Pelecehan seksual pada anak bisa dialami siapa pun juga. Pun dengan pelakunya, bisa dilakukan oleh orang terdekat dan sosok yang sangat dipercaya. Kasus yang belum lama ini terungkap, di mana penyimpangan seksual oleh guru pada muridnya bisa menjadi menjadi salah satu bukti.
Sampai tulisan ini dibuat, kasus guru pria di salah satu SMA di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, melakukan pelecehan seksual kepada seorang murid laki-laki ini masih dalam tahap penyelidikan pihak berwajib.
Selain kepolisian, kasus ini pun sedang ditangani lebih lanjut oleh Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Kepulauan Riau. Dilansir dari Kompas.com, Ketua KPPAD Ery Syahrial mengungkapkan, “Ini perbuatan memalukan yang tidak pantas untuk ditiru.”
Kronologi kejadian
Dikutip dari laman Kompas, kasus ini sebenarnya terjadi satu tahun yang lalu.
Bermula saat sang guru diduga memiliki perasaan terhadap muridnya. Namun, sang murid sama sekali tidak merespon sehingga membuat guru itu memilih jalan lain, yakni menjebak sang murid dengan mengikatnya dan melakukan pelecehan seksual kepada murid tersebut.
“Murid itu diikat lalu dipaksa menunjukan organ kemaluan serta melakukan onani di hadapan guru itu. Kalau dilihat dari kronologinya, guru ini diduga LGBT,” ungkap Ery seperti yang dilansir dari Kompas.com.
Seolah tidak cukup, ternyata murid laki-laki yang menjadi korban bahkan dipaksa untuk melayani nafsu seksual sembari direkam oleh pelaku. Parahnya lagi, video rekaman itu pun kini sudah tersebar luas. Meski belum ada penjelasan pasti mengapa video bisa tersebar, tetapi hal ini jelas memicu terganggunya kesehatan mental korban.
Peristiwa ini pun membuat korban dipindahkan ke Batam. Namun, belakangan ini pelaku justru kembali mengancam korban. Hal inilah yang mendorong orangtua korban diketahui telah melaporkan kasus ini kepada kepolisian Tanjungpinang. Harapannya, tidak ada lagi korban yang menderita.
Sayangnya guru tersebut belum diamankan hingga saat ini. Kasus ini pun masih dalam proses penyelidikan dan akan kembali diekspos setelah diketahui kebenarannya secara lengkap.
Kondisi mental korban pelecehan seksual
Kejadian tersebut menunjukkan bahwa kekerasan seksual bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang identitas gender. Tak ubahnya dengan efek atau risiko yang bisa dirasakan oleh anak perempuan, anak lelaki yang menjadi korban pelecehan juga bisa mengalami kondisi psikologis dan rasa trauma.
Menurut sebuah jurnal yang diterbitkan di National Center for Biotechnolgy Information, seorang laki-laki yang menjadi korban pelecehan seksual pun cenderung menanggung beban sosial yang lebih berat akibat stigma sosial bahwa maskulinitas laki-laki akan dicap lemah karena pelecehan.
Setiap korban pelecehan seksual sebenarnya menunjukkan respon psikologis yang berbeda, tetapi beberapa gangguan psikologis yang umumnya mereka alami di antaranya:
- Mengalami gangguan kecemasan atau pun serangan panik
- Depresi
- Trauma
- Kekhawatiran akan orientasi atau identitas seksualnya
- Merasa cemas dan cenderung kurang tidur
- Menjadi lebih tertutup dengan lingkungan sosialnya, bahkan bisa saja ia menjaga jarak dengan teman dekat dan keluarganya
- Merasa takut berlebih
Bentuk dukungan untuk korban pelecehan seksual
Menceritakan perasaan atau bersikap terbuka kepada orang lain mengenai pelecehan seksual bukanlah hal yang mudah. Perasaan trauma dan takut dihakimi cenderung muncul pada korban sehingga ia merasa enggan untuk bersikap terbuka.
Oleh karena itu, dukungan dari orang-orang terdekat memang sangat penting untuk menyembuhkan rasa traumatis pada korban.
Tak hanya itu saja, untuk membantu menyembuhkan kondisi psikologis korban, ada beberapa langkah di bawah ini yang bisa dilakukan untuk memberikan dukungan :
- Menjadi pendengar baik yang tidak menghakimi
- Memahami perasaan korban. Berikan dukungan dengan kalimat seperti “Ini merupakan kejadian yang sulit buatmu”, “Jangan sungkan untuk menghubungiku jika kamu butuh bantuan, ya”, dan sebagainya.
- Hindari memaksa korban bercerita tentang pengalaman buruknya secara detail. Hal tersebut bisa saja membuat korban trauma dan memperburuk kondisi mentalnya.
- Doronglah ia untuk melakukan perawatan psikologis dengan tenaga ahli seperti psikolog, dokter, atau pun psikiater.
Dari kejadian tersebut, semoga Parents lebih waspada agar anak Anda tidak mengalami hal tersebut, ya. Jika ada seorang kenalan di lingkungan sosial Anda yang menjadi korban pelecehan seksual, tidak ada salahnya bila Parents ikut serta untuk memberikan dukungan agar kondisinya membaik secara mental.
***
Baca juga:
Mengapa pelecehan seksual jarang dipolisikan? Ini sebabnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.