Pesan Ibu yang Alami Stillbirth, "Tak Perlu Buru-buru, Siapkan Diri Sebelum Program Hamil"

Kehilangan janin yang telah dinanti tentu akan menyisakan duka mendalam, baik karena keguguran atau pun stillbirth. Untuk menjalani kehamilan sehat, maka ada beberapa hal yang perlu disiapkan lebih dulu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setelah mengalami keguguran, atau mengalami stillbirth, mungkin Bunda mungkin akan merasa khawatir, takut, dan dilema untuk hamil lagi. Kemudian bertanya-tanya, sebenarnya apa yang harus disiapkan jika ingin melakukan program hamil setelah alami stillbirth

Biar bagaimana pun, tentu di kehamilan berikutnya Bunda menginginkan kehamilan yang sehat. Perlu dipahami, jika sebelumnya Bunda pernah mengalami kehilangan bayi, sebenarnya hal tersebut memang tidak berarti akan terjadi pada kehamilan berikutnya. Meski demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika merencanakan program hamil lagi.

Artikel terkait: Mengenal Jenis Skrining untuk Kehamilan Berisiko Tinggi, Ini yang Perlu Bumil Lakukan

Hamil Lagi Setelah Mengalami Stillbirth dan Keguguran

Faktanya, angka stillbirth atau bayi lahir mati di negara Asia Tenggara masih cukup tinggi. Tercatat pada 2015, terdapat setidaknya ada 105.000 kematian bayi karena lahir mati. Hal ini tentu saja punya efek yang besar untuk kesehatan mental Bunda pascakehilangan.

WHO mencatat, gangguan mental ibu hamil dialami sekitar 10% perempuan, serta 13% ibu yang baru melahirkan juga alami depresi.

Sementara itu, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Psychiatry, sekitar 25% kasus depresi pasca persalinan sebenarnya sudah dimulai sejak kehamilan. 

Kesehatan mental ibu hamil dan ibu yang mengalami kehilangan ini adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu theAsianparent menginisiasi Sidekicks Project untuk mengedukasi dan memberikan wawasan yang lebih dalam terkait kesehatan mental ini melalui acara yang bertajuk “Sadari Risiko Kehamilan dan Pentingnya Kesiapan Mental Ibu”.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Terkait kesehatan mental Ibu ini, Founder Motherhope Indonesia sekaligus penyintas stillbirth Nur Yana, turut membagikan kisahnya.

Yana sendiri pernah mengalami depresi pascapersalinan setelah lahir mati pada tahun 2011. Depresinya berlanjut ketika dia hamil anak perempuan pada tahun 2012 dan setelah dia melahirkan putrinya pada tahun 2013.

“Ketika kita kehilangan anak atau janin, berapapun usianya, itu tetap anak kita,” tutur Yana dalam acara yang digelar pada Selasa (12/10/2021).

Artikel terkait: Panduan Menghitung Gerakan Janin Menggunakan Fitur Kick Counter theAsianparent

Program Hamil Setelah Alami Stillbirth, Ini yang Perlu Diperhatikan 

Yana bercerita bahwa ia pernah mengalami stillbirth di kehamilannya pertama. “Anak saya lahir mati (stillbirth) di usianya yang ke-28 minggu, karena ada permasalahan jantung,” kisah Yana.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Yana  pun mengingatkan, setelah mengalami keguguran atau pun stillbirth, calon ibu perlu menyiapkan diri dengan matang. Tak hanya secara fisik, namun juga mental. Terlebih jika ibu mengalami trauma melahirkan bayi yang meninggal,

Ibu dari tiga orang anak ini, setelah mengalami stillbirth dan akhirnya bisa memiliki anak, ia sempat mengalami depresi pascapersalinan yang cukup lama. Ia juga menjelaskan beberapa hal terkait keputusan untuk hamil lagi pasca-kehilangan dan pasca-depresi tersebut.

1. Saat Program Hamil Setelah Alami Stillbirth, Tidak Perlu Melupakan!

Bagi para ibu yang mengalami keguguran atau stillbirth dan mengaami depresi setelahnya, Nur Yana berpesan untuk menerima rasa kehilangan kita dengan tidak mencoba melupakan si kecil.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Jangan pernah berusaha melupakan (anak kita yang terlahir meninggal). Upaya kita untuk melupakan anak kita hanya akan memperbesar rasa denial, yang akibatnya akan memperbesar trauma kita,” jelas Nur Yana.

2. Healing dengan Memeluk dan Memberi Nama

Adalah sebuah kesedihan besar, ketika kita mengetahui bahwa buah hati yang kita harap-harapkan sekian lama terlahir meninggal. Hal pertama yang bisa kita lakukan untuk si kecil adalah memeluk anak dan memberi waktu beberapa saat untuk bersama dia, kata Nur Yana.

“Memeluk, say goodbye, dan kemudian memberi nama adalah cara healing kita juga atas kehilangan itu,” tambah Nur Yana.

3. Beri Waktu Tubuh untuk Recovery

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tubuh Bunda mungkin membutuhkan waktu antara dua hingga empat bulan untuk pulih pasca mengalami stillbirth.

Kondisi ini tergantung pada kesehatan Bunda dan akar penyebab keguguran dan stillbirth tersebut.

Jadi sebelum memutuskan untuk hamil lagi, Bunda sangat perlu untuk mengenal tubuh dan fisik Bunda sendiri terlebih dahulu.

4. Cari Akar Permasalahan

Sebelum memutuskan untuk hamil lagi, apa yang harus dilakukan setelah keguguran yang paling penting adalah mencari akar penyebabnya dengan dokter kandungan Bunda.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penting untuk tetap mengidentifikasi akar penyebab kenapa bayi terlahir stillbirth untuk merencanakan langkah selanjutnya. Meskipun lahir mati dan keguguran memang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit ibu hamil dan komplikasi selama kehamilan.

3. Konsultasi ke Psikolog Sebelum  Program Hamil Setelah Alami Stillbirth

Selain konsultasi dengan dokter kandungan, Nur Yana juga menegaskan untuk juga membicarakan keputusan Bunda untuk hamil lagi ini ke psikolog.

“Kita perlu konsultasi ke psikolog apakah kita sudah bisa menerima kehilangan kita sebelumnya,” kata Yana.

Yana menggarisbawahi bahwa keputusan untuk hamil lagi ini bukan karena ego Bunda semata untuk menggantikan kehilangan bunda.

“Yang perlu ditekankan adalah, kita punya anak lagi bukan untuk menggantikan anak kita yang hilang. Kita mau punya anak karena kita siap punya anak. Saat ini seorang ibu mengalami trauma melahirkan bayi yang meninggal, maka ibu perlu mengatasi traumanya terlebih dahulu ke profesional, sebelum memutuskan untuk kembali hamil.

Selain Ibu dan ayah perlu melewati tahap kedukaan bersama-sama, dan fokus pada pemulihan fisik dan psikis setelah kepergian calon bayi mereka,” tegasnya.

Artikel terkait: Jangan salah! Keguguran dan stillbirth tidak sama, ini perbedaan dan cara mencegahnya

Support system ini adalah sosok pendukung utama Bunda selama prakonsepsi dan menjalani kehamilan, mulai dari suami hingga orang tua kita. Support system ini sangat diperlukan untuk mendukung mental Bunda.

“Dengan adanya support keluarga, baik berupa bantuan waktu atau tenaga, ibu jadi punya waktu istirahat lebih banyak, lebih rileks, sehingga bisa lebih dalam bonding dengan janin,” jelas Yana.

Pemulihan emosional dari keguguran dan stillbirth bisa jadi sulit dan membutuhkan banyak waktu. Bunda perlu menyadari juga bahwa pernah mengalami kehilangan bayi sekali karena keguguran, tapi tidak berarti itu akan terjadi pada kehamilan Bunda berikutnya.

Dengan memahami apa saja yang perlu dilakukan sebelum program hamil setelah alami stillbirth, diharapkan bisa mencegah hal yang tidak diinginkan. Kehamilan sehat pun bisa dilewati dengan nyaman. 

 

 

Baca juga:

Mengenal Jenis Skrining untuk Kehamilan Berisiko Tinggi, Ini yang Perlu Bumil Lakukan

Kehilangan Anak Pertama Akibat Stillbirth, Seorang Ibu: "Nggak Nyangka Itu Tendangan Terakhir Bayiku"

Memulihkan Mental Ibu Pasca Kehilangan Buah Hati, Ini Saran Psikater