Hamil adalah saat yang membahagiakan dan dinantikan banyak perempuan Mengetahui janin sedang tumbuh di rahim Bunda adalah perasaan yang tidak ternilai. Namun, tahukah Parents jika ada istilah kehamilan palsu atau pseudocyesis?
Mengenal Pseudocyesis atau Kehamilan Palsu
Kehamilan palsu atau dalam istilah medis disebut pseudocyesis adalah kondisi ketika perempuan merasa bahwa dirinya hamil, padahal sebenarnya tidak. Meskipun jarang terjadi, kehamilan palsu dapat membuat perempuan merasakan gejala-gejala kehamilan meskipun tidak ada janin yang berkembang di perutnya.
Melansir dari laman Very Well Family, kasus kehamilan palsu dapat dialami oleh perempuan pada usia berapa pun. Meski demikian, 80% kasus kehamilan palsu terjadi pada perempuan yang sudah menikah. Kasus kehamilan palsu dapat terjadi antara 1-6 kali di antara 22.000 kelahiran.
Penyebab Kehamilan Palsu
Penyebab pasti kehamilan palsu belum diketahui secara jelas. Namun, para ahli berkesimpulan bahwa kehamilan palsu dapat terjadi karena faktor psikologis dan masalah pada kesehatan.
1. Gangguan Psikologis
Para dokter menduga bahwa kondisi kehamilan palsu terjadi karena masalah psikologis, sehingga tubuh memberikan respons seolah-olah sedang hamil. Umumnya kehamilan palsu terjadi pada perempuan yang berkeinginan kuat untuk hamil, tetapi terkendala oleh kondisi tertentu seperti ketidaksuburan, keguguran berulang, menopause, atau keinginan untuk menikah.
Keinginan kuat untuk hamil membuat otak memberikan sinyal ke tubuh dan memicu pelepasan hormon seperti hamil sesungguhnya. Meskipun mengalami gejala kehamilan seperti mual atau payudara membesar, tetapi tidak terdapat janin di dalam rahim perempuan yang mengalami kehamilan palsu.
Selain itu, kehamilan palsu juga dapat terjadi pada perempuan yang pernah mengalami trauma seperti pelecehan seksual ketika masih anak-anak, depresi berat, status sosial ekonomi yang rendah, hingga kekerasan dalam rumah tangga.
2. Masalah Kesehatan
Kehamilan palsu juga dapat terjadi ketika perempuan mengalami masalah kesehatan seperti kista atau tumor di ovarium. Kondisi ini dapat meningkatkan kadar hormon, perut membesar, hingga menstruasi yang terlambat.
Masih melansir dari laman Very Well Family, masalah kesehatan yang membuat perut kembung dari faktor fisik seperti penambahan berat badan, gas, atau tumor, dikombinasikan dengan delusi psikologis kehamilan, dapat menyebabkan perempuan percaya bahwa dia sedang hamil.
Ketidakseimbangan hormon setelah keguguran juga dapat membuat gejala-gejala kehamilan muncul pada perempuan yang mengalami kehamilan palsu.
Artikel terkait: Cara mengatasi perut kembung saat hamil, Bumil wajib tahu!
Gejala Kehamilan Palsu
Gejala yang ditunjukkan oleh perempuan yang mengalami kehamilan palsu sebagian besar mirip dengan gejala kehamilan yang sesungguhnya. Kehamilan palsu yang parah dapat meningkatkan kadar hormon estrogen dan prolaktin sehingga dapat memengaruhi fisik.
Gejala kehamilan palsu di antaranya:
- Kenaikan berat badan
- Mual dan muntah
- Perut membesar
- Payudara yang membesar dan terasa lebih sensitif
- Perubahan pada puting susu, bahkan mungkin untuk menghasilkan ASI
- Gangguan siklus menstruasi
- Perasaan adanya gerakan janin
- Nafsu makan meningkat
- Serviks menjadi lunak
- Pembesaran rahim
- Merasakan sakit seperti persalinan
Gejala kehamilan palsu tersebut dapat dirasakan oleh penderitanya selama beberapa minggu, sembilan bulan, bahkan beberapa tahun.
Artikel terkait: Penyebab nyeri perut saat hamil, dan cara mengatasinya
Cara Diagnosis Kehamilan Palsu
Mengutip dari laman Doktersehat, untuk menentukan apakah seorang perempuan mengalami kehamilan palsu, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
1. USG
Dokter akan memeriksa keberadaan janin di dalam rahim. Pada perempuan yang mengalami kehamilan palsu, tidak terdapat janin dan tidak ada detak jantung ketika dilakukan USG. Pemeriksaan USG dapat membantu dokter menemukan perubahan fisik seperti rahim yang membesar atau serviks yang melunak.
2. Tes Urine
Sama seperti pemeriksaan hamil pada umumnya menggunakan tes urine. Namun, pada perempuan yang mengalami kehamilan palsu hasilnya akan selalu negatif.
3. Tes Darah
Tes darah juga sering kali diperlukan untuk pemeriksaan lanjut. Hasil pemeriksaan laboratorium sampel darah dapat membantu mendeteksi penyakit tertentu.
4. Tes Tambahan Lain
Tes lain juga akan dilakukan yang berkaitan dengan kondisi medis tertentu, seperti kehamilan ektopik, obesitas, atau kanker.
Artikel terkait: Inilah beberapa kondisi penderita kanker payudara yang dilarang menyusui bayi
Penanganan Kehamilan Palsu
Menangani kasus kehamilan palsu harus disesuaikan dengan penyebabnya. Untuk kasus kehamilan palsu karena faktor fisik atau masalah kesehatan tertentu, maka perlu diberikan pengobatan untuk penyakit yang menyebabkannya. Contohnya pada pasien yang mengalami kehamilan palsu karena kista pada ovarium, dokter akan memberikan pengobatan, perubahan gaya hidup, hingga tindakan operasi jika diperlukan.
Lain halnya jika kondisi kehamilan palsu tersebut disebabkan oleh masalah psikologis. Penanganan untuk kasus ini membutuhkan bantuan dokter untuk menjelaskan secara medis dan psikiater untuk untuk membantu pemulihan mental.
Ibu yang mengalami kehamilan palsu karena masalah psikologis harus didampingi. Menyatakan bahwa kehamilannya tidak benar-benar terjadi akan membutuhkan banyak pengertian. Pada beberapa kasus, psikoterapi dan obat-obatan psikotropik mungkin akan membantu.
Demikianlah informasi seputar pseudocyesis atau kondisi kehamilan yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.
Baca juga:
[Video] Operasi Pengangkatan Janin pada Kehamilan Ektopik (hamil di luar rahim)
Bayi Dibuang di Rumah Warga, Pesan Pelaku: Jangan Lapor Polisi