Setiap anak tentu saja unik. Mereka akan tumbuh dengan kemampuan dan keterampilan yang berbeda-beda. Hal ini tentu saja berlaku bagi anak autis, di mana ada beberapa kelebihan anak autis yang perlu dipahami oleh siapa pun juga, khususnya Parents.
Sebuah kekeliruan jika selama ini masih banyak masyarakat yang memandang jika anak yang mengalami Autism Spectrum Disorder (ASD) atau autis memiliki pemikiran terbatas. Sulit menyalurkan kreativitas atau bahkan kesulitan untuk berpikir kreatif.
Namun pada kenyataannya, anak berkebutuhan khusus juga bisa memiliki beragam kelebihan selayaknya anak normal lain. Salah satu contoh kelebihan anak pengidap autis adalah, ia dinilai lebih maju dalam bidang musikal dibandingkan dengan anak lainnya.
4 Kelebihan anak autis dan cara mengembangkan kemampuannya
“Tuhan itu Maha Adil, ya. Kalau Dia memberi kekurangan, pasti Dia menyertakan kelebihan juga di dalamnya.”
Kalimat di atas terlontar dari Gayatri Pamoedji, seorang psikolog sekaligus Ketua Yayasan Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI). Saat ditemui theAsianparent, ia bercerita bahwa anak autis kerap dipandang sebelah mata oleh banyak orang.
Padahal sebenarnya, meski anak autis berperilaku dan memiliki pola pikir berbeda dari anak lainnya, mereka juga memiliki keterampilan lebih baik dalam beberapa bidang. Beberapa bidang yang dikuasai anak autis di antaranya adalah:
- Musikal
- Visual
- Pengelolaan data
- Matematika
Pemikiran autis kerap juga diasumsikan lebih condong pada logika dibandingkan dengan hal yang bersifat seni atau kreativitas. Namun, penelitian terbaru yang dilakukan peneliti dari Universitas East Anglia menunjukkan hasil yang cukup berbeda dari asumsi awal tersebut.
Studi perilaku itu dilakukan oleh para peneliti dengan cara memberikan semacam tugas pada kelompok individu dengan tingkat autisme yang berbeda. Para peneliti meminta mereka untuk menginterpretasi gambar abstrak dalam satu menit kemudian diminta untuk memberikan saran agar gambar itu bisa dikembangkan menjadi karya yang memiliki nilai guna sekaligus inovatif.
Hasil yang didapatkan peneliti adalah, individu dengan sifat autis yang lebih kental memang memberikan saran lebih sedikit daripada individu lain. Meski demikian, saran tersebut dinilai memiliki tingkat orisinalitas dan kreativitas yang lebih besar.
Tingkat kreativitas yang asli dan terbilang out of the box tersebut pun selanjutnya bisa membuat anak autis lebih mudah belajar dan menyerap pengetahuan akan musik atau pun seni visual.
Selaras dengan apa yang dipaparkan dalam hasil penelitian, Gayatri juga berpendapat bahwa anak autis memang memiliki kelebihan dalam bidang musik. Bahkan, anak autis pun cenderung bisa membuat musik yang bagus meski dari alat seadanya.
Ia menjelaskan, bahwa sebenarnya kategori matematika dan musikal bisa jadi satu karena kedua bidang tersebut berkaitan secara tidak disadari.
“Waktu beberapa tahun lalu juga pernah ada acara di mana anak autis ini mengisi acara dengan bermain alat musik seperti selo sama piano. Mereka tampil disaksikan sama Pak Ahok sampai dia kagum. Anak Pak Ahok ikut les musik tapi kemampuannya nggak bisa kayak anak-anak ini katanya,” ungkap Gayatri.
Mengembangkan kemampuan anak autis
Seorang anak yang memiliki kelebihan tentu saja tidak akan berkembang jika orangtua tidak memberikan wadah atau kesempatan untuk mengembangkannya. Agar kelebihan anak autis terus berkembang, khususnya di dalam bidang musikal, visual, pengelolaan data, matematika, Gayatri juga menekankan bahwa orangtua juga harus mengambil peran besar.
Ketua yayasan MPATI itu memaparkan, “Bukan hanya untuk anak autis, ini berlaku juga untuk semua anak, ya. Mereka harus dikasih kesempatan untuk mengembangkan apa yang mereka suka. Orangtua harus memberi fasilitas. Pernah mendengar analis SWOT? Nah, kalau saya dan suami pakai metode itu. Kita rutin bikin daftar-daftarnya setiap tahun.”
Analisis SWOT yang dimaksud Gayatri ini merupakan metode analisis yang biasanya digunakan perusahaan atau individu dalam mencapai suatu tujuan dengan cara mengidentifikasi yang menjadi Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Oportunity (Peluang), dan juga Threats (Ancaman) pada anak.
Gayatri menilai bahwa metode ini pun dinilai sebagai salah satu cara ampuh untuk mengembangkan bakat anak, termasuk anak autis.
Oleh karena itulah ia mengingatkan sebagai orangtua, Parents harus memahami terlebih dahulu apa kekuatan yang dimiliki anak, sekiranya bidang apa yang ia suka dan juga kuasai.
Setelah itu, orangtua bisa mulai mencari peluang dengan cara mengikutsertakan si kecil dalam kegiatan yang berkaitan dengan bidang yang ia suka. Jangan lupa, pahami juga sekiranya kelemahan anak di mana serta amati faktor lingkungan yang bisa menjadi ancaman bagi anak dalam proses mengembangkan bakatnya.
“Kalau anak saya itu sangat suka makan, ya. Dia laki-laki. Karena suka makan, saya usulkan saja agar ia belajar masak jadi dia bisa belajar membuat hidangan yang bisa ia makan. Terus saya juga bilang, kalau profesi chef adalah profesi yang terbilang seksi di masa depan. Jadi tidak ada salahnya dia belajar masak. Dan benar saja, sekarang dia sukses jadi Chef,” cerita Gayatri.
Dalam mengembangkan bakat anak autis, Gayatri juga berpesan bahwa orangtua harus berpikiran terbuka. Jangan selalu fokus pada kekurangan anak, tapi fokuslah pada kelebihan yang ia miliki. Dengan demikian, kelebihan tersebut bisa menjadi modal untuk masa depannya kelak.
“Pola pikir kita juga harus bisa diubah. Jangan selalu berpikir gimana nanti anak-anak spesial ini bisa lulus sekolah, tapi pikir jugalah bagaimana caranya dia bisa masuk ke dunia kerja dan bertahan hidup,” tutupnya.
***
Baca juga:
Anaknya didiagnosis autis saat 6 bulan, ini cara Dian Sastro mendeteksinya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.