Beberapa sumber menyebut plasenta berfungsi lindungi janin dari COVID-19, bahkan jika ibu positif terinfeksi. Lantas, apakah hal ini mitos atau fakta, ya, Bun?
Menjalani kehamilan di tengah pandemi memang tidak mudah. Selain ibu hamil memang rentan, rasa khawatir pun muncul bagaimana kondisi janin nantinya jika ibu hamil dinyatakan positif COVID-19.
Ibu Hamil Lebih Rentan Terpapar COVID-19 daripada Janin
Melansir dari laman Boston Children’s Hospital, ternyata ada penjelasan bagaimana plasenta lindungi janin dari COVID-19. Studi yang diterbitkan pada akhir tahun 2020 ini menyebut bahwa bukti memperlihatkan bahwa faktor risiko yang bisa memperburuk kondisi wanita yang terjangkit COVID-19 salah satunya adalah kehamilan.
Dalam penelitian CDC disebutkan bahwa sekitar 400.000 pasien COVID-19 dengan rentang usia 15-44 tahun yang tengah hamil cenderung tiga kali lebih rentan dirujuk ke ICU dan mendapatkan ventilasi invasif. Ibu hamil juga memiliki risiko kematian 70 persen lebih tinggi dari pasien COVID-19 lainnya.
Akan tetapi, fakta lain menemukan bahwa bayi baru lahir atau newborn justru lahir dalam kondisi baik-baik saja. Sebuah laporan menyebut bahwa hanya 5 persen bayi yang ikut terinfeksi dari ibu yang terkena COVID-19. Lebih lanjut, para bayi yang terinfeksi ini hanya menunjukkan gejala ringan dan jarang membutuhkan penanganan medis yang serius.
Artikel terkait: Waspadai Plasenta lepas saat hamil yang bisa memicu persalinan prematur
Bagaimana Cara Plasenta Lindungi Janin dari COVID-19?
Plasenta memang sebuah organ spesial, tetapi cukup kompleks dan penelitiannya masih terbatas. Organ ini juga membantu sistem imun di tubuh ibu agar tidak menolak munculnya janin. Secara bersamaan, organ ini juga melindungi janin dari berbagai virus dan bakteri agar tidak menular dari ibu ke bayi.
Seorang placental immunologist dari divisi kesehatan anak di Boston Children’s Hospital, Elizabeth Taglauer, MD, PhD, meneliti mengapa para bayi tidak terinfeksi. Ia mencoba mencari tahu apakah plasenta yang melindungi mereka dari infeksi COVID-19 yang menyerang sang ibu.
Kecilnya transmisi ibu-janin adalah satu hal positif yang dilihat dari tidak menularnya COVID-19 ke janin di dalam kandungan. “Saya mempelajari sistem kekebalan pada antarmuka ibu-janin, dan ini tampak seperti area di mana saya dapat berkontribusi pada upaya penelitian,” kata Taglauer.
Artikel terkait: Retensio Plasenta, waspada komplikasi akibat ari-ari tertinggal di rahim setelah bayi lahir
Plasenta Lindungi Janin dari COVID-19 karena Virus Tidak Bisa Menembus Masuk
Taglauer kemudian bekerja sama dengan mantan koleganya dari Boston Medical Center (BMC), Elisha Wachman, MD untuk meneliti fenomena ini. Mereka meneliti berbagai sampel dari ibu dan janin, termasuk mengamati sampel plasenta setelah bayi dilahirkan dari ibu yang terjangkit COVID-19.
Membangun sebuah biorepository berisi sekitar 80 plasenta dari ibu yang terjangkit COVID-19. Mereka mengambil sampel decidua (lapisan terdekat dengan ibu), placental villi (bagian dimana ibu dan bayi bertukar nutrisi), chorionic plate (lapisan di sisi janin), dan membran di sekitar bayi.
Temuan awal pada ibu yang positif COVID-19 yang melahirkan sekitar bulan April dan Mei 2020 mengindikasikan bahwa virus COVID-19 bisa menembus sebagian plasenta. Walaupun bayi tidak terinfeksi, tetapi secara mengejutkan protein virus COVID-19 ditemukan di placental villi dan di bagian luar lapisan syncytiotrophoblast (sTB).
Lapisan itu secara langsung bersentuhan dengan darah ibu dan merupakan penghalang pertama yang harus dilalui virus untuk berpindah dari ibu ke bayi.
Artikel terkait: Pengapuran plasenta berbahaya bagi ibu hamil, ketahui tanda dan pencegahannya
Perlu Penelitian Mendalam Terkait Kebenaran Plasenta Bisa Lindungi Janin dari COVID-19
Penelitian juga menemukan ACE2 yang merupakan reseptor primer virus SARS-CoV-2 di lapisan sTB luar vili di plasenta dari ibu yang terinfeksi. Hal ini juga ditemukan pada tingkat yang lebih rendah di plasenta dari ibu yang tidak terinfeksi.
Melihat hal itu, Taglauer berspekulasi bahwa jika plasenta terinfeksi, organ ini ‘menjinakkan’ ACE2 sebagai tindakan perlindungan. Namun, hal ini memerlukan studi lebih lanjut.
Protein lain yang digunakan virus untuk memasuki sel, TMPRSS2, juga ditemukan pada jaringan plasenta dari ibu yang terinfeksi dan tidak terinfeksi, tetapi pada tingkatan lebih rendah daripada ACE2. Ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat menggunakan reseptor lain untuk menembus plasenta yang menjadi catatan pada penelitian selanjutnya.
Sebagai tindak lanjutnya, Taglauer dan Wachman berkolaborasi dengan Jeffrey Moffitt, PhD dalam program Cellular and Molecular Medicine di Boston Children’s Hospital untuk memperdalam penelitian mereka. Laboratorium baru itu memiliki teknologi MERFISH yang akan membantu melihat RNA dan menangkap penyusun “readouts” gen dalam sel individu.
Menurut Taglauer hasil penelitian ini akan memberi informasi tentang perilaku sel, terutama terkait respons molekuler terhadap COVID-19 di jaringan plasenta pada ibu hamil dan janinnya. Penelitian ini sekaligus akan membuktikan meskipun virus berusaha menembus plasenta, tetapi pada akhirnya virus tersebut tetap tidak bisa menyentuh janin.
Nah, apabila Bunda dalam keadaan hamil dan terkonfirmasi positif, jangan khawatir karena plasenta lindungi janin dari COVID-19. Fokus pada penyembuhan sehingga ibu dan janin bisa kembali sehat hingga hari kelahiran tiba.
****
Baca juga:
Kenali plasenta perkreta, kelainan plasenta paling bahaya bagi ibu hamil dan janin