Dokter spesialis anak, konsultan saraf anak, sekaligus penulis, dr. Arifianto, Sp.A(K) atau yang akrab disapa dokter Apin mengunggah cuitan terkait lonjakan penyakit pneumonia pada anak di Twitter, Senin (24/01/2022).
Dalam cuitannya tersebut ia menjelaskan bahwa kasus pneumonia pada anak meningkat drastis dalam beberapa pekan terakhir. Terkait hal itu, ia pun ingin membagikan pengalaman sekaligus pelajaran bagi orang tua.
“Setidaknya ini yang saya dan teman-teman sejawat dokter anak alami. Sejauh ini, yang kami rawat masih negatif semua PCR SARS-COV 2 nya. Tapi, ada beberapa pelajaran yang ingin saya bagikan,” tulisnya.
Tentunya kasus pneumonia ini jadi hal mengkhawatirkan bagi orang tua yang memiliki anak balita atau batita di rumah. Seperti apa pelajaran dan pengalaman dokter Apin dalam menangani penyakit pneumonia pada anak?
Artikel Terkait: Vaksin Pneumonia: Manfaat, Jenis, dan Efek Sampingnya
8 Poin Penting Terkait Penyakit Pneumonia pada Anak
1. Penyakit Pneumonia pada Anak Menyerang Anak Usia Kurang dari 6 Bulan
Dalam cuitan tersebut, dokter Apin menjelaskan bahwa mayoritas penyakit pneumonia pada anak yang ia temui di rumah sakit tempatnya bekerja yakni di bilangan DKI Jakarta, berusia kurang dari 6 bulan.
“Bahkan ada yang baru berusia 2-3 bulan. Mereka belum sempat dapat vaksin DPT kombo dosis pertama, karena belum usianya sudah keburu sakit. Inilah pentingnya vaksinasi tepat waktu,” jelasnya.
2. Ingatkan Orang Tua untuk Tidak Telat Memberikan Vakin pada Anak
Selain itu, dokter Apin juga menyarankan para orang tua untuk melakukan vaksin tepat waktu pada anak dimulai dari anak baru lahir.
“Begitu bayi baru lahir, langsung berikan vaksin Hepatitis B. Lanjut dengan polio dan BCG. Tepat usia 2 bulan, berikan vaksin DPT kombo (plus Haemophilus influenza B/Hib dan HepB). Jangan terlambat! Dan lanjutkan dengan dosis ke-2 dan ke-3 tepat waktu. Penting mencegah pneumonia!” jelasnya.
3. Pentingnya Vaksin untuk Cegah Penyakit Pneumonia pada Anak
Lebih lanjut, dokter Apin juga menjelaskan pentingnya vaksin dosis lengkap untuk mencegah anak terserang pneumonia.
“Vaksin DPT mencegah pneumonia akibat pertussis. Ada tambahan vaksin Hib untuk mencegah pneumonia akibat bakteri Hib. Tambahkan dengan vaksin PCV untuk mencegah pneumonia akibat bakteri pneumokokus. Vaksin PCV disediakan pemerintah di beberapa provinsi. Berikan lengkap 4 dosis,” lanjutnya.
Artikel Terkait: Penyakit Pneumonia – Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
4. Pandemi Belum Berakhir, Orang Tua Tetap Harus Waspada
Meskipun hingga kini dokter Apin menyebut belum menemukan kasus anak dengan penyakit pneumonia positif COVID-19, tetapi orang tua tetap harus waspada karena pandemi belum berakhir.
“Pandemi belum berakhir. Meskipun sampai ini saya belum mendapatkan pneumonia anak yang positif COVID 19, tetap saja harus waspada! Kasus nonpneumonia anak terus meningkat. Bisa sewaktu-waktu ada kasus pneumonia anak dengan COVID. Capai cakupan vaksinasi COVID dewasa tinggi!” terangnya.
5. Vaksinasi COVID pada anak Usia Lebih dari 6 Tahun Memperkecil Penularan
Lebih lanjut, dokter Apin juga menyebutkan bahwa cakupan vaksinasi COVID-19 pada usia anak lebih dari 6 tahun dapat memperkecil risiko penularan di masyarakat.
“Cakupan vaksinasi COVID tinggi pada usia > 6 tahun, memperkecil penularan di masyarakat. Herd immunity melindungi kelompok usia yang belum dapat divaksinasi, salah satunya bayi-bayi < 12 bulan ini. Pelajaran lain: Sambil tetap waspada COVID, cegah pneumonia dari vaksinasi rutin,” katanya.
6. Asap Rokok Jadi Penyebab Utama Anak Terkena Pneumonia
Dokter Apin juga menjelaskan bahwa penyakit pneumonia pada anak disebabkan oleh paparan asap rokok. Ia meminta agar orang tua berhenti merokok, terlebih saat di dekat si kecil.
“Faktor risiko bermakna pneumonia pada anak adalah PAPARAN ASAP ROKOK! Bayi bayi yang saya rawat tinggal di lingkungan rumah dengan jumlah perokok > 1. Mereka menzalimi bayi-bayi ini! Stop merokok!” jelasnya.
Artikel Terkait: Pneumonia pada bayi bisa berbahaya, waspadai gejalanya berikut!
7. Lahir dari Ibu yang Belum Cukup Umur dan Seks Bebas
Selanjutnya, dokter Apin juga menyebut bahwa penyebab ketiga dari pneumonia pada anak ialah karena kelahiran dari ibu yang masih di bawah umur serta literasi tentang kesehatan anak yang rendah.
“Masalah sosial. Mungkin ini unik, dan tidak terjadi pada mayoritas kasus. Beberapa ternyata lahir dari pasangan yang tidak menikah sebelumnya, dan ada yang masih di bawah umur. Ketidaksiapan memiliki anak melahirkan bayi-bayi yang dibesarkan dengan literasi kesehatan rendah,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dokter Apin juga bercerita bahwa sebagian besar kasus pneumonia pada anak terjadi karena kehamilan di bawah umur dari hubungan seks tanpa pernikahan.
“Di luar kasus pneumonia anak yang saya bahas ini pun, masih dijumpai kehamilan di bawah umur dari hubungan seks tanpa pernikahan. Kami sebagai dokter anak yang harus menghadapi bayi-bayi yang dibesarkan oleh mereka yang belum siap menjadi orang tua,” lanjutnya.
8. Pentingnya ASI Eksklusif
Sejumlah anak yang dirawat akibat pneumonia tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Padahal menurut dokter Apin, ASI eksklusif sangatlah penting untuk menghindarkan anak dari berbagai risiko penyakit dan bakteri.
“Pentingnya ASI eksklusif. Beberapa yang dirawat dengan pneumonia, tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dalam 6 bulan pertama. Padahal pemberian ASI terbukti secara ilmiah mengurangi risiko berbagai penyakit infeksi pada bayi, salah satunya pneumonia. Miliki ilmu tentang ASI!” katanya.
Nah, itulah 8 poin penting yang disampaikan dokter Apin untuk para orang tua agar lebih waspada penyakit pneumonia pada anak dan supaya lebih tanggap ketika hal serupa menimpa Bunda juga si kecil. Semoga sehat selalu, ya, Bunda!
Baca Juga:
Parents perlu tahu! Ini perbedaan batuk biasa dan pneumonia pada bayi