Pandemi Covid-19 masih menjadi momok menakutkan, terlebih dengan meningkatnya angka kejadian setiap harinya baik di Indonesia maupun dunia. Meski tergolong virus mutasi yang baru, namun para peneliti telah menemukan beberapa kelemahan virus corona.
Fakta ini tentu saja penting untuk diketahui.
Karakteristiknya ini sebaiknya diperhatikan agar untuk mencegah wabah ini semakin meluas di masyarakat. Lalu, apa saja kelemahan dan karakteristik Covid-19 ini?
Kelemahan virus Corona
1. Bisa ditangkal dengan antibodi yang kuat
Penelitian di Australia mengungkapkan bahwa memang kelemahan dari virus satu ini ialah menghadapi antibodi yang kuat. Penelitian tersebut dilakukan pada pasien Covid-19 berusia 47 tahun dengan gejala ringan hingga sedang.
Jadi, memang memiliki daya tahan tubuh yang kuat menjadi salah satu kunci agar virus ini tidak menginfeksi tubuh. Seseorang yang terinfeksi Covid-19 bisa memiliki gejala dan tingkat keparahan yang beragam. Mulai dari gejala ringan hingga berat.
Nah Parents, bagi mereka yang memiliki gejala ringan, sebetulnya infeksi ini bisa sembuh sendiri. Khususnya bagi mereka yang tidak memiliki komplikasi penyakit lainnya, virus corona tidak membuat kondisi tubuh menjadi lebih parah.
Dr. Anandika Pawitri, Medical Editor SehatQ mengungkapkan bahwa untuk memiliki antibodi yang sehat, ada beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan, di antaranya :
- Mengonsumsi berbagai makanan bergizi seimbang
- Rutin melakukan olahraga
- Mengonsumsi antioksidan
- Istirahat secukupnya dan hindari stres berlebihan
- Tetap melakukan physical distancing.
Artikel Terkait : Sering tak terdeteksi, ini gejala Corona hari ke-1 sampai ke-17, wajib tahu!
2. Kelemahan virus Corona : suhu yang panas
Menurut dr. Anandika, belum ada penelitian lebih lanjut mengenai kaitan antara suhu atau cahaya matahari dengan Covid-19. Virus Corona dapat hidup permukaan selama beberapa jam sampai beberapa hari pada permukaan benda di berbagai jenis iklim, cuaca, temperatur, dan kelembapan.
Namun, virus Corona penyebab SARS terbukti bisa lebih lemah di suhu yang panas. Menurut data yang diterbitkan World Health Organization (WHO) virus penyebab SARS bisa terbunuh pada suhu 56°C.
Di sisi lain, beberapa waktu lalu tersiar kabar mengenai cuaca panas Indonesia yang dikatakan bisa melemahkan virus Corona. Berdasarkan data dari WHO, tentu kabar tersebut belum terbukti keakuratannya. Hal ini karena berdasarkan data yang dihimpun dari BMKG, cuaca paling panas di Indonesia pernah terjadi di kota Semarang yakni maksimal mencapai 39,7°C.
3. Cuci tangan dan membersihkan badan adalah kunci utama
Hal sederhana lain yang jadi kelemahan virus Corona ialah kebiasaan sederhana dalam menjaga sanitasi diri sendiri. Virus ini mudah hilang pada pelarut lemak seperti sabun yang kerap kita gunakan sehari-hari.
Dalam virus, terdapat lapisan lemak sebagai pelindung. Saat lapisan ini hancur karena kita mencuci tangan atau membersihkan tubuh, virus tersebut pun akan hancur dan mati. Jadi, biasakan untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, ya.
4. Tidak bertahan lama di permukaan
Virus Corona memang bisa bertahan selama beberapa hari di permukaan, cuaca, temperatur, dan kelembapan, menurut dr. Anandika. Namun, saat berada di permukaan terus menerus, ia akan menjadi lebih lemah untuk menginfeksi seseorang.
Oleh karena itu, WHO sendiri memang tidak melarang pengiriman barang dari daerah ke daerah lain, seperti beda negara.
Artikel Terkait : Tidak menerapkan lockdown, ini 7 kebijakan pemerintah mencegah penyebaran Corona di Indoensia
5. Terbunuh dengan disinfektan
Memang belum banyak penelitian yang terfokus pada virus Corona penyebab Covid-19. Namun, beberapa jenis virus yang telah teridentifikasi sebelumnya yakni penyebab SARS dan MERS memiliki karakteristik yang serupa.
Berbagai jenis virus ini lemah dengan disinfektan. Virus dianggap bisa nonaktif dengan disinfektan seperti alkohol dengan kadar 60-70%, sodium hipoklorit 0,1%, dan hidrogen peroksida 0,5% dalam waktu 1 menit.
Tapi yang perlu diperhatikan, disinfektan ini hanya boleh digunakan pada benda-benda mati, bukan objek hidup seperti manusia. Penggunaan bilik disinfektan misalnya. Langkah ini justru dinilai kurang efektif bahkan berbahaya bila langsung disemprotkan pada tubuh manusia, seperti yang ditegaskan dr. Anandika.
Bilik sterilisasi akan bermanfaat dan tidak membahayakan jika digunakan pada orang yang sedang menggunakan baju hazmat atau baju untuk ruang isolasi. Jadi yang disterilkan adalah bajunya, bukan kulit manusia.
Dr. Anandika pun menegaskan bahwa bahan-bahan yang disemprotkan langsung ke tubuh manusia bisa terhirup ke saluran pernapasan dan menimbulkan penyakit paru-paru lain di kemudian hari. Kegiatan ini lebih besar risiko daripada manfaatnya.
Baca Juga :
Cegah paparan COVID-19, ini 5 aturan masuk rumah menurut dokter Reisa
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.