Beberapa penelitian mengungkap bahwa risiko meninggal karena Covid-19 pada lelaki dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Pasalnya, beberapa negara melaporkan lebih banyak kasus paparan virus korona pada laki-laki daripada perempuan.
Salah satunya, laporan awal yang diungkap oleh China’s Center for Disease Control. Mereka mengatakan kalau risiko kematian laki-laki terkait Covid-19 sebesar 2,8 persen, sedangkan untuk perempuan sekitar 1,7 persen.
Sementara itu, China juga melaporkan bahwa dari 2.000 pasien wabah pada Desember hingga Februari, 60 persen pasien di antaranya adalah laki-laki.
Artikel terkait: Penelitian terbaru: Covid-19 lebih banyak dialami anak lelaki daripada perempuan
Tak hanya di China, di Italia juga menunjukan data yang serupa. Bahwa tingkat kematian laki-laki terkait virus korona berada di 7,2 persen. Berbeda dengan perempuan yang tingkat kematiannya cenderung lebih rendah, yakni di 4,1 persen.
Sementara itu, Korea Selatan melaporkan data yang sedikit berbeda. Menurut data Clinical Infectious Diseases, hanya 38 persen pasien Covid-19 yang berjenis kelamin laki-laki di negara tersebut. Meski demikian, menurut data yang sama, lelaki memiliki risiko kematian sekitar 1,19 persen, lebih tinggi dari perempuan yang risiko kematian berada di angka 0,52 persen.
Lalu, mengapa risiko meninggal karena Covid-19 pada laki-laki dinilai lebih tinggi?
Penyebab risiko meninggal karena Covid-19 pada lelaki cenderung lebih tinggi
Untuk menjelaskan fenomena tersebut, para peneliti masih belum memiliki jawaban pasti. Ada beberapa hal yang dinilai bisa memengaruhi. Beberapa di antaranya adalah pola hidup, atau pun perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis seperti hormon.
Marcia Stefanick, Profesor Kedokteran di Standford Universitu School of Medicine juga menjelaskan tentang hal ini. Ia memaparkan, bisa saja risiko tersebut dipengaruhi oleh perbedaan sistem imun pada laki-laki dan perempuan dalam merespon adanya infeksi virus yang masuk ke tubuh.
“Ada perbedaan antara sistem kekebalan tubuh pada laki-laki dan perempuan. Namun, perilaku dan kebiasaan mereka dalam keseharian juga tetap perlu menjadi bahan pertimbangan,” ungkap Marcia seperti yang dilansir dari laman Vox.
Secara umum, perempuan memang memiliki sistem imun yang lebih kuat dalam menangkal infeksi. Hal ini karena, seperti yang disebutkan oleh beberapa penelitian, perempuan memiliki dua kromosom X.
Kromosom tersebut kebetulan mengandung sebagian besar gen yang berkaitan erat dengan sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat perempuan memilik respon imun terhadap infeksi yang lebih luas dibandingkan dengan laki-laki.
Meski menguntungkan, tetapi kelebihan ini juga tidak jarang menyebabkan perempuan lebih rentan terhadap penyakit autoimun. Yakni penyakit yang disebabkan karena sistem imun yang seharusnya bersifat melindungi, malah berbalik menyerang tubuh.
Artikel terkait: Penelitian terbaru: Mata merah bisa jadi gelaja Covid-19, jangan sering sentuh wajah!
Beberapa faktor lain yang memengaruhi
Seorang General Practitioners (GP) di National Health Service dokter Sara Kayat pun memiliki pendapat senada dengan Marcia. Ia memaparkan, bahwa ada faktor lain yang bisa memengaruhi tingkat kematian terkait Covid-19 bisa lebih tinggi pada laki-laki. Beberapa faktor tersebut di antaranya adalah:
-
Gaya hidup yang tidak sehat
Salah satu yang menjadi faktor adalah, laki-laki dinilai memiliki gaya hidup kurang sehat yang bisa menyebabkan penyakit kronis lebih mudah berkembang di dalam tubuhnya.
“Gaya hidup tidak sehat ini termasuk konsumsi alkohol dan merokok yang lebih tinggi. Data World Health Organization menunjukan, laki-laki cenderung lima kali lebih banyak mengonsumsi alkohol dan rokok dibandingkan dengan perempuan,” tulis Sara dalam artikelnya yang dimuat di laman Aljazeera.
Menurutnya, perokok juga dianggap bisa dengan mudah mengembangkan komplikasi seperti pneumonia dan gangguan pernapasan lain saat terkena virus corona. Bahkan, seorang perokok dianggap lebih mudah terpapar virus korona karena sering menyentuh batang rokok yang juga ia hisap melalui mulutnya.
-
Laki-laki cenderung lebih sedikit mencari bantuan kesehatan
Perilaku laki-laki dalam menangani atau mencari bantuan kesehatan dinilai berbeda dari perempuan. Lelaki dinilai jarang mau berinisiatif memeriksakan kondisi kesehatan mereka secara rutin.
Beberapa studi menjelaskan, fenomena tersebut terjadi karena laki-laki memiliki faktor gengsi yang lebih tinggi. Memeriksakan kesehatan secara mandiri merupakan salah satu stigma yang tidak mencerminkan sikap maskulin mereka.
“Mungkin saja baik laki-laki dan perempuan memiliki presentase yang sama dalam hal tertular virus. Namun, perempuan lebih cepat mencari pertolongan, sementara lelaki harus menunggu hingga gejala yang mereka rasakan parah terlebih dulu. Hal ini bisa mengurangi peluang mereka untuk bertahan hidup,” ungkap Sara.
-
Perubahan hormon dinilai berpengaruh
Perbedaan respon sistem imun antara laki-laki dan perempuan juga bisa dipengaruhi oleh hormon yang mereka miliki. Beberapa penelitian menunjukkan, kekebalan suatu virus juga dipengaruhi oleh jumlah hormon yang ada di dalam tubuh.
Seperti yang diketahui, perempuan lebih banyak mengalami perubahan hormon di dalam tubuh karena beberapa hal. Misalnya, akibat siklus menstruasi, penggunaan kontrasepsi hormonal, akibat kehamilan atau pun setelah mereka mengalami menopause.
Oleh karena itu, perubahan tersebut pun bisa saja memengaruhi keseimbangan atau daya tahan virus korona penyebab Covid-19 di dalam tubuh saat seorang perempuan terinfeksi.
Artikel terkait: 5 Kelemahan virus corona yang wajib diketahui, apa saja?
Semua orang tetap memiliki risiko
Meski banyak studi yang melaporkan risiko meninggal karena Covid-19 pada lelaki lebih banyak, tetapi hal itu bukan berarti perempuan bisa bebas dari penyakit ini. Karena faktanya, jenis virus korona ini masih terbilang baru, ia bisa menginfeksi siapa pun terlepas dari jenis kelaminnya.
Para peneliti juga menjelaskan, ada banyak sifat mengenai virus korona penyebab Covid-19 yang belum diketahui secara pasti. Sehingga, masyarakat tetap perlu menerapkan upaya pencegahan semaksimal mungkin agar tidak terpapar oleh virus tersebut.
Baik laki-laki maupun perempuan, upaya pencegahan seperti rutin cuci tangan, jaga jarak, dan menerapkan pola hidup sehat tetap harus dilakukan.
“Belum ada penjelasan pasti mengapa laki-laki memiliki faktor risiko yang lebih tinggi. Hal ini sangat kompleks. Bisa karena faktor biologis, gaya hidup, atau pun secara genetik. Namun yang pasti, kita semua tetap harus hati-hati,” tutup Sara.
***
Referensi: Vox, Aljazeera
Baca juga:
Pandemi corona bikin kasus KDRT meningkat tajam, begini cara mengatasinya!