angkasa ini dapat membujuk dewa hujan, Phaya Teen untuk menurunkan hujan tepat waktu.
4. Zimbabwe
Di Zimbabwe, ada kegiatan unik yang dilakukan untuk memanggil hujan. Biasanya, ritual ini dilakukan oleh para lelaki dengan cara menyayangi, bersiul dan melolong di bawah pepohonan kering kerontang tanpa daun. Ternyata, tradisi ini sudah ada sejak tahun 1940-an. Saat itu, keluarga Mukwindiza menjadi salah satu keluarga pawang hujan yang paling terkenal di Zimbabwe.
Mereka percaya bahwa cuaca panas atau musim kemarau berkepanjangan merupakan cara Tuhan menghukum mereka karena telah meninggalkan kepercayaan lama. Sebab, diketahui, ritual memanggil hujan ini tak lagi dilakukan selama 10 tahun terakhir. Namun, kini, ritual tersebut mulai digalakkan kembali.
5. Ritual Memanggil Hujan di Korea
Praktik ritual hujan di Korea sudah ada sejak zaman kuno, ketika pertanian adalah alat produksi di Korea tradisional. Hujan selama musim tanam sangat menentukan; terlalu banyak atau terlalu sedikit hujan dapat merusak panen, yang menyebabkan masalah serius bagi penduduk Korea saat itu.
Seperti pada masa itu mereka tidak memiliki sistem irigasi, ritual mendatangkan hujan merupakan sarana penting untuk mengatasi kekeringan yang dianggap sebagai masalah besar yang disebabkan oleh kurangnya keutamaan raja, selain merupakan fenomena alam.
Istilah praktik meminta hujan untuk mengatasi kekeringan disebut Giuje (기우제). Giuje dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis; yang pertama dipimpin oleh pejabat pemerintah, disebut Gukhaenggiuje, dan dilakukan oleh warga, yang menurut banyak orang disebut dengan Mingangiuje.
Artikel Terkait: Metatah, Tradisi Jelang Dewasa Masyarakat Bali dengan Potong Gigi
6. Suriah
Pada bulan Januari 2022 lalu, para penduduk al-Malikiyah dan Qamishli di timur laut Suriah kembali melakukan ritual kuno yang disebut Ziwa atau ‘Pengantin Hujan’ untuk mencegah kekeringan terjadi lebih lama. Meskipun mulanya ritual tersebut tak membuat warga optimis, tapi ritual memanggil hujan itu ternyata membuahkan hasil. Pada 2 Januari 2022 hujan deras mengguyur Qamishli di Suriah dan sejumlah kota lain di sekitarnya.
Shihab Abdo, 70, yang memiliki sebidang tanah pertanian di desa Shorck di pedesaan Qamishli, mengatakan kepada Al-Monitor, dia melakukan ritual kuno “Pengantin Hujan” pada 1 Januari bersama dengan penduduk desa lainnya. untuk menangkal kekeringan.
“Tuhan menjawab doa kami dan keesokan harinya hujan. Kami senang dengan hujan yang menyelamatkan musim kami dari kekeringan,” kata dilansir dari Al-Monitor.
Itulah enam ritual memanggil hujan yang ada di beberapa negara. Apakah Parent juga pernah melakukan atau memanggil pawang hujan untuk membuat cuaca cerah atau menurunkan hujan?
Baca Juga:
Bebaskan dari Marabahaya dan Kesialan, Begini Asal Usul Tradisi Ruwatan
Mengenal Sekura, Tradisi Idul Fitri Asal Lampung yang Pererat Persaudaraan
12 Tradisi Natal Keluarga Kerajaan Inggris, Acara Amal hingga Bermain Drama
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.