Setelah melahirkan, ibu baru mungkin akan cenderung lebih fokus merawat bayi. Namun, Bunda sebaiknya tak lupa bahwa tubuh Bunda juga memerlukan perhatian karena masih dalam masa pemulihan. Ada beberapa penyakit setelah melahirkan normal yang dapat mengancam jiwa dan banyak yang tidak menyadari tanda dan gejalanya.
Mengetahui mengenai tanda-tanda komplikasi kesehatan dapat membantu menyelamatkan nyawa. Mendapatkan penanganan dan perawatan dengan cepat untuk penyakit yang diderita dapat membantu mencegah kondisi tertentu yang mengancam jiwa.
Apa saja penyakit yang dapat muncul setelah melahirkan? Berikut adalah ulasannya?
Artikel Terkait: Pahami 5 Perubahan Vagina Setelah Melahirkan
10 Penyakit Setelah Melahirkan Normal
1. Perdarahan atau Hemoragi
Sumber: Shutterstock
Perdarahan normal terjadi segera setelah melahirkan, tetapi Bunda perlu waspada akan perdarahan berat yang terjadi pada 2% kelahiran. Perdarahan postpartum merupakan penyebab kematian ibu yang ketiga terbanyak.
Hal ini terjadi karena rahim gagal berkontraksi dengan baik setelah plasenta lahir atau karena robekan pada rahim, leher rahim, atau vagina.
Cara Mengatasi:
Jika terjadi perdarahan parah setelah persalinan, bidan atau dokter mungkin akan membantu memijat rahim untuk membantunya berkontraksi. Pemberian hormon oksitosin juga bisa dilakukan untuk merangsang kontraksi. Jika ibu kehilangan darah berlebihan, dapat dilakukan transfusi darah.
2. Infeksi atau Sepsis
Sumber: Shutterstock
Ada beberapa jenis infeksi yang lazim terjadi setelah melahirkan seperti infeksi rahim dan ginjal.
Pada umumnya, plasenta akan otomatis terlepas dari dinding rahim dan keluar melalui vagina dalam waktu 20 menit setelah melahirkan. Jika ada jaringan atau potongan plasenta tertinggal di rahim, maka dapat menyebabkan infeksi.
Infeksi ginjal terjadi jika ada bakteri menyebar dari kandung kemih. Gejalanya seperti rasa ingin buang air kecil terus-menerus yang disertai demam tinggi, nyeri punggung bagian bawah, dan sembelit.
Cara Mengatasi:
Infeksi rahim biasanya diobati dengan antibiotik yang diberikan intravena untuk mencegah komplikasi. Begitu pula dengan infeksi ginjal, tetapi dokter mungkin akan meresepkan antibiotik oral.
3. Penyakit Setelah Melahirkan Normal, Kardiomiopati Peripartum
Sumber: Shutterstock
Kardiomiopati atau penyakit otot jantung dapat terjadi setelah melahirkan yang juga dikenal sebagai kardiomiopati peripartum. Kondisi ini adalah bentuk dari gagal jantung yang dapat terjadi pada trimester terakhir kehamilan atau hingga lima bulan setelah melahirkan.
Kardiomiopati menyebabkan ruang jantung membesar dan otot melemah. Hal tersebut menyebabkan aliran darah menjadi lebih sedikit dan jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen untuk organ-organ tubuh.
Gejala kardiomiopati peripartum adalah:
- Kelelahan
- Jantung berdebar kencang
- Peningkatan buang air kecil di malam hari
- Sesak napas saat beraktivitas dan saat berbaring
- Pembengkakkan pergelangan kaki
- Pembengkakkan pada vena leher
- Tekanan darah rendah
Cara Mengatasi:
Pengobatan kardiomiopati dilakukan untuk menjaga agar cairan berlebih tidak terkumpul di paru-paru dan memulihkan kondisi jantung. Ini dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk memulihkan fungsi jantung.
Artikel Terkait: Ini 5 Perlengkapan Setelah Melahirkan yang Wajib Bunda Miliki
4. Trombosis Vena Dalam
Sumber: Shutterstock
Kehamilan meningkatkan tekanan di pembuluh darah pada panggul dan kaki. Risiko pembekuan darah dari kehamilan cukup tinggi hingga enam minggu pascapersalinan. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kondisi ini adalah trombosis vena dalam.
Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam terjadi ketika adanya gumpalan darah (thrombus) yang terbentuk di satu atau lebih vena dalam tubuh, biasa pada kaki. Kondisi ini menyebabkan rasa nyeri dan pembengkakkan pada kaki.
Trombosis vena dalam bisa jadi berbahaya karena gumpalan darah di pembuluh darah bisa lepas dan mengalir dalam aliran darah. Gumpalan tersebut bisa tersangkut di paru-paru yang menyebabkan emboli paru. Ketika DVT dan emboli paru terjadi bersamaan, kondisinya dinamakan tromboemboli vena.
Cara Mengatasi:
Jika Bunda menjalani operasi atau bedrest, usahakan untuk bergerak sesegera mungkin untuk melancarkan aliran darah. Merokok dan obesitas juga meningkatkan risiko terkena DVT, sehingga penting untuk menerapkan gaya hidup sehat. Lakukan olahraga teratur yang dapat menurunkan risiko pembekuan darah.
5. Emboli Paru Trombotik
Sumber: Shutterstock
DVT dapat menyebabkan emboli paru dimana gumpalan darah terjepit di dalam arteri paru-paru. Bunda memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi ini jika salah satu anggota keluarga pernah mengalami DVT atau emboli paru di masa lampau.
Emboli paru dapat mengancam nyawa. Menurut salah satu studi, satu dari tiga orang yang mengalami emboli paru yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati tidak dapat bertahan hidup.
Gejala emboli paru di antaranya adalah sebagai berikut:
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Batuk
- Detak jantung cepat atau tidak teratur
- Sakit kepala
- Keringat berlebihan
- Demam
- Sakit kaki atau bengkak
- Kulit pucat
Cara Mengatasi:
Pemberian antikoagulan atau obat pengencer darah dapat diberikan untuk mengatasi penggumpalan darah. Jika gumpalan tidak juga hilang, dapat diberikan obat-obatan trombolitik.
6. Penyakit Setelah Melahirkan Normal, Emboli Cairan Ketuban
Sumber: Shutterstock
Emboli cairan ketuban adalah kondisi langka di mana cairan ketuban atau sel-sel dari janin memasuki aliran darah ibu. Hal ini disebabkan adanya kerusakan pada plasenta yang mengelilingi bayi dalam rahim.
Ketika kerusakan tersebut terjadi, sistem kekebalan tubuh akan merespons dengan cara melepaskan hormon yang menyebabkan reaksi inflamasi sehingga mengaktifkan pembekuan darah abnormal di paru-paru dan pembuluh darah ibu.
Gejala dari emboli cairan ketuban meliputi:
- Sesak napas yang tiba-tiba
- Tekanan darah rendah
- Kolaps kardiovaskular atau kegagalan jantung
- Pendarahan dari rahim
- Panas dingin
- Detak jantung yang cepat
- Kejang-kejang
- Penurunan kesadaran
Cara Mengatasi:
Emboli cairan ketuban membutuhkan penanganan segera untuk mengatasi oksigen darah yang rendah dan tekanan darah yang rendah. Perawatan darurat bisa meliputi pemasangan kateter, oksigen, obat-obatan, dan transfusi darah.
7. Hipertensi
Sumber: Shutterstock
Hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan atau gangguan hipertensi kehamilan adalah kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi selama kehamilan atau pada ibu yang baru saja melahirkan hingga enam minggu pertama pascapersalinan.
Kondisi ini dapat menyebabkan masalah medis dalam jangka panjang seperti kerusakan organ, kehilangan penglihatan, penyakit jantung, kejang, stroke, bahkan kematian. Menurut CDC, gangguan hipertensi kehamilan menyumbang hampir dari 10% kematian ibu dalam 42 hari setelah melahirkan.
Cara Mengatasi:
Pengobatan akan dianjurkan jika ibu mengalami tekanan darah tinggi terus-menerus pascakelahiran. Dokter mungkin akan meresepkan obat darah tinggi.
Artikel Terkait: 7 Pengalaman Paling Mengejutkan Sesaat Setelah Melahirkan
8. Preeklampsia Postpartum
Sumber: Shutterstock
Preeklampsia postpartum adalah salah satu komplikasi dari hipertensi postpartum. Ini merupakan kondisi langka di mana ibu pascamelahirkan memiliki tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine.
Sebagian besar kasus preeklampsia postpartum terjadi dalam jangka waktu 48 jam setelah melahirkan, tetapi bisa juga dalam waktu enam minggu atau lebih setelah melahirkan.
Berikut adalah gejala preeklampsia postpartum:
- Hipertensi dimana tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
- Sakit kepala
- Penglihatan buram
- Sensitif terhadap cahaya
- Nyeri di perut bagian atas
- Mual dan muntah
- Sesak napas
- Jarang buang air kecil
Cara Mengatasi:
Segeralah berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah dan obat lain seperti magnesium sulfat untuk mencegah kejang-kejang. Selain itu, perlu juga menerapkan gaya hidup sehat dan aktif bergerak.
9. Penyakit Setelah Melahirkan Normal, Stroke
Sumber: Shutterstock
Risiko lain yang mengintai akibat hipertensi postpartum adalah penyakit stroke. Faktanya ada peningkatan risiko stroke selama kehamilan dan periode postpartum dengan risiko terbesar.
Stroke adalah kondisi medis serius yang mengancam nyawa karena suplai darah ke bagian otak terputus. Berikut adalah ciri-ciri stroke yang perlu diwaspadai.
- Mati rasa mendadak di wajah, lengan, atau kaki dan bisa terjadi di salah satu sisi tubuh
- Kebingungan tiba-tiba
- Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan
- Melemahnya penglihatan di satu atau kedua mata
- Sulit berjalan
- Sakit kepala parah
- Kehilangan keseimbangan dan kurangnya koordinasi tubuh
Cara Mengatasi:
Perawatan darurat untuk stroke tergantung dari jenis penyakitnya yaitu stroke iskemik (gumpalan darah menyumbat pembuluh darah ke otak) atau stroke hemoragik (yang melibatkan adanya pendarahan ke otak).
Untuk mengobati stroke iskemik, dokter harus segera mengembalikan aliran darah ke otak dengan pengobatan IV darurat atau prosedur endovaskular darurat.
Sementara perawatan untuk stroke hemoragik akan berfokus pada pengendalian pendarahan dan pengurangan tekanan di otak yang disebabkan oleh kelebihan cairan lewat operasi.
Setelah mendapatkan penanganan darurat, pasien stroke umumnya disarankan untuk melakukan terapi rehabilitasi untuk mengembalikan kemampuan mengontrol anggota tubuhnya.
10. Inkontinensia Urine
Sumber: Shutterstock
Inkontinensia urine adalah buang air kecil yang keluar tanpa disengaja, terutama saat tertawa, batuk, atau mengejan. Hal ini umum terjadi karena selama kehamilan dan persalinan terjadi peregangan pada otot panggul. Biasanya inkontinensia urine dialami oleh ibu yang mengalami penyulit ketika melahirkan secara pervaginam sehingga proses persalinan menjadi lama.
Cara Mengatasi:
Untuk mengatasinya, Bunda bisa melakukan senam kegel untuk mengembalikan tonus otot panggul menjadi normal kembali.
Cara Mencegah Penyakit Setelah Melahirkan Normal
Saat masa kehamilan, pertimbangkan untuk memikirkan rencana perawatan pascapersalinan, terutama jika Bunda memiliki faktor risiko tinggi seperti penyakit jantung, obesitas, atau tekanan darah tinggi.
Prioritaskan kesehatan Bunda pascapersalinan. Utamakan untuk beristirahat dan memulihkan tubuh setelah melalui proses persalinan, jangan lupa pula untuk mengonsumsi makanan bernutrisi dan bergizi seimbang.
Dalam 12 minggu setelah melahirkan, Bunda bisa melakukan kontrol evaluasi pascapersalinan dengan dokter secara rutin. Bicarakan tentang gejala apa saja yang dirasakan setelah persalinan dan penanganan yang mungkin diperlukan.
Itulah beberapa penyakit yang dapat muncul setelah melahirkan normal. Semoga dapat bermanfaat.
Baca Juga:
6 Perubahan Tubuh Setelah Melahirkan yang Dialami Semua Ibu
Benarkah buang air besar pertama kali setelah melahirkan lebih sakit dari persalinan? Baca 4 penjelasannya!
10 Larangan Setelah Melahirkan Normal yang Perlu Bunda Hindari
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.