Parents, apa yang Anda lakukan saat mendapati si kecil demam? Pemberian antibiotik biasanya menjadi langkah awal yang Anda lakukan. Antibiotik memang merupakan obat yang diberikan dokter untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Kendati begitu, penggunaan antibiotik yang tidak sesuai berisiko menyebabkan efek samping yang berbahaya. Salah satunya resistensi antibiotik pada anak yang dapat berakibat fatal.
Apa itu resistensi antibiotik pada anak?
Resistensi antibiotik merupakan kemampuan bakteri untuk bertahan hidup dari efek antibiotik itu sendiri. Hal ini mungkin terjadi apabila bakteri mengubah diri sehingga efektivitas obat untuk membunuh bakteri menurun.
Bukannya sembuh, bakteri malah kebal terhadap pengobatan dan menimbulkan lebih banyak masalah di masa mendatang.
Untuk itu, penting bagi Parents memerhatikan dengan cermat dan tidak begitu saja memberikan antibiotik pada anak.
Prof. dr. Bambang Supriyatno, SpA (K) selaku Konsultan Respirasi Anak di RSCM.
Dalam acara Forum Diskusi: “Cegah Virus Corona dengan Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh” yang dihelat di Jakarta beberapa waktu lalu, Prof. dr. Bambang Supriyatno, SpA (K) selaku Konsultan Respirasi Anak di RSCM menjelaskan dengan gamblang perihal kapan waktu yang tepat memberikan antibiotik pada anak.
“Dengan alasan panik, demam sedikit saja orangtua langsung minta antibiotik sama dokter. Padahal, obat ini tidak bisa diberikan sembarangan. Saya sendiri paling anti memberikan antibiotik jika memang tidak dibutuhkan,” ungkapnya.
Kapan waktu terbaik memberikan antibiotik pada anak?
Menurutnya, ada beberapa kondisi terbaik pemberian antibiotik pada anak, antara lain:
- Suhu tubuh anak lebih dari 38,5’C
- Ditemukan benjolan di area leher
- Timbul bintik putih dan bernanah di bagian tenggorokan
- Jika anak tidak menunjukkan batuk, karena batuk pilek disebabkan oleh virus dan antibiotik tidak bisa membunuh virus
- Usia 3-14 tahun
“Jika menemukan 4 dari 5 gejala di atas, saat itulah orangtua bisa meminta pemberian antibiotik pada anak,” sambungnya.
Bagaimana jika anak masih menunjukkan tiga gejala saja? Maka Parents bisa melakukan pemeriksaan laboratorium lebih dulu untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, peningkatan sel darah putih menandakan adanya infeksi pada tubuh sehingga membutuhkan antibiotik.
Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan orangtua agar daya tahan tubuh si kecil meningkat dan terhindar dari penyakit?
- Tetap waspada, tetapi jangan berlebihan. Tidak semua kondisi membutuhkan antibiotik sebagai penangkal;
- Hindari mengunjungi negara yang sedang terjangkit wabah endemik berbahaya. Seperti saat ini wabah corona sedang mewabah ke banyak negara, sehingga menahan diri bepergian ke Negeri Tirai Bambu adalah langkah yang bijak;
- Biasakan si kecil untuk memakai masker saat bepergian ke tempat umum. Apalagi sekarang ini sudah banyak masker khusus anak dengan motif yang lucu dan bisa disesuaikan dengan kesukaan anak;
- Budayakan mencuci tangan dengan bersih, apalagi setelah menyentuh sesuatu yang kotor serta sebelum makan;
- Pastikan daya tahan tubuh meningkat dengan mengonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup; dan
- Jangan melewatkan imunisasi lengkap. Perhatikan tumbuh kembang anak dengan seksama, bawa ke dokter spesialis anak jika anak tidak menunjukkan kenaikan berat badan yang signifikan dalam kurun waktu 2 bulan
Dosis berlebihan bisa menimbulkan resistensi antibiotik pada anak
Dalam kesempatan yang sama, dr. Bambang menekankan sejatinya tidak ada jenis obat yang tidak memberikan efek samping. Oleh karena itu, pemberian antibiotik sesuai anjuran dokter adalah hal krusial untuk dilakukan. Memberikan antibiotik tanpa memerhatikan kadar yang diperlukan bisa berbahaya.
“Yang pertama tentunya resistensi antibiotik itu, jika anak sungguh sakit dan membutuhkan obat yang ada tidak mempan menyembuhkan penyakit. Selain itu, pemberian antibiotik berlebihan akan membuat kemungkinan asma kambuh lebih besar. Perhatikan juga memberikan obat ini pada anak yang sedang alergi, cari dulu sumber alerginya apa,” tukasnya.
Selain itu, pemberian antibiotik yang keliru dapat menyebabkan bakteri bernama C. difficile semakin kuat dan mengalami resistensi terhadap antibiotik dan dapat mengakibatkan diare yang cukup parah.
Hal ini diperkuat oleh studi yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang menyebutkan sebanyak 71% anak-anak yang menderita infeksi C. difficile sebelumnya telah diberikan antibiotik untuk mengobati penyakit pernapasan, telinga, dan hidung.
Agar tidak salah, berikut rambu-rambu yang sebaiknya Parents patuhi demi menjamin kesehatan anak dalam jangka panjang:
- Mintalah antibiotik pada dokter sesuai kebutuhan, jangan berikan untuk infeksi virus biasa seperti flu
- Galilah informasi pada praktisi kesehatan terkait kondisi seperti apa yang benar-benar membutuhkan antibiotik, serta kelebihan dan kekurangannya
- Patuhi dosis yang dianjurkan untuk pemberian antibiotik, baik yang tertera pada kemasan atau rekomendasi dokter. Hal ini mencakup jumlah dan kapan waktu yang tepat
- Hindari menyimpan antibiotik dalam waktu lama
- Hindari berbagi obat antibiotik dengan orang lain, bahkan keluarga
Semoga informasi ini bermanfaat!
Baca juga :
Nggak perlu panik jika anak demam, sudah coba cara berikut ini belum Parents?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.