Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setengah populasi di dunia akan mengalami miopia atau rabun jauh tahun 2050. Tak hanya orang dewasa, salah satu yang paling berisiko terkena miopia termasuk anak-anak. Fakta ini tentu saja mengingatkan kita semua untuk mencari tahu bagaimana mencegah rabun jauh pada anak.
Miopia sendiri merupakan salah satu jenis kelainan refraksi pada mata, di mana keadaan kornea memanjang sehingga mengubah arah cahaya masuk ke mata. Hal inilah yang menyebabkan sinar cahaya hanya berfokus di depan retina hingga mengakibatkan objek yang jauh terlihat buram, sementara objek dekat terlihat jernih.
Rabun jauh pada anak biasanya rentan terjadi saat mereka menginjak usia lima hingga 15 tahun. Tidak hanya kesulitan untuk melihat dari jarak jauh, miopia yang dialami anak-anak cenderung cepat berkembang.
Kondisi ini juga bisa meningkatkan timbulnya penyakit mata lain seperti detasemen retina, katarak, serta glaukoma ketika mereka beranjak dewasa.
Pahami Penyebabnya
Banyak bukti menunjukkan, anak yang sering terpapar sinar matahari memiliki risiko rabun jauh sekitar 30% lebih rendah dari pada mereka yang jarang terkena sinar matahari. Maka dari itu, waktu yang dihabiskan si kecil di luar ruangan sebenarnya jadi salah satu faktor mendasar yang dapat menyebabkan miopia berkembang.
Saat bermain di luar ruangan, mata anak cenderung memiliki fokus yang luas. Sinar matahari pun bisa merangsang produksi vitamin D yang dapat memperkuat struktur di sekitar sklera mata sehingga anak mampu dihadapkan pada objek berjarak jauh.
Sebaliknya, aktivitas di dalam ruangan seperti memainkan gawai merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan risiko rabun jauh. Menatap layar televisi, ponsel, atau laptop dalam waktu lama dapat menyebabkan mata cepat lelah dan terkena miopia.
Untuk mengurangi dampak dari aktivitas tersebut, Parents tentu saja perlu memerhatikan berapa banyak waktu yang dihabiskan di dalam ruangan dan kapan saat yang tepat ia bermain di luar.
Saat belajar pun, usakahan agar si kecil mendapat pencahayaan yang cukup untuk mengurangi ketegangan pada mata. Pastikan juga ia istirahat secara teratur dan mengonsumsi sayuran yang mengandung beta karoten tinggi seperti brokoli, wortel, tomat, dan lainnya agar kesetahan mata tetap optimal serta terjaga.
Saat Rabun Jauh Terjadi pada Anak
Jangan khawatir, Parents, apabila si kecil didiagnosis rabun jauh, biasanya dokter akan memberikan terapi dan meresepkan alat bantu penglihatan sementara seperti kacamata.
Jika si kecil termasuk anak yang aktif, Anda juga bisa mempertimbangkan untuk memberinya alat bantu lihat berupa lensa kontak. Selain memberikan penglihatan periferal yang lebih jelas dan luas, lensa kontak juga memiliki bahan lebih fleksibel yang cocok digunakan saat si kecil bermain atau berolahraga.
Namun, pemakaian lensa kontak pada anak juga harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dulu. Biasanya, dokter akan mengusulkan memakai lensa kontak setelah pemeriksaan mata menyeluruh.
Setelah itu, si kecil juga akan diberi lensa percobaan agar dapat belajar cara memasukkan dan melepas lensa. Karena penggunaannya yang cukup kompleks, anak yang memakai lensa kontak pada umumnya dianjurkan sudah berusia tujuh tahun ke atas.
Jangan lupa untuk periksakan si kecil secara rutin ke dokter mata setiap 6 atau 12 bulan sekali agar rabun jauh tidak berkembang lebih jauh dan penglihatannya bisa stabil saat ia beranjak dewasa.
***
Sepasang mata pada setiap anak tentunya berbeda. Parents dianjurkan untuk konsultasi pada dokter mata untuk menentukan alat bantu serta cara perawatan yang paling ideal untuk mengatasi rabun jauh yang dialami si kecil.
Disadur dari artikel Videre di thaAsianparent Singapura
Baca juga:
Waspada rabun mata pada anak, kenali gejala dan pencegahannya di sini!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.