Parents, merasa tidak, sih, jika para orangtua sedang berkumpul atau dalam gengibu-ibu, mereka kerap membandingkan anak yang satu dengan yang lain, dan seolah itu hal biasa. Padahal, dari membandingkan anak, bisa saja menimbulkan terjadinya persaingan antar orangtua.
Persaingan yang muncul pun cenderung tidak sehat, bahkan memicu adanya rasa kompetitif dari dalam diri para orangtua dalam hal mengasuh anak. Parahnya, persaingan antara orangtua bisa lebih “memanas” jika membandingkan anak sejak awal tumbuh kembangnya.
Contohnya saja jika ada seorang ibu yang berkata “Sudah umur segini anaknya masih belum bisa berbicara, ya?” atau “Kok, belum bisa merangkak juga, sih, anaknya?” bisa juga “Anak kita usianya sama, lho, tapi anakku sudah bisa jalan, anakmu belum“. Sederet pertanyaan maupun pernyataan itu sering memantik persaingan di kalangan orangtua.
Artikel Terkait: Akibat Buruk Membandingkan Anak Kita Dengan Anak Lain
Tidak cukup saat anak-anak masih kecil, ternyata ketika anak tumbuh dewasa, kondisi itu pun sering kali terus berlanjut dan terasa ada di mana-mana. Semua ingin anaknya menjadi “bintang”.
Akan tetapi, orangtua terlalu sering lupa bahwa anak-anak adalah individu yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatannya sendiri. Secara intelektual, mayoritas orangtua mampu menerima itu. Namun secara emosional, rasanya lebih sulit untuk menerima.
Perbandingan dalam hal tumbuh kembang anak memicu perasaan iri dan kecemasan orangtua. Tak jarang, hal ini memengaruhi hubungan persahabatan di kalangan orangtua itu sendiri.
Saat seorang teman memberitahu Parents bahwa anaknya yang berusia tiga tahun sedang membaca, Parents mungkin diam-diam merasa gagal, lalu bertanya-tanya “mengapa anakku yang seumuran belum bisa membaca?“. Pikiran dan perasaan ini dapat mulai berdampak negatif pada kondisi mental, sehingga menghasilkan perilaku yang mungkin saja mulai memengaruhi kualitas persahabatan.
6 Tips Menghadapi Persaingan Antar Orangtua
Jika Parents terjebak dalam kondisi ini, segera atasi dengan 6 cara berikut ini.
1. Bertanya pada Diri Sendiri
Terkadang ketika bertemu orangtua yang punya sifat bersaing yang tinggi, muncul pertanyaan dalam diri, “Ini maksudnya apa ya? Mau menilai kemampuan saya sebagai orangtua apa gimana?”
Memang dibutuhkan pikiran yang jernih untuk menyadari bahwa tidak semua orangtua kompetitif bermaksud untuk menilai kemampuan orangtua lainnya. Bisa jadi, dia memang hanya ingin memamerkan kemampuan anaknya. Kalau sudah begitu, Parents cukup menjadi pendengar yang baik.
Artikel Terkait: Jangan ditiru! Orangtua berkelahi di arena bermain anak
2. Lihat Sisi Positifnya, Cara Atasi Persaingan Antar Orangtua
Ketika berurusan dengan orangtua kompetitif, mudah untuk merasa kesal dan cemas karena mereka memicu rasa kompetitif dalam diri sendiri. Namun sebaiknya, cobalah berfokus pada hal-hal positif yang bisa diperoleh dari hubungan pertemanan dengan oknum tersebut.
Misalnya, teman Parents itu mungkin adalah seseorang yang memiliki ide-ide bagus tentang permainan untuk menghibur anak-anak, atau mungkin dia punya koneksi ke komunitas ibu-ibu yang oke, atau bahkan dia memberi ide-ide baru untuk makanan si kecil.
Cukup tanamkan dalam kepala bahwa setiap orang memiliki sisi positif dan negatif.
3. Kendalikan Diri dalam Memberi Penilaian
Ketika orangtua lain menerapkan pola asuh yang berbeda pada anaknya, jangan buru-buru memberi penilaian. Apalagi memberi saran tanpa diminta, big no!
Cobalah memahami kondisi orangtua tersebut, situasi yang dia hadapi mungkin tak sama dengan Anda. Lagi pula, bukan perkara mudah menentukan pola asuh yang tepat untuk si kecil.
Artikel Terkait: Surat terbuka untuk para orangtua yang kerap menyalahkan orangtua lain
4. Kontrol Reaksi, Jangan Terpancing
Kita tidak dapat menghentikan orangtua lain untuk menyombongkan diri, tetapi kita dapat mengontrol cara Anda mendengar dan bereaksi. Alih-alih membalas dengan perilaku serupa, akan lebih baik jika Parents bersikap netral dan hindari bereaksi berlebihan.
Tak jarang orangtua yang menyombongkan tumbuh kembang anaknya itu hanya butuh pengakuan. Begitu mereka tidak mendapat respons sesuai harapan, bisa jadi mereka akan mengurangi sifatnya yang menyebalkan.
5. Jaga Jarak Bila Perlu
Jika Parents merasa tak tahan berada di lingkungan orangtua yang punya tingkat persaingan tinggi, tak ada salahnya membuat jarak. Daripada mengorbankan kewarasan dengan tetap berada di sana, lebih baik cari komunitas orangtua lainnya yang lebih positif.
Berlama-lama dalam komunitas tak sehat bisa jadi menumbuhkan perilaku yang juga tak sehat. Perlaku kompetitif itu bisa ‘menular’ dari satu orangtua ke orangtua lainnya, lho.
6. Sharing dan Saling Merangkul, Atasi Persaingan Antar Orangtua
Bersaing antar orangtua tak memberikan keuntungan yang positif, kecuali Parents semakin tertekan dan cemas. Maka berhentilah menanamkan pola persaingan yang tidak perlu.
Lebih baik Parents memperkuat rasa persaudaraan, saling sharing dan merangkul satu sama lain. Dengan begitu, orangtua bisa memperluas wawasan tanpa harus saling menjatuhkan.
Itulah 6 tips menghindari persaingan antar orangtua. Semoga bermanfaat untuk Parents.
Baca Juga:
id.theasianparent.com/komunitas-ibu