3 Penyebab Stunting di Indonesia dan Cara Mengatasinya, Pahami Yuk!

Stunting masih menjadi masalah utama pertumbuhan anak di Indonesia. Jangan sampai buah hati Parents mengalaminya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Malnutrisi masih saja menjadi masalah pada isu pertumbuhan anak-anak di Indonesia, khususnya yang terkait dengan stunting. Apa sebenarnya penyebab stunting di Indonesia, serta bagaimana cara mengatasinya?

Masalah-Masalah Pertumbuhan Anak di Indonesia

Melalui program #MelajuKuatBersama Ibu PKK (Pahlawan Kemajuan Keluarga), Selasa (19/7/2022), Frisian Flag Indonesia menggandeng PKK Jawa Barat untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya pemenuhan gizi berkualitas dalam keluarga guna mencegah stunting.

Dalam hasil penelitian SEANUTS (The South East Asian Nutrition Surveys) II disebutkan, kasus stunting masih banyak ditemukan di Indonesia, terutama di Pulau Sumatra. Bahkan tidak hanya stunting, tetapi masalah pertumbuhan yang lainnya. Berikut ini penjelasannya:

  • Stunting 28,4 persen (1 dari 3,5 anak berperawakan pendek karena mengalami gizi kronis)
  • Anemia 25,8 persen (anak usia di bawah 5 tahun)
  • Obesitas hampir 15 persen (anak usia 7-12 tahun)

Disebutkan Ketua FKGK FKM UI Ahmad Syafiq Ir, MSc, PhD., tiga masalah pertumbuhan anak di Indonesia ini –sebenarnya masih banyak masalah yang lain- mewakili Triple Burden of malnutrition (Tiga Beban Masalah Gizi). Di antaranya adalah:

  1. Kekurangan gizi: Underweight (berat badan kurang), stunting (tinggi badan kurang), dan wasting (berat dan tinggi badan kurang)
  2. Defisiensi mikronutrien: Zat besi, vitamin A, iodium, vitamin D, vitamin B12, folat, kalsium, seng.
  3. Kelebihan gizi: Kegemukan dan obesitas.

Catatan dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 juga hampir sama. Anak Indonesia yang mengalami stunting ada 24,4%, wasting 7,1 %, dan underweight 17%.

3 Penyebab Stunting di Indonesia

1. Kurangnya Nutrisi sejak Dalam Kandungan

Penyebab stunting dimulai sejak anak masih berada di dalam kandungan. Dalam hal ini ibu turut berkontribusi, yakni dengan tidak memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak selama kehamilan.

Itulah alasannya, selama kehamilan, ibu wajib mengonsumsi makan makanan bergizi, yang tak hanya baik untuk dirinya sendiri, tetapi juga janin. Hal ini belum dipahami oleh banyak perempuan ketika merencanakan kehamilan dan selama kehamilan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Faktor Ekonomi Termasuk Salah Satu Penyebab Stunting di Indonesia

Kemiskinan kerap menjadi alasan orang tua tidak memenuhi gizi anak, sehingga akses terhadap gizi berkualitas masih terhambat.

3. Faktor Kebersihan dan Lingkungan

Masalah ini juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Aspek kebersihan erat kaitannya dengan kualitas kesehatan keluarga. Sebab sudah pasti, lingkungan yang sehat di rumah akan secara langsung dan tidak langsung akan membantu meningkatkan kesehatan setiap anggota keluarga.

Artikel terkait: 5 Cara Pemberian MPASI yang Benar untuk Bantu Mencegah Anak Stunting

Cara Mengatasi Stunting

  1. Khususnya untuk para calon ibu dan ibu untuk membekali diri dengan pengetahuan terkait kebutuhan gizi berkualitas bagi diri sendiri dan juga keluarga.
  2. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitarnya.
  3. Menurut pakar perencana keuangan Bareyn Mochaddin, ibu merupakan tokoh penting dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Bareyn menyarankan agar para ibu tak sekadar memanfaatkan penghasilan suami setiap bulan. “Tapi juga berusaha berkontribusi dalam perekonomian Misalnya dengan membuka bisnis kecil-kecilan,” terang Bareyn yang turut hadir dalam acara konferensi pers Frisian Flag Indonesia bertajuk Tingkatkan Kapasitas Perempuan untuk Bangun Keluarga Sehat, Sejahtera, dan Selaras.
  4. Khairunnisa Humaam, Senior Campaign Executive Waste4Change, mengemukakan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2020 yang menyebutkan 37,3% sampah yang ada di Indonesia berasal dari rumah tangga. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk turut mengelola sampah di lingkungan rumah.

Ini cara yang bisa dilakukan dalam hal pengelolaan sampah:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  1. Memisahkan sampah yang dapat didaur ulang dengan sampah makanan.
  2. Menerapkan 3R: Reuse (penggunaan kembali), Reduce (mengurangi penggunaan produk yang akan menjadi sampah), dan Recycle (mengolah sampah menjadi barang bermanfaat).
  3. Mengajak orang sekitar untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah.

Artikel terkait: Apakah Rokok Meningkatkan Risiko Stunting pada Anak? Ini Faktanya!

Mengatasi Malnutrisi

Ki-Ka: Ketua PKGK FKM UI, Ahmad Syafiq, Ir, MSc, PhD, Andrew F. Saputro, Bareyn Mochaddin, dan Khairunnisa Humaam dalam konferensi pers bersama Frisian Flag Indonesia, Selasa (19/7/2022).

Menurut Syafiq, ada salah satu nutrisi penting yang wajib ada dalam menu diet anak yaitu pangan hewani. Alasannya sebagai berikut:

  • Pangan hewani padat zat gizi makro dan mikro.
  • Mengandung zat gizi yang sulit ditemukan atau tidak ada di pangan nabati.
  • Mikronutrien yang dikandung mudah diserap tubuh.
  • Mutu protein tinggi dengan asam amino esensial lengkap.
  • Kandungan faktor antinutrient rendah.
  • Mengandung IGF-1 yang meningkatkan tinggi badan (khusus susu). IGF-1 adalah Insulin-Like Growth Factor-1, polipeptida rantai tunggal yang ada pada sekitar 70 asam amino.
  • Pada temuan terbaru, konsumsi protein menurunkan risiko obesitas yang secara metabolik tidak sehat.

Lantas bagaimana dengan anak yang memang sejak dini sudah diarahkan orang tuanya untuk menjadi vegan?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Untuk vegan, yang sama sekali tidak mengonsumsi bahan hewani, itu tidak dianjurkan untuk anak-anak yang masih tumbuh kembang, dengan alasan pangan hewani itu sangat diperlukan. Nanti ditakutkan ada zat-zat mikronutrien yang dibutuhkan anak tidak tercukupi,” jelas Syafiq.  

Jika memang terpaksa, mungkin karena alasan kepercayaan, Syafiq memberi toleransi sampai pada batas menjadi Lacto-Vegetarian karena masih mendapatkan protein hewani dari susu. “Jadi jangan langsung ke vegan kalau masih anak-anak. Itu saran saya.”

Lacto–Vegetarian adalah orang yang tidak mengonsumsi protein hewani kecuali produk susu, seperti susu, yoghurt, dan keju.

***

Harapannya dengan melakukan setiap usaha di atas, masalah pertumbuhan anak seperti stunting bisa segera diselesaikan atau secara perlahan mengurangi jumlah anak stunting di Indonesia. Dan dengan menggandeng ibu-ibu PKK, program ini bisa berjalan dengan cepat dan tepat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Ibu memiliki peran besar dalam pemenuhan gizi harian keluarga dan mencegah malnutrisi. Sementara terkait kesejahteraan, tak sedikit perempuan yang turut ambil bagian dalam pemenuhan ekonomi, sekaligus pengelola keuangan keluarga. Tak hanya itu, mereka juga tumpuan dalam menjaga kelestarian lingkungan, dimulai dari pengelolaan sampah rumah tangga. Inilah yang mendasari kami menggandeng komunitas Ibu-Ibu PKK, dan menggagas program #MelajuKuatBersama Ibu PKK (Pahlawan Kemajuan Keluarga),” terang Andrew F. Saputro, Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia.

Baca juga:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan