Pengobatan alternatif kanker menjadi pilihan pasien yang ingin menempuh jalan penyembuhan selain medis. Akan tetapi, berhati-hatilah dengan janji manis perawatan alternatif karena sebuah studi baru-baru ini menunjukkan hasil yang mengejutkan.
Studi yang dipublikasikan tanggal 10 Agustus 2017 ini mengungkap fakta pahit. Pasien yang menjalani pengobatan alternatif kanker memiliki risiko kematian dua kali lipat lebih besar dalam jangka lima tahun dibandingkan pasien yang memilih pengobatan medis.
Di Indonesia, pengobatan alternatif sangat populer. Berbagai iklan pengobatan alternatif yang menjanjikan kesembuhan banyak bertebaran. Namun, berhati-hatilah dalam memilih karena nyawa Anda yang menjadi taruhannya.
Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Yale. Mereka menganalisa data pasien dalam kurun waktu 10 tahun yang didapatkan dari National Cancer Database.
Mereka mengidentifikasi data 281 pasien dari tahun 2004 sampai 2013 yang mengalami kanker payudara stadium awal, kanker prostat, kanker paru-paru, dan kanker usus besar. Pasien-pasien ini memilih pengobatan alternatif kanker dibandingkan merawat penyakitnya secara medis.
Jumlah ini memang hanya sebagian kecil dari jumlah keseluruhan pasien kanker. Para peneliti membandingkan tingkat kelangsungan hidup 560 pasien yang memiliki diagnosis serupa dan memilih perawatan medis seperti kemoterapi, operasi atau radiasi.
Hasilnya, pasien yang memilih pengobatan alternatif kanker memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi untuk meninggal dalam jangka waktu 5 tahun.
Pasien yang memilih pengobatan alternatif untuk kanker payudara memiliki risiko 5,68 kali lebih tinggi untuk meninggal dalam waktu lima tahun. Bagi pasien kanker usus, risikonya adalah 4,57 kali lebih tinggi dan pasien kanker paru-paru risikonya ialah 2,17 kali lebih tinggi.
“Kini, kita memliki bukti yang akurat yang merekomendasikan bahwa pengobatan alternatif kanker membuat para pasien memiliki peluang bertahan hidup yang buruk,” ujar Skyler Johnson yang memimpin studi ini.
“Kami berharap informasi ini bisa digunakan oleh para pasien dan dokter saat mendiskusikan metode pengobatan kanker serta peluang bertahan hidup yang ada dalam setiap keputusan,” tambahnya.
Artikel terkait: Pengobatan kanker serviks; Kemoterapi, radioterapi, mana yang paling sesuai?
Para peneliti melakukan studi ini karena kurangnya data yang menguji seberapa efektif pengobatan alternatif kanker untuk penyembuhan. Peneliti juga mengakui bahwa studi ini tidak menganalisa secara spesifik pengobatan alternatif apa yang digunakan pasien.
Akan tetapi secara keseluruhan, masih belum ada data yang jelas mengenai metode pengobatan alternatif yang ampuh untuk melawan kanker dibandingkan metode pengobatan secara medis.
Para ilmuwan mengkhawatirkan pasien yang seharusnya memiliki peluang hidup lebih lama dengan pengobatan medis terbujuk untuk melakukan pengobatan alternatif karena kurangnya pengetahuan dan terbuai janji penyembuhan alternatif.
Mereka berharap informasi ini bisa memudahkan dokter untuk berkomunikasi dengan pasien mengenai risiko pengobatan alternatif. Penelitian ini dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute.
Bagi Anda yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit kanker, sampaikanlah informasi penting ini. Supaya mereka berpikir dua kali sebelum menempuh jalur pengobatan alternatif agar tidak menyesal nantinya.
Baca juga:
Penelitian 20 Tahun Menemukan Manfaat ASI sebagai Obat Kanker
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.