Bagi para penyintas kanker, masker merupakan kebutuhan khusus untuk melindungi diri dari polusi dan debu. Setidaknya hal ini diakui oleh seorang ayah dan anak yang mengalaminya.
Sayangnya, belakangan ini ketika pemberitaan positif virus COVID-19 di Indonesia diumumkan, masker menjadi barang langka. Jika ada, harganya pun tidak masuk akal karena melambung tinggi.
Kondisi ini tentu saja membuat orang yang benar-benar membutuhkannya seperti seperti penderita kanker merasa kesulitas dan resah.
Dampak harga masker melambung dan langka bagi orang kondisi kesehatan khusus seperti penyintas kanker
Susanto Tan (46) dan putrinya yang bernama Celine (6) merupakan para penyintas kanker. Ia divonis menderita kanker nasofaring, sementara putrinya menderita leukimia atau kanker darah.
Dalam kehidupan sehari-hari, masker merupakan kebutuhan keduanya untuk melindungi kondisi tubuh dari paparan polusi udara. Apalagi, Susanto juga perlu melakukan perjalanan ke Jakarta setiap 3 bulan sekali untuk melakukan kontrol kesehatan.
“Karena masih dalam tahap kontrol, kebutuhan masker tentu sangat penting. Kondisi tubuh kami masih rentan terhadap asap, debu, dan polusi udara,” cerita Susanto seperti yang dikutip dari laman Kompas.
Sama seperti Susanto, Celia juga masih perlu cek darah setiap bulannya di Potianak, kota domisili mereka.
Akibat virus corona yang sudah sampai di Indonesia, ayah dan anak penyintas kanker itu merasa kesulitan mendapatkan masker.
Sumber foto: Kompas.com
Bukan hanya di Jakarta, di Potianak pun masker sangat langka. Jika ada, harganya melambung dari yang biasanya. Menurut Susanto, harga masker normalnya Rp 23.000 hingga Rp 40.000. Namun sekarang sudah mencapai Rp 200.000 lebih.
“Harapan saya, harga masker normal. Boleh naik tapi sewajarnya, Rp 50.000 misalnya. Kalau sampai Rp 200.000, bonyoklah saya,” ungkap Susanto.
Tidak hanya mahal, stok masker juga terbilang langka di berbagai daerah, termasuk Kalimantan. Susanto juga bercerita, ia terpaksa melakukan perjalanan lebih dari 50 kilometer untuk mendapatkan benda tersebut.
“Kemarin saya ke Kabupaten Mempawah. Saat perjalanan pulang, saya sengaja singgah di setiap toko yang dilewati. Tapi stok masker dan pembersih tangan (antiseptik) kosong,” paparnya.
Sikap dalam menyikapi wabah yang terjadi
Setelah ada dua orang warga Indonesia yang dinyatakan positif corona, wajar saja bila masyarakat khawatir. Namun, tentu saja tidak perlu sampai panik secara berlebihan.
Misalnya, sampai harus memborong (panic buying) kebutuhan pokok hingga menimbun masker atau cairan antiseptik pembersih tangan demi terlindungi dari virus. Bahkan, ada juga orang yang menimbun tapi sebenarnya mereka tidak terlalu membutuhkan barang-barang tersebut.
Sikap tersebut tentu saja berdampak pada stok masker dan kebutuhan lain langka. Hingga akhirnya beberapa oknum pun menjadikan momen ini sebagai kesempatan untuk menjual masker dan antiseptik dengan harga tinggi, bahkan dengan harga yang tidak wajar.
Fenomena ini pun pada akhirnya akan memengaruhi banyak hal. Salah satunya berdampak pada orang yang justru membutuhkan masker untuk bertahan hidup. Salah satunya, orang yang memiliki kondisi kesehatan khusus seperti para penyintas kanker, menjadi tidak bisa memenuhi kebutuhan hariannya.
Lalu, bagaimana menyikapi virus corona dengan baik?
Untuk mengatasi kondisi wabah, tentunya kita memang perlu waspada dan mengupayakan beberapa langkah pencegahan.
Namun, kita tidak perlu merasa khawatir dan panik berlebihan. Pasalnya, rasa cemas dan khawatir yang terus menghantui malah tidak baik untuk kondisi kesehatan. Sikap tersebut malah akan membuat tubuh rentan terkena paparan virus atau pun jenis penyakit lainnya.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan sebagai upaya pencegahan virus corona di antaranya adalah:
- Tetap tenang. Upayakan untuk tidak merasa khawatir dan stress berlebihan. Hal ini akan membuat sistem imun tubuh malah semakin menurun dan rentan terpapar virus.
- Upayakan untuk tidak melakukan panic buying. Belilah kebutuhan pokok atau kebutuhan kesehatan seperlunya.
- Jika sehat, Anda tidak perlu memakai masker. Pasalnya, virus corona tidak menular lewat udara, melainkan melalui droplet atau percikan air mulut penderita.
- Dianjurkan memakai masker hanya jika sedang sakit atau merawat orang yang terduga terinfeksi Covid-19.
- Terapkan etika batuk dan bersin yang benar.
- Rajin membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir, atau menggunakan hand sanitizer yang mengandung 70% persen alkohol.
- Menjaga daya tahan tubuh, mengonsumsi makanan bernutrisi atau pun meminum vitamin.
- Hindari kontak langsung dengan hewan liar atau pun bepergian ke tempat yang sudah terinfeksi.
Penyebaran virus Covid-19 ini memang terbilang cepat. Namun, kita juga perlu ingat bahwa grafik statistik kemungkinan sembuh dari virus ini juga terbilang tinggi, yakni 50% lebih. Hingga berita ini ditulis, data paparan menunjukkan 95,488. Namun, angka pasien yang sudah dinyatakan sembuh juga semakin bertambah, yakni 53,689.
Oleh karena itu, Parents bisa tetap waspada dan mempraktikan upaya pencegahan tanpa khawatir berlebih. Covid-19 merupakan self limited disease, yaitu penyakit yang bisa sembuh sendiri jika seseorang memiliki sistem imun yang baik.
Maka, tetap jaga kebersihan dan kesehatan tubuh agar kita semua bisa terhindari dari paparan virus ini, ya, Parents.
Semoga bermanfaat!
***
Baca:
Ciri-ciri awal infeksi virus corona pada ibu hamil, Bunda wajib tahu!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.